Mohon tunggu...
M Rukhiat
M Rukhiat Mohon Tunggu... Mahasiswa IAI Hasanuddin Pare Kediri

Menulis untuk kesenangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terlihat Sibuk, Tapi Hampa: Saat Manusia Kehilangan Dirinya Sendiri

29 September 2025   10:00 Diperbarui: 29 September 2025   10:19 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI. Kesibukan Tiada Henti (Sumber: Photo by Jimmy Chan from Pexels: https://www.pexels.com/photo/person-leaning-on-glass-wall-1586968/)

Di kota-kota besar yang ramai, kesibukan sering kali dianggap sebagai tanda kesuksesan. Banyak orang bergerak cepat, menggenggam smartphone, dan fokus pada agenda hari ini serta target esok. Namun, di tengah keramaian tersebut, satu hal sering kali terabaikan: kehadiran diri sendiri.

Kita cenderung memulai hari dengan terburu-buru. Bangun pagi, melihat tumpukan notifikasi, sarapan seadanya, lalu langsung terjun ke dalam rutinitas yang seolah tidak memberikan kesempatan untuk bernapas. Jadwal penuh, pertemuan silih berganti, dan bahkan waktu istirahat kadang diisi dengan bekerja sambil makan siang.

Dari luar, kita tampak sangat produktif. Namun di dalam, terkadang terasa kosong.

Kesibukan yang Menipu

Ada yang mengatakan, "Jika kamu sibuk, itu berarti kamu dibutuhkan". Namun, apakah semua kesibukan itu benar-benar memiliki arti?. Seringkali, kita menjadikan kesibukan sebagai pelindung untuk menyembunyikan kekosongan di dalam hati. Kita bekerja keras, bukan hanya untuk bisa bertahan, tetapi juga karena takut untuk diam. Takut merasa sendiri. Takut menghadapi pertanyaan yang sudah lama kita sembunyikan: "Siapa sebenarnya diriku?"

Kesibukan membuat kita lupa untuk bertanya kepada diri sendiri. Kita lebih memahami apa yang diinginkan oleh bos, daripada apa yang sebenarnya diinginkan oleh hati kita. Kita lebih banyak mencari pengakuan dari orang lain, daripada mendengarkan suara kecil dalam diri yang mungkin telah lama kita abaikan.

Kehilangan Diri di Tengah Keramaian

Ironisnya, di tengah dunia yang terhubung sepanjang waktu, banyak orang di antara kita merasakan keterasingan. Terasing dari diri sendiri. Kita mulai kehilangan kemampuan untuk menghargai ketenangan, untuk duduk dengan tenang tanpa gangguan. Kita menjadi tidak akrab dengan diri kita sendiri, menjalani hari-hari seperti mesin yang hanya berfungsi, bukan hidup dengan arti.

Saat ada jeda di malam hari ketika pekerjaan sudah selesai dan layar dimatikan barulah rasa kosong itu muncul. Kita bertanya-tanya, "Mengapa ada yang terasa hampa, padahal semua tugas sudah diselesaikan?". Ini adalah saat di mana kita sadar: kita sudah terlalu lama melangkah, tetapi tidak tahu kemana sebenarnya kita ingin pergi.

Menemukan Kembali Diri

Menemukan kembali diri sendiri bukanlah hal yang mudah. Diperlukan keberanian untuk sejenak berhenti dan jujur bertanya: "Apa yang sebenarnya aku inginkan dalam hidup ini?". Ini bukan terkait dengan berhenti dari pekerjaan atau beralih ke tempat tinggal yang berbeda. Ini lebih kepada hadir sepenuhnya dalam setiap momen sehari-hari.

Mulailah dengan hal-hal kecil. Matikan semua notifikasi. Dengarkan musik yang membuatmu merasa tenang. Tulis perasaanmu, bahkan jika hanya dalam satu paragraf. Tanyakan kepada dirimu, “Apa yang membuatku merasa hidup pada hari ini? ”

Menjadi manusia tidak hanya tentang mencapai target seperti mesin. Namun, ini berkaitan dengan merasakan, menghayati, dan menjalin koneksi baik dengan orang lain maupun yang paling penting, dengan diri sendiri.

Akhirnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun