Pas saat membuat rumah di Jakarta, hal yang pertama yang saya pikirkan adalah kemana saya membuang air limbah rumah tangga nantinya? Dalam lingkungan kavling tanah yang saya beli memang sudah disiapkan saluran air yang besar untuk pembuangan air limbah rumah tangga (air got istilahnya). Nah, disini saya berfikir, dimana ya air got ini mengalir? ke sungai terus ke laut ke pembuangan yang lain? Kalau air got ini mengalir ke sungai dan nantinya ke laut, sungguh saya tidak bisa membayangkan berapa jumlah air got yang akan mengotori sungai dan laut kita. Nah, kalau air ini mengalir ke suatu pembuangan, apakah pembuangan ini dikelola oleh pemerintah kota? Saya yakin tidak. Kesimpulan saya, kalau air ini saya buang ke got tentu saya akan berkontribusi pada pencemaran lingkungan di kota Jakarta.Saya tidak membayangkan pada masa depan Jakarta akan kayak apa kalau pembuangan air got rumah tangga kita mengalir ke sungai. Berapa juta liter tiap harinya air got ini mengalir ke sungai?
Nah, dari sini saya membuat rencana untuk membuat tempat pembuang tersendiri di lokasi tanah yang akan saya buat rumah, dua lobang, satu untuk septic tank dan satu untuk pembuangan air got tentunya disiapkan metode penyaringannya. Dua lubang ini sangat dalam, karena tanah hasil galiannya ini juga saya gunakan untuk menguruk lokasi kavling yang lebih rendah dari jalan. Ada dua fungsi ganda disini. Saya sudah konsultasikan dengan pemborong, bahwa lobang yang satu untuk septic tank dan yang satu untuk limbah dari air mandi, dapur, dan cuci. Tapi naas, pas pemborong pulang ke Malang dan saya ke luar kota selama 2 bulan, planning tidak berjalan mulus, para tukang tetap saja melarikan pipa ke saluran got. Mann.. pas saya kembali rumah sudah rapi, dan lubang yang disiapkan tersebut sudah tertutup teras yang berkeramik rapi. Yach.. apa boleh buat, mau gimana lagi, mau memperbaiki tentu keluar biaya yang banyak lagi. Tetap saja, air limbah rumah tangga saya masuk ke saluran got.
Nah, dari sini dapat diambil pelajaran, dimana ya di Indonesia, kota yang telah menerapkan pembuangan air got rumah tangga secara terpadu? Saya kok belum pernah mendengarnya ya.. Di tempat saya lahir, di Pekalongan, orang buang limbah ini ke suatu tempat yang namanya 'peceren', yang kadang-kadang ditutup rapi, kadang-kadang tidak ditutup. Baunya minta ampun. Di kampung saya tanah masih luas, sehingga untuk membuat peceren ini masih relatif mudah. Namun ini juga akan menjadi kendala jika, masyarakat masih terus menerus menggunakan metode ini.
Saya ambil contoh di negara maju, Jerman, misalnya. Dalam tatakotanya, mereka telah membuat sistem pembuangan limbah rumah tangga secara terpadu, dimana semua limbah rumah tangga kita, baik limbah air cuci, dapur, mandi, dan BAB kita terkumpul dan terkelola dengan baik. Bahkan air kotor ini bisa dijadikan air bersih kembali dan mengalir kembali ke rumah-rumah kita. Pantas ya, sungai-sungai yang mengalir di kota Jerman nampak sangat bersih, dan bahkan sungai seperti Rhein dapat digunakan untuk transportasi kapal-kapal besar lintas negara. Lingkungan terjaga, dan asri. Hemm kapan ya kita bisa begini? ayo dong temen2 planner.. bisa gak kita bikin yang begini? atau memang saya yang kurang tahu ya? bahwa di Indonesia ada yang kayak begini? Pasti akan membutuhkan waktu yang lama, tapi pelan-pelanlah, mari kita mulai dari diri sendiri. Saya masih mencari metode yang tepat untuk membuat saringan air limbah rumah tangga kita agar kembali ke tanah dalam keadaan bersih. Saya yakin kita tidak akan kekurangan air kalau pada saat musim kemarau karena air mandi, cuci, dan kegiatan dapur kita kembali ke tanah dengan baik. Doakan saya untuk mempunyai uang untuk membuat sistem ini di rumah kecil saya di pinggiran Jakarta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI