Lebaran tahun ini luar biasa. Sudah puluhan tahun tidak merasakannya lagi. Eh hari ini saya dapat salam tempel. Sesuatu banget gitu lo.
Bagaimana tidak luar biasa. Kalau anak-anak mendapatkan angpao pas lebaran itu sudah lumrah. Lha ini sudah jelang pensiun kok dapat selipan amplop.
Ceritanya pada hari kedua lebaran. Kami bersilaturohmi ke rumah mantan pengawas yang sudah pindah wilayah tugasnya. Pindah tempat tugas bukan berarti putus hubungan kan?
Perbincangan mengalir ringan. Obrolan santai diselingi guyon parikeno. Gayeng. Tidak ada sekat-sekat lagi. Semua jabatan ditanggalkan. Tak ada lagi atasan-bawahan.
Topik perbincangan pun membuka kembali kenangan semasa di kampung. Umumnya anak petani gurem. Daerah tandus Gunungkidul dan Wonogiri. Hidup susah tapi menempa menjadi pribadi-pribadi tangguh. Berangkat sekolah jalan kaki puluhan kilometer. Tanpa alas kaki alias nyeker.
Sambil ngobrol ngalor-ngidul sambil nyruput teh nasgithel. Nyamikannya pun ndeso. Tapi menjadi begitu nikmat. Sembari mengenang perjalanan hidup.Â
Suguhannya pun begitu sederhana. Sayur sop, tempe goreng dan krupuk karak (kerupuk gendar). Ada tongseng tapi rata-rata sudah tidak berani menyentuh. Maklum asam urat, kolesterol atau darah tinggi sudah mengintip.
Diary,
Bahagia itu mudah, begitu falsafah yang ditularkan sang empunya rumah. Kalau bisa merasa bahagia dengan cara sederhana. Kenapa harus mempersulit diri?