Mohon tunggu...
Masykur Ridho
Masykur Ridho Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis bukan juru tulis

Asyik terhadap buku sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kartu Kuning, (Prittt) Anda Harus Hati-hati

23 Februari 2020   14:59 Diperbarui: 23 Februari 2020   15:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tensi panas menghiasi gelaran elclasico yang mempertemukan Barcelona melawan musuh bebuyutannya Real Madrid di Camp Nou pada La Liga (19/12/2019) lalu.

Tak ayal, pada pertandingan keras itu sang pengadil lapangan harus mengeluarkan delapan kartu kuning. Lima bagi skuad los blancos dan tiga lainnya untuk pasukan Lionel Messi Cs.

Siapa yang tidak mengenal laga bertajuk elclasico itu,? Namun, penulis tidak akan membahas terlalu dalam terkait dua club besar Spanyol itu. Penulis hanya ingin memberi gambaran bahwa kartu kuning dikeluarkan wasit ketika seorang pemain melakukan pelanggaran keras terhadap lawannya.

Dalam sebuah tulisan IDN Times yang melansir dari Kompas.com diketahui bahwa pencetus kartu kuning dan kartu merah dalam sepakbola adalah Ken Aston yang memulai karirnya sebagai wasit sejak usia 20 tahun. Pada gelaran piala dunia tahun 1962 sampai 1966, banyak ia temukan pelanggaran verbal antar pemain. Tetapi, sang pengadil lapangan belum memiliki perangkat untuk menghukum atau memberikan sanksi.

Hingga, akhirnya disebuah pertigaan secara tanpa sengaja ia memperhatikan lampu stop berwarna kuning yang bermakna hati-hati dan kemudian berubah menjadi merah yang bermakna berhenti. Hal itu sangat menginspirasinya untuk digunakan dalam olaraga sepakbola.

Ide cemerlangnya itu pun diterima FIFA (Federasi sepakbola dunia) dan sampai hari ini masih digunakan untuk mengganjar pemain yang melakukan pelanggaran keras.

Lebih dalam tentang kartu kuning dalam sepakbola, setelah wasit memberikan kartu kuning terhadap satu pemain, maka pemain tersebut harus mulai berhati-hati (itu adalah peringatan). Sehingga, jika sang pemain kembali melakukan pelanggaran serupa, maka sang pengadil lapangan pun tak segan memberikan kartu merah, artinya sang pemain diusir dari lapangan, bahkan mungkin akan dihukum tidak bisa bertanding selama dua atau tiga pertandingan.

Menarik bukan membahas sepakbola, Cules, Madridista, Mancunian, Liverpooldian atau pencinta bola lainnya tentu tak asing saat tim kesayangannya haru bersusah payah bermain dengan sepuluh orang karena satu pemainnya diganjar kartu merah.

Lalu, bagaimana dengan pemerintahan? Adakah kartu kuning, kartu merah dan sang pengadil lapangan yang tegas?

Kita coba berikan gambarannya, dalam dunia pemerintahan khusunya di Indonesia, kita mengenal adanya lembaga Ombudsman. Ombudsman ini memiliki tugas menyelidiki berbagai keluhan masyarakat yang berkaitan dalam pelayanan pemerintahan.

Setiap tahunnya, Ombudsman melakukan penilaian terhadap pemerintah daerah khususnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berkaitan dengan pelayanan, diantaranya Disdukcapil, Dindidik, Dinkes dan Dishub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun