Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sofyan Hidayat, Teladan Hidup tentang Kepatuhan dan Kesalehan Sosial

21 November 2020   20:45 Diperbarui: 22 November 2020   21:39 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhamdulillah bisa makan hari ini, pikirnya dalam hati. 

Sambil mendengarkan musik dangdut yang diputar dari handphone jadulnya dia dengan sabar menunggu datangnya pelanggan. Tapi rupanya rizkinya hari ini hanya satu. Pelanggan balita.

Entah sebagai isyarat dari Tuhan atau memang karena pembawaannya yang ramah, pelanggan-pelanggan hari-hari selanjutnya kebanyakan anak-anak dibandingkan remaja atau orang dewasa.

Memang ada perbedaan pendapatan kalau dia mendapatkan pelanggan orang dewasa. Tarif anak-anak 10 ribu rupiah, sedangkan remaja dan orang dewasa 15 ribu rupiah. Kadang orang dewasa minta dirapikan jenggot dan kumis dan harus menambah lima ribu rupiah lagi.

Siapapun pelanggan yang datang dia berikan pelayanan yang terbaik. Berapapun penhasilan yang dia terima selalu dia syukuri. 

Dalam sehari rata-rata dia mendapatkan 5 pelanggan anak-anak dan 3 atau 4 pelanggan dewasa. Artinya setidaknya setiap hari dia mendapatkan pemasukan 100 ribuan rupiah.

Pendapatannya itu langsung dia pisah-pisahkan. Dua puluh ribu untuk tabungan bayar kontrakan. Tiga puluh ribu untuk makan minumnya. Sisanya dia tabung persiapan masa depannya dan mengirimi emaknya di kampung. Begitulah dia mengatur keuangannya.

Memberanikan Diri Membangun Rumah Tangga

Dua tahun setelah berusaha secara mandiri dengan penghasilan yang terbilang lumyan tetap Sofyan Hidayat menikah dengan seorang gadis temannya sewaktu masih bekerja di pabrik.

Istrinya yang bekerja sebagai bagian HRD tidak memungkinkan untuk ikut merantau ke Jakarta. Dia yang mengalah setiap bulan harus pulang kampung. Bahkan awal-awal.mwnikah dia lebih sering berada di kampung.

Tiga bulan menikah istrinya hamil. Ditasa bakal memerlukan biaya persalinan dan biaya untuk sang baby kelak maka dia lebih menahan diri untuk tidak terlalu lama-lama di samping sang istri. Untunglah komunikasi tetap berjalan lancar karena adanya alat komunikasi yang semakin canggih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun