Mohon tunggu...
Puguh Nugroho
Puguh Nugroho Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagai Amal Usaha KH. Ahmad Dahlan yang Manfaatnya Masih Terasa Hingga Saat Ini

9 November 2012   10:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43 8633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ulama intelek", "intelek ulama", begitulah kira-kira bentuk sebuah cita-cita luhur dan mulia yang ingin dihasilkan olehKH. Ahmad Dahlan melalui berbagai macam amal usaha yang beliau lakukan, khususnya dalam bidang pendidikan dan sosial.

sumber gambar : google.co.id

Pemikiran dan berbagai macam amal usaha yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan, dimulainya dari sebuah kampung kecil di jantung kota Jogja, Kampung Kauman, yang kini telah tersebar dan dirasakan manfaatnya ke seluruh pelosok nusantara.

Bagi kawan-kawan yang sedang membaca artikel ini, mungkin ada beberapa yang pernah menjadi bagian atau setidaknya ikut merasakan manfaat dari amal usaha yang dahulu dipelopori oleh Ahmad Dahlan. Walaupun mungkin mengatakan dirinya bukan termasuk warga muhammadiyah.

Berdasarkan data yang diperoleh dari website resmi www.muhammadiyah.or.id, kini muhammadiyah memiliki amal usaha yang terdiri dari:

TK/TPQ 4.623; Sekolah Dasar (SD)/MI 2.604; Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.772; Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.143; Pondok Pesantren 67; Perguruan tinggi Muhammadiyah 172; Rumah Sakit, Rumah Bersalin, BKIA, BP, dll 457; Panti Asuhan, Santunan, Asuhan Keluarga, dll 318; Panti jompo 54; Rehabilitasi Cacat 82; Sekolah Luar Biasa (SLB) 71; Masjid 6.118; Musholla 5.080; Tanah 20.945.504   M².

Dari sekian banyak amal usaha yang dijalankan, bidang pendidikan dan sosial memang menjadi perhatian utama KH. Ahmad Dahlan.

1352453115208212724
1352453115208212724

sumber gambar : google.co.id

KH. Ahmad Dahlan, yang mempunyai nama asli Muhammad Darwisy dilahirkan pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta.

Kampung Kauman terletak di pusat kota Jogja, apabila kawan-kawan berkunjung ke kota jogja (dengan naik Garuda Indonesia pastinya, karena Citilink belum ada rute ke jogja.. hehe.. #curcol), kawan-kawan pasti akan mengunjungi satu tempat wajib di jogja yaitu jalan malioboro. Begitu sampai di persimpangan di ujung jalan malioboro, biasanya wisatawan akan lanjut lurus menuju kraton, padahal kalau saja mau meluangkan waktu untuk berbelok ke kanan melewati jalan KH. Ahmad Dahlan, wisatawan akan menemui gapura unik bertuliskan "Kauman" di kiri jalan. Ya, di situlah kampung kauman berada.

Di sana kawan-kawan bisa menapak tilasi jejak-jejak perjuangan KH. Ahmad Dahlan, dan juga bisa melihat bangunan-bangunan bersejarah yang ada di kampung kauman seperti Masjid Agung, Perpustakaan Mabulir, dll. Walaupun hanya sebuah kampung kecil, tetapi kampung kauman merupakan tujuan bagi para pelajar yang ingin memperdalam ilmu agama, terbukti dengan adanya nama dua tokoh nasional yang berbeda organisasi kemasyarakatannya pernah menimba ilmu di kauman, mereka adalah Amien Rais dan (alm)KH. Abdurrahman Wahid.

Seperti anak-anak lainnya yang dibesarkan dalam lingkungan yang islami, Ahmad Dahlan kecil juga hanya mempelajari ilmu-ilmu agama saja. Karena saat itu para orang tua yang agamis melarang anak-anaknya untuk bersekolah di sekolah umum bentukan Belanda yang dianggapnya sebagai barang haram dan orang yang sekolah di sana bisa disebut orang kafir.

Di tahun 1890 Ahmad Dahlan melaksanakan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah dan juga menimba ilmu dengan beberapa ulama di sana. Di tanah suci inilah pemikiran-pemikiran kritis Ahmad Dahlan mulai muncul, terutama dipengaruhi oleh karya-karya dari tokoh pembaharu seperti Muhammad Abduh.

Setibanya di Yogyakarta pada tahun 1906, KH. Ahmad Dahlan begitu prihatin melihat keadaan pendidikan di Indonesia saat itu, terdapat dualisme sistem pendidikan ketika itu.

Pertama, pendidikan kolonial yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu modern saja dan hanya bisa dimasuki oleh anak-anak dari golongan atas saja. Kedua, pendidikan pribumi yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja dan ini banyak diisi oleh anak-anak tidak mampu, sehingga menyebabkan mereka semakin terbelakang dan tidak dapat bersaing. Sistem pertama berorientasi pada duniawi saja, sistem kedua berorientasi pada sisi religius semata.

Kedua sistem ini bagi KH. Ahmad Dahlan sama-sama menghasilkan manusia cacat yang hanya memikirkan ibadah di satu sisi dan hanya memikirkan kebutuhan duniawi di sisi yang lain. Sehingga menghasilkan manusia-manusia egois yang tidak mau peduli dengan keadaan orang lain.

Menghadapi keadaan yang demikian, KH. Ahmad Dahlan hadir dengan pemikirannya untuk mengintegrasikan kedua sistem yang berbeda itu. Dua langkah sekaligus ditempuh oleh KH. Ahmad Dahlan ketika itu, pertama dengan memberikan pengajaran ilmu agama di sekolah-sekolah sekuler milik Belanda, kedua dengan cara mendirikan sekolah sendiri.

Pada tahun 1911, dengan mendapat dukungan dari kawan-kawannya di Boedi Oetomo, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiah yang diadakan di ruang tamu rumahnya, madrasah ini merupakan sekolah pertama yang dibangun dan dikelola oleh pribumi secara mandiri. Sekolah ini mengadopsi sistem pendidikan modern milik belanda dan menggunakan alat-alat belajar modern seperti bangku, meja, dan papan tulis.

Karena sekolah ini sangat berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan pribumi ketika itu yang identik dengan dunia pesantren, menyebabkan sekolah ini beserta Ahmad Dahlan sendiri sering dianggap kafir oleh kebanyakan orang islam pada waktu itu. (Kisah menarik dan lucu mengenai seorang guru ngaji yang menghina KH. Ahmad Dahlan dengan sebutan Kiai Kafir, juga pernah saya tulis di Kompasiana ini, bisa kawan-kawan baca di sini: KH Ahmad Dahlan dan Kiai Kereta Api ).

1352454214666401466
1352454214666401466

sumber gambar : google.co.id

Barulah pada tahun 1912, organisasi muhammadiyah resmi didirikan dengan tujuan sebagai organisasi yang bertugas untuk mengelola madrasah tersebut.

Madrasah inilah yang menjadi cikal bakal dari sekolah-sekolah dan juga universitas-universitas milik Muhammadiyah yang saat ini sudah berjumlah ribuan dan telah tersebar ke seluruh pelosok negeri ini.

Walaupun secara pribadi saya tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah muhammadiyah, namun keluarga-keluarga saya merupakan salah satu keluarga yang banyak mengambil manfaat dari amal usaha muhammadiyah tersebut.

Kakak pertama saya merupakan orang yang menjalani pendidikannya hingga lulus kuliah di universitas muhammadiyah jakarta. Begitu pula keluarga-keluarga saya yang berada di kabupaten gunung kidul yogyakarta, karena keadaan ekonomi yang kurang baik, sehingga keluarga di sana harus mencari sekolah yang biayanya terjangkau alias murah. Sehingga jatuhlah pilihan mereka pada sekolah madrasah milik muhammadiyah yang berada di kecamatan semin kabupaten gunung kidul. Karena memang biaya pendidikan disana yang masih sangat terjangkau.

Ada beberapa alasan lain yang mendorong KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi muhammadiyah, yaitu:

1. keterbelakangan dan kebodohan umat islam saat itu yang merata disegala bidang,

2. kemiskinan dan kesengsaraan yang parah yang menimpa umat karena yang kaya sudah tidak peduli lagi dengan yang miskin, dan

3. keadaan lembaga-lembaga pendidikan pribumi saat itu yang jauh terbelakang karena hanya memberikan pengetahuan agama saja.

Dengan alasan itulah KH. Ahmad dahlan melakukan gerakan amal usaha diberbagai aspek kehidupan yang bertujuan membebaskan dan meringankan umat dari kesengsaraan yang menimpanya.

Pada perkembangannya, amal usaha KH. Ahmad Dahlan melalui organisasinya muhammadiyah memang meluas tidak terbatas pada dunia pendidikan saja, tapi juga menjalankan amal usaha dalam aspek yang lain seperti:

-PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem)

13524557851996572005
13524557851996572005

sumber gambar: google.co.id

PKO merupakan amal usaha yang bergerak di bidang sosial, seperti pendirian rumah sakit, poliklinik, balai kesehatan, panti asuhan, panti jompo, serta pemberian pertolongan kepada kaum fakir miskin.

Untuk amal usaha yang satu ini, simbah (nenek) saya yang berada di gunung kidul yogyakarta merupakan salah satu orang yang sangat merasakan manfaat dari amal usaha ini. Selain karena sering berobat kesana, simbah saya juga sering mendapat bantuan dari PKO Muhammadiyah cab.Semin.

-Hizbul Wathan

13524562761226248442
13524562761226248442

sumber gambar: google.co.id

Hizbul Wathan merupakan amal usaha yang bergerak di bidang kepanduan, seperti gerakan pramuka. Namun bedanya, di dalam hizbul wathan diberikan juga pendidikan agama selain pendidikan organisasi secara umum. Gerakan ini dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan setelah memperhatikan gerakan kepanduan missi kristen yang ada di solo.

Sejarah mencatat, Jenderal Besar Soedirman merupakan salah seorang anggota didikan dan lulusan dari hizbul wathan.

-Taman Pustaka

13524564421159814942
13524564421159814942

sumber gambar : muhammadiyah.or.id

Amal usaha taman pustaka merupakan bentuk usaha KH. Ahmad Dahlan dalam rangka menyebarkan dakwah melalui usaha penerbitan. Sejak tahun 1914 muhammadiyah telah menerbitkan majalah "suara muhammadiyah" yang langsung berada di bawah pengawasan KH. Ahmad Dahlan. Majalah "suara muhammadiyah" ini masih terus terbit hingga saat ini, majalah ini bukan hanya berisi info atau artikel-artikel mengenai muhammadiyah saja, namun juga berisi sejumlah artikel yang menyoroti tentang keadaan negeri ini di berbagai bidang. Bagi kawan-kawan yang ingin mendapatkan majalah suara muhammadiyah dari berbagai edisi (baik yang lama atau yang baru terbit) bisa mengunduh secara gratis di suara-muhammadiyah.com (file pdf).

KH Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh yang jiwa nasionalisme dituangkan dalam berbagai amal usaha nyata yang fokus pada bidang pendidikan dan sosial.

KH Ahmad Dahlan tidak hanya berteori, namun meimplementasikan seluruh niat baiknya dalam berbagai tindakan atau amal usaha yang nyata. Semua itu beliau lakukan secara ikhlas tanpa pamrih apapun, dengan tujuan meringankan beban hidup masyarakat kecil ketika itu.

Imajinasi liar saya membayangkan, seandainya saja KH. Ahmad Dahlan ketika itu mau mengkomersialisasikan berbagai macam usahanya (sekolah, universitas, rumah sakit, penerbitan, dll), mungkin dari KH. Ahmad Dahlan sampai dengan anak cucu dan keturunannya saat ini pasti sudah menjadi keluarga konglomerat yang kaya raya.

Namun hal tersebut rupanya tidak ada sedikitpun di dalam benak KH Ahmad Dahlan ketika itu, beliau melakukan semuanya itu dengan tulus ikhlas tanpa pamrih apapun.

Kini peninggalan beliau dalam bentuk amal usaha diberbagai aspek kehidupan itu masih bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang hingga saat ini. Semoga seluruh amal usaha yang telah beliau berikan secara tulus ikhlas untuk negeri ini dapat terus terjaga keberlangsungannya hingga akhir zaman nanti. Biarlah Allah SWT yang akan membalas segala jasa-jasa beliau melalui pahala yang akan terus mengalir seperti air. Amiiinnn

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun