Pembentukan karakter anak dimulai dari dalam rumah yaitu pengasuhan orangtua termasuk disini mulainya mereka mengenal tentang kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai ayah dan ibu. "Kondisi saya dan suami yang berbeda budaya ini, ternyata membantu kedua puteri kami mengenal perbedaan sejak kecil. Karena mereka melihat ibunya memiliki kulit berbeda dengan ayahnya, hidung saya pesek, rambut hitam, pendek dibanding ayahnya yang bule berhidung mancung dan sebagainya," jelas Irawati.
 Toleransi diajarkan kepada anak-anak melalui teladan perilaku orangtua, jika orangtua memegang teguh toleransi, maka anak-anak akan mempraktikan toleransi dalam kehidupannya. Bahkan hal yang lebih jauh lagi adalah mereka dapat menerima orang-orang yang berbeda dalam arti kaum LGBT. "Anak-anak mengatakan bahwa mereka melihat orangtuanya dalam hal ini saya sebagai ibunya yang dapat ramah kepada siapapun tanpa membeda-bedakan dan itu yang menurut mereka menjadi panutan dalam bergaul dan bermasyarakat," ujarnya.
Daffa Agradhyasto , Mahasiswa Teknik UI yang baru saja dilantik menjadi Kordinator Presidium Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK UI) membahas tentang Kepemimpinan Inklusif dalam Organisasi. Mendukung apa yang dikemukakan Prof. Adri tentang suasana di kampus UI, Daffa mengatakan tak ada persoalan dalam berelasi atau bergabung dalam organisasi-organisasi lain di kampus seperti BEM atau Senat Mahasiswa.Â
"Bahkan pada saat-saat tertentu di hari Jumat jika kami sedang beracara bersama, teman-teman yang umumnya melakukan sholat Jumat menyilakan kami untuk juga melakukan ibadah dengan sesama mahasiswa Kristiani," jelasnya. Toleransi antara mahasiswa UI melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sangat baik, misalnya saat Pandemi Covid 19, para UKM keagamaan lewat Keluarga Mahasiswa Buddhis (KMB) sebagai inisator melakukan kegiatan bersama untuk membantu warga.Â
Melalui keempat pembicara yang menyorot praktik toleransi dalam keseharian, dapat disimpulkan bahwa setiap individu dapat membangun 'rumah-rumah' toleransi dalam lingkungan dan komunitas dimana berada. Rumah-rumah ini akan menjadi pondasi yang kuat guna terciptanya persaudaraan yang lebih luas sebagai akar pembangunan perdamaian dunia. ***