Minggu sore, 18 Mei 2025, Britama Arena menjadi saksi bukan hanya pertandingan sengit antara Satria Muda Pertamina Jakarta dan Dewa United Banten, tetapi juga lahirnya salah satu kontroversi terbesar dalam sejarah Indonesian Basketball League (IBL). Laga yang seharusnya menjadi panggung adu strategi dua tim papan atas itu justru tercoreng oleh keputusan-keputusan wasit yang dianggap tidak adil dan berat sebelah.
Source : Youtube IBL Indonesia
Pertandingan berjalan sangat sengit sejak tip-off. Namun mulai kuarter kedua, tanda-tanda kejanggalan muncul. Permainan tiba-tiba dihentikan oleh wasit saat skor imbang 36-36 dan Dewa United tengah mengendalikan tempo. Tak ada penjelasan yang meyakinkan. Ketegangan semakin meningkat di kuarter keempat ketika Arki Dikania Wisnu, salah satu pemain senior Dewa United terkena dua pelanggaran beruntun dan harus meninggalkan lapangan. Ia menyatakan kekecewaannya usai pertandingan serta mempertanyakan konsistensi dan integritas kepemimpinan wasit.
Namun yang paling memicu reaksi keras adalah momen krusial di akhir laga. Saat perebutan bola antara Juan Laurent (Dewa United) dan Hardianus (Satria Muda), bola keluar lapangan setelah terjadi kontak fisik. Anehnya, tanpa mengecek ulang, wasit memutuskan bola tetap milik Satria Muda. Keputusan ini sangat menentukan jalannya pertandingan, yang akhirnya dimenangkan Satria Muda dengan skor 93-90.
Pihak manajemen Dewa United tidak tinggal diam. Mereka melayangkan protes resmi ke IBL lengkap dengan video bukti. Protes ini menjadi bola salju yang menggulung cepat. Sorotan media, tekanan publik, dan diskusi di komunitas basket Tanah Air terus bergulir. Banyak yang menilai bahwa masalah kualitas wasit bukan lagi isu teknis melainkan ancaman serius bagi kredibilitas kompetisi.Â
Menyadari besarnya dampak kontroversi tersebut, Perbasi selaku otoritas tertinggi bola basket Indonesia mengambil langkah tegas. Dalam keputusan bersejarah, Perbasi meminta bantuan Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) untuk menghadirkan wasit asing yang berfungsi memimpin babak playoff dan final IBL 2025. Ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah IBL bahwa pertandingan krusial akan dipimpin oleh tim official non lokal demi menjaga netralitas dan kualitas pertandingan. Keputusan ini disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk pelatih dan pemain dari berbagai klub. Mereka berharap kehadiran wasit asing dapat membawa kepercayaan baru dan menjadikan kompetisi IBL semakin profesional.
Laga 18 Mei 2025 bukan sekadar pertandingan yang dimenangkan atau dikalahkan. Ia menjadi titik balik, sebuah peringatan bahwa integritas kompetisi tidak boleh dikorbankan oleh peluit yang meragukan. Dan dari kontroversi itulah, IBL akhirnya bergerak menuju standar yang lebih tinggi dengan harapan bahwa di masa depan pertandingan hanya akan dimenangkan oleh strategi dan semangat juang, bukan oleh keputusan yang mengaburkan makna keadilan.
Source : IBL Indonesia ( Instagram, youtube ); @halobasket ( Instagram )
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI