Pagi ini saya mencoba menikmati masa jeda dari rutinitas dengan minum teh nasgithel. Sehabis subuh saya sudah merebus air.
Sambil menunggu air mendidih saya suapkan ubo rampe ritual ngeteh nasgithel. Teko teh poci dari tanah liat. Teh tubruk hitam dan gula batu. Sesederhana itu.
Setelah air mendidih tuangkan ke dalam teko yang sudah dimasukkan teh hitam. Biarkan sekitar 5 menit sampai mengeluarkan aroma wangi daun teh dan bunga melati. Setelah iti tuangkan ke dalam cangkir yang sudah diberi sepotong gula batu.
Seruput pelan-pelan. Cium wangi teh. Nikmati sensasi khasiat teh mengendorkan syaraf-syarat yang tegang karena beban pekerjaan atau kesulitan hidup.
Habis satu cangkir. Tuang lagi. Oh ya, gulanya jangan diaduk. Biarkan dia terlepas sendiri bongkahan gula batunya. Memang pada awalnya akan terasa pahit dan asam. Tapi lama-lama akan muncul rasa manis asam sampai akhirnya rasa manis yang lebih dominan.
Begitulah filosofinya minum teh nasgithel. Kata para sesepuh jalannya kehidupan itu lebih baik berpahit-pahit dahulu baru manis kemudian.
Jangan dibalik, menikmati manisnya hidup pada awalnya tetapi kemudian merasakan kepahitan pada akhirnya. Sengsara!
Maaf, ini sekedar renungan diri sendiri saja. Jangan diambil sampai ke hati. Tiap-tiap orang pastilah mempunyai cara dan gaya masing-masing untuk menjalani dan meikmati hidupnya.
Selamat berlibur!
#refleksidiri  #edisiliburan
Jkt, 281020