Mohon tunggu...
Masyhuri S Pd
Masyhuri S Pd Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi baca tentang pengetahuan agama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gerakan Ayo Bercita-cita Sejak Dini

7 Desember 2022   00:16 Diperbarui: 7 Desember 2022   21:50 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Gerakan Ayo Bercita-cita Sejak Dini

Oleh : Masyhuri,S.Pd.

Gerakan Ayo Bercita-cita Sejak Dini merupakan program yang digagas oleh  Dikbud Provinsi NTB. Program ini diluncurkan karena banyak di antara siswa-siswi  belum memiliki cita-cita yang jelas. Berdasarkan KBBI bahwa bercita-cita berarti memiliki cita-cita atau keinginan yang sungguh-sungguh. Jika kita cermati, bercita-cita merupakan suatu hal yang sangat prinsip yang harus dimiliki oleh siswa/siswi. Jika siswa/siswi tdak memiliki cita-cita, siswa-siswi tersebut berarti tidak memiliki tujuan atau keinginan yang sungguh-sungguh dalam menjalankan aktivitas belajarnya. Hal ini dapat kita analogikakan dengan sebuah kapal yang sedang berlabuh di tengah samudra yang luas yang tidak memiliki tujuan yang jelas sehingga terombang-ambing dengan ombak dan berakhir pada takdir yang kadang terdampar pada suatu tempat yang tidak sesuai dengan harapan.

Berangkat dari asumsi bahwa banyak siswa-siswi pada tingkat SMP/SMA tidak memiliki cita-cita yang jelas. Anggapan ini didasari dari pengamatan bahwa dari populasi jumlah siswa yang rata-rata berjumlah 25 orang, ternyata hanya 25% s.d. 30% dari jumlah rata-rata  populasi kelas yang memiliki cita-cita. Itu pun, masih ada keraguan tentang cita-citanya tersebut. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan karena sebagian besar dari siswa sedang melakukan aktivitas belajar yang berujung pada kegagalan. Kegagalan yang tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Aktivitas belajar yang tidak didasari atau disertai dengan roh cita-cita, tetapi karena terpaksa atau menggugurkan kewajiban kepada orang tua. Hal ini tentu memiliki dampak negatif yang signifikan dalam proses kegiatan belajar. Salah satu dampaknya adalah terliahat dari kurangnya motivasi belajar siswa  yang akan berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri. Tidak hanya itu, mereka akan acuh terhadap masa depan mereka sendiri yang justru akan merugikan keluarga dan dirinya.

Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab kurangnya siswa/siswi bercita-cita adalah….

  • Kurangnya motivasi belajar siswa/siswi.
  • Kurangnya pengetahuan akan pentingnya bercita-cita.
  • Kurang memahami perbedaan minat dan bakat yang berhubungan dengan cita-cita.
  • Lingkungan siswa-siswi yang tidak mendukung, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
  • Kurangnnya sosialisasi tentang pentingnya bercita-cita sejak dini,
  • Kurangnya pasilitas sekolah yang mendukung minta, bakat, dan cita-cita siswa.
  • Kurangnya pendampingan dari orang tua dan guru terhadap peserta didik.

Berdasarkan beberapa faktor penyebab siswa/siswi kurang memiliki cita-cita di atas, penulis dapat memberikan pemecahan masalah, antara lain:

  • Sekolah membuat program tentang pelatihan yang dapat menggugah sudut pandang Siswa/siswi tetang pentingnya menanamkan cinta-cita sejak dini dan mengenal minat serta bakat siswa. Hal ini memungkinkan dilakukan dengan sistem blok. Sistem blok maksudnya peserta dari siswa disiapkan secara kelompok  untuk mengikuti pelatiahan.Hal ini dilakukan bisa dibagi per jenjang atau per jurusan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh sekolah. Dalam program ini, sekolah bisa memaksimalkan peran guru BK  atau mengundang nara sumber dari luar yang memang berkompeten dalam bidangnnya. Misalanya; pakar psikolog yang memang mengerti tentang psikologi anak.
  •  Melakukan parenting yang peserta adalah wali murid. Kegiatan ini bisa dijadikan sebagai program tahunan sekolah  yang bisa saja dipadukan dengan program pertemuan dengan orang tua siswa. Dalam kegiatan ini, sekolah memberikan gambaran kepada wali murid tentang pentingnya  psikologi perkembangan anak, pengaruh lingkungan sosial anak terhadap perkembangan prestasi belajar siswa atau sebera besar pentingnya bercita-cita sejak dini yang dimiliki oleh siswa.
  • Dalam mengurangi dampak lingkungan sosial yang negatif, sekolah perlu melakukan MOU dengan aparat pemerintahan yang ada di kecamatan atau desa. Dalam kerja sama ini, sekolah meminta kepada pihak desa atau kecamatan untuk memantau pergaulan sosial anak-anak yang masih berada di bangku sekolah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengusulkan aturan-aturan  tentang kehidupan sosial anak usia sekolah di lingkungan desa atau kecamatan. Aturan ini mengatur pola kehidupan anak –anak usia sekolah di lingkungan tempat tinggalnya.
  • Berkaitan dengan sarana dan prasarana, sekoalah harus memprioritaskan pengadakannya. Hal ini harus dilakukan karena sebagai penunjang atau sebagai pasilitasi pengembangan minat dan bakat peserta didik. Contonya; pengadaan sarana studio musik, alat dram band, dll. Pengadaan ini tentu tidak membutuhkan dana yang sedikit. Namun, pengadaan ini perlu dilakukan dengan bertahap seuai dengan perencanaan penggunaan anggaran sekolah.
  • Sehubungan dengan masalah kurangnya pendampingan orang tua dan guru terhadap perkembngan peserta didik. Masalah ini sebenarnya merupakan tindak lanjut yang sangat kompleks. Namun, hal ini tidak mendapat perhatian yang cukup serius. Dalam pendampingan peserta didik ini membutuhkan perhatian yang serius, baik dari sisi waktu, tenaga, anggaran, dan pikiran.
  • Di sisi lain, konsistensi penangan peseta didik sangat dibutuhkan. Jika pendampingan peserta didik tidak berkesinambungan, tahapan perkembangan anak didki akan tidak terpantau dengan baik. Karena pentingnya pendampingan peserta didik, pihak sekolah harus menjadikan program pendampingan ini menjadi program sekolah.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, Program “Gerakan Ayo Bercita-cita Sejak Dini”  merupakan program yang sangat kompleks sehingga dalam merealisasikannya  tidak semudah membalik telapak tangan. Artinya kita harus memiliki gambaran tetang problem-problem  yang akan menjadi penghambat program tersebut. Di satu sisi, kita harus paham tentang solusi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan program tersebut agar apa tujuan yang kita rencanakan bisa terrealisasikan. Jika hal ini sudah teralisasi dengan baik, Peserta didik akan mendapatkan masa depan yang gemilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun