Mohon tunggu...
Mashadi
Mashadi Mohon Tunggu... Freelancer - Pemuda biasa yang ingin berbagi cerita.

Pemilik blog : Waskhas.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Paksaan untuk Bisa Terbiasa

12 Februari 2020   01:54 Diperbarui: 12 Februari 2020   02:23 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ah, dia mah ngerjainnya karena terpaksa nggak ikhlas" mungkin itu adalah salah satu kalimat yang terkadang kita dengar dari seseorang ketika ada orang lain yang mengerjakan sesuatu yang baik, entah karena iri atau hanya untuk menjatuhkan mental kita agar tidak melakukan pekerjaan itu. Kata "terpaksa" terkadang membuat saya berhenti melakukan atau memulai sesuatu hal yang positif, "dari pada negerjainya terpaksa, ntar dikira sombong malah nggak dapet pahala, mending nggak usah sekalian".

Sampai suatu ketika, teman saya bilang "kadang tu ikhlas perlu di paksa".

Masa iya ikhlas harus dipaksa ?

Mungkin sedikit aneh jika kata ikhlas di sandingkan dengan kata paksa, tapi memang di sadari atau tidak untuk melakukan atau bahkan memulai sesuatu pekerjaan yang positif kadang harus di antarkan dulu dengan paksaan.

Sedikit bercerita tentang apa yang saya pernah alami sewaktu tinggal di pesantren. Dimana di sana sudah sangat lumrah (biasa) bagi sebagian besar santri untuk melakukan Sholat Dhuha setiap pagi. Mungkin bagi sebagian orang pun melakukan Sholat Dhuha adalah hal yang biasa apalagi untuk para Santri, tapi nyatanya saya pribadi Sholat Dhuha adalah hal yang sangat sulit di lakukan, apalagi harus istiqomah setiap pagi tanpa putus.

Di pesantren kami sekolah madrasah di mulai tepat pukul 07.30 WIB, biasanya sebelum memulai aktivitas Santri akan selalu menyisikan waktu antara jam 6.30 sampai 7.00 untuk melakukan Sholat Dhuha.

Sholat Dhuha merupakan Sholat yang dikerjakan pada saat naiknya matahari setinggi tombak sampai dengan waktu zawal (menjelang sholat dhuhur). Jumlah raka'atnya minimal 2 raka'at, boleh empat raka'at dan yang paling utama delapan raka'at.

Melihat banyaknya Santri yang selalu melakukan rutinitas Sholat menjelang berangkat sekolah rasanya jadi malu jika saya tidak melakukannya. Dari sini lah saya memulai memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang menurut sebagian besar Santri adalah hal yang biasa saja.

Maka setiap pagi sebelum berangkat sekolah saya sisihkan waktu untuk Sholat, walaupun dengan keadaan terpaksa. Meskipun terpaksa tetapi terus saya kerjakan, alasanya sederhana pertama karena mungkin malu dengan teman-teman yang selalu aktif dengan 2 raka'atnya Dhuha. Kedua, saya mencoba memaksakan diri untuk belajar istiqomah dalam melaksanakan  sunnah-sunnah Nabi.

Aktivitas itu pun saya kerjakan terus menerus sebelum berangkat sekolah, tanpa di sadari rasanya getun (menyesal) jika tidak melakukan Sholat Dhuha walaupun toh cuma 2 raka'at. Dengan di awali paksaan itu pun Sholat Dhuha sudah menjadi rutinitas harian saya yang harus dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun