Dengan rasa yang standar, pesanan saya dihargai 20 ribu. Duh, sebungkus mie rebus yang dimasak ditambah sawi aja dihargai 15 ribu. Tuman. Yaudah saya cuma ngeluh dalam hati aja, tetap bayar sesuai harga kok. Setelah ambil kembalian saya langsung gas mengitari pulau ini.
Saya pun mulai menelusuri setiap sudut pulau ini. Saya akhirnya memilih duduk di salah satu spot yang menarik untuk selfie. Dengan background pasir putih dan air laut yang hijau kebiruan saya berharap mendapatkan foto yang bagus. Apalagi ditambah hamparan karang-karang kecil yang unik dan cantik. Sulit mendeskripsikan pemandangan yang memanjakan mata ini, kuy datengin sendiri.
Pulau Merak Kecil memang lebih kecil dibanding Pulau Merak Besar. Luas tanahnya sekitar 4,6 hektar. Nggak bikin pegel kok muter-muter di pulau ini. Mostly pengunjung yang datang senang bermain pasir atau berenang. Mereka datang karena tertarik dengan air lautnya yang sangat bersih dan jernih. Sebagian pengunjung yang lain menghabiskan waktu untuk memancing, membakar ikan, dan camping.Â
Belum puas, saya terus menyusuri pulau. Di ujung pulau, saya menemukan bebatuan besar yang berundak-undak. Bebatuan ini berwarna hitam kecoklatan, agak terjal, dan licin. Jiwa petualang saya menjadi terpacu. Menurut saya ini adalah spot yang pas untuk memandangi laut, mendengar deburan ombak, dan merasakan sinar mentari yang bersatu dengan angin laut. Spot ini yang paling sepi, mungkin karena sulit dicapainya.
Saya sempatkan diri mengikuti sebuah jalur yang ternyata membawa saya ke atas bukit kecil. Wah, ternyata ini spot camping yang direkomendasikan seorang vlogger. Tanahnya lapang, dan hanya diisi rumput-rumput yang kecoklatan disinari mentari. Saya merasa bebas berada di atas sana. Sayang sekali, saya baru ke sini setelah pukul 15.30 WIB. Mau tak mau saya harus pulang untuk mengejar jam keberangkatan kereta pukul 16.20 WIB.
Sebelum pulang, saya mampir ke bilik toilet untuk pipis. Eh tapi nggak ada gayung. Pikir saya mungkin hanya untuk ganti baju. Toh pengunjung bisa pipis saat menyeburkan diri ke laut, kecuali seperti saya dan ibu saya yang nggak mau basah-basahan. Hehe kami tidak membawa baju ganti, memang niatnya cuma jalan-jalan.
Perjalanan ini cukup berkesan, terutama ketika kami lari supaya nggak ketinggalan kereta. Kami cuma punya waktu 10 menit lagi: angkot yang mendadak mogok, jarak pintu stasiun yang jauh jadi tantangan tersendiri. Hebatnya, kami bisa naik kereta sesuai rencana perjalanan. Sisa semenit untuk check-in, bisa-bisa sampai ke rumah esok harinya. Itulah pentingnya semangat berusaha dan optimistis, kata ibu saya. Begitu kira-kira pelajaran yang bisa diambil. Yuk jalan-jalan ke pulau Merak!
Catatan: tulisan ini pernah dimuat dalam laman Mojok di dalam artikel ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI