Hari ini kita menyaksikan betapa biaya pendidikan semakin mahal. Biaya masuk kuliah dan SPP semester bukan hanya memberatkan orang tua, namun juga mempersempit ruang penyebaran ilmu.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Semestinya, biaya pendidikan bisa dibuat semurah mungkin untuk membuka akses pendidikan. Nyatanya tidak demikian karena pemerintah tidak cerdas berpikir.
Pada dasarnya biaya pendidikan untuk Strata 1 (S1) mungkin dibuat GRATIS. Caranya? subsidi biaya pendidikan dengan menggandeng BUMN dan swasta. Itu sangat mungkin dilakukan!
Kampus-kampus top di Indonesia seharusnya memberi kuota minimal 100 kursi untuk siswa berprestasi dari daerah setiap tahun. Lalu, gratiskan biaya kuliah 0%. Jadi, calon mahasiswa cukup memikirkan biaya hidup tanpa diberatkan dengan biaya kuliah.
Untuk mencukupi biaya hidup, mahasiswa diberi akses untuk bekerja. Baik sebagai asisten dosen atau jenis pekerjaan dalam lingkup kampus.
Intinya, kampus dibuat seperti ekosistem, dimana perputaran uang dalam kampus harus mensejahterakan mahasiswa yang kuliah disana. Kantin dikelola oleh kampus dan mahasiswa diberi akses untuk bisa bekerja.Â
Apakah kampus tidak rugi? TIDAK! sama sekali TIDAK.
Tapi, dengan syarat pemerintah bersedia mengalokasikan sekian trilyun dana pendidikan setiap tahun. Seharusnya memang demikian! Anehnya, pemerintah sibuk mengumpulkan pajak dan lupa menginvestasi kembali pada ranah pendidikan.
Perusahaan besar diajak bekerjasama dengan kampus dalam bidak riset. Dana investasi dari perusahaan dipakai bersama untuk menciptakan lapangan kerja dalam kampus, semisal tim riset yang melibatkan mahasiswa pada jurusan tertentu.