Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tua-tua Dapat Salam Tempel Itu Sesuatu Banget

14 Mei 2021   20:07 Diperbarui: 14 Mei 2021   20:51 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angpao lebaran spesial (DokPri)

Diary,

Lebaran tahun ini luar biasa. Sudah puluhan tahun tidak merasakannya lagi. Eh hari ini saya dapat salam tempel. Sesuatu banget gitu lo.

Bagaimana tidak luar biasa. Kalau anak-anak mendapatkan angpao pas lebaran itu sudah lumrah. Lha ini sudah jelang pensiun kok dapat selipan amplop.

Ceritanya pada hari kedua lebaran. Kami bersilaturohmi ke rumah mantan pengawas yang sudah pindah wilayah tugasnya. Pindah tempat tugas bukan berarti putus hubungan kan?

Perbincangan mengalir ringan. Obrolan santai diselingi guyon parikeno. Gayeng. Tidak ada sekat-sekat lagi. Semua jabatan ditanggalkan. Tak ada lagi atasan-bawahan.

Topik perbincangan pun membuka kembali kenangan semasa di kampung. Umumnya anak petani gurem. Daerah tandus Gunungkidul dan Wonogiri. Hidup susah tapi menempa menjadi pribadi-pribadi tangguh. Berangkat sekolah jalan kaki puluhan kilometer. Tanpa alas kaki alias nyeker.

Sambil ngobrol ngalor-ngidul sambil nyruput teh nasgithel. Nyamikannya pun ndeso. Tapi menjadi begitu nikmat. Sembari mengenang perjalanan hidup. 

Suguhannya pun begitu sederhana. Sayur sop, tempe goreng dan krupuk karak (kerupuk gendar). Ada tongseng tapi rata-rata sudah tidak berani menyentuh. Maklum asam urat, kolesterol atau darah tinggi sudah mengintip.

Diary,

Bahagia itu mudah, begitu falsafah yang ditularkan sang empunya rumah. Kalau bisa merasa bahagia dengan cara sederhana. Kenapa harus mempersulit diri?

Di balik hidup sukses yang sekarang dinikmati. Hidup loro-lopo. Hidup penuh perjuangan sudah akrab dengan keseharian selama awal-awal merantau di Jakarta. Ada yang pernah jadi kuli bangunan dan buruh pabrik. 

Memgawali pekerjaan dari jenjang kepegawaian yang paling rendah. Pelan-pelan menapaki tangga jabatan dengan sabar. Sampai akhirnya bisa menjadi 'orang'. Modalnya hanya dengan ketekunan menjalani kehidupan.

Maka sudah sewajarnya kalau senantiasa setiap saat berstyukur. Kalau tidak berani merantau dan bekerja secara tekun. Di kampung paling-paling hanya jadi tukang ngarit (nyari rumput) atau macul di sawah. Hal itu selalu menjadi pepeling. Pengingat untuk selalu mensyukuri hidup.

Puas menikmati hidangan dan bercengkerama. Biasa SMP. Sudah Makan Pulang. Pas.pamitan sesuatu yang tidak kami duga. Tuan rumah menyelipkan angpao. Uang 75 ribu rupiah edisi khusus. Sangat spesial.

Ada sesuatu yang menyusup ke dalam aliran darah. Sebuah ketulusan memasuki relung hati ini. Trenyuh. Sangat menyentuh hati.

Bukan hanya karena sudah lupa rasanya mendapatkan salam tempel. Bukan juga karena selama ini kita yang memberikan angpao kepada anak-anak. Tapi ini dari pepunden. Orang tua yang sangat kami hormati.

Diary,

Saya tidak bisa berkata-kata lagi. Hanya bisa berucap matur nuwun!

Jkt, 140521

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun