Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taman Makam Pahlawan Saksi Bisu Sejarah Perjuangan Bangsa

15 Agustus 2020   03:00 Diperbarui: 27 Agustus 2020   15:01 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang /dokpri

Ada perbedaan mencolok mengenai pemakaman umum dan makam pahlawan. Makam orang biasa disebut kuburan, sedangkan makam para pahlawan disebut taman,  meskipun yang ditanam adalah sama-sama jasad, manusia.

Bahkan saat meninggal dunia, para pahlawan disebut dengan kata "gugur", berbeda dengan orang biasa yang dikatakan tewas,  atau mati. Meskipun pada dasarnya sama-sama meregang nyawa.

Pahala berarti reward, sementara pahlawan  berararti "Hero". Sedangkan menurut Wikipedia pahlawan diadopsi dari bahasa sansekerta pahla (wan)  yang  berarti orang yang dari dirinya menghasilkan buah (pahala) yang berkualitas bagi bangsa, negara, dan agama), dan mereka yang disebut pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani.

Karena itulah mereka yang yang disebut pahlawan layak dimuliakan. Baik saat hidup maupun setelah meninggal. Para pahlawan kemerdekaan Indonesia saat wafat ditempatkan dalam tempat khusus penuh penghormatan. Berupa taman makam pahlawan sebagai pengingat bagi para generasi berikutnya bahwa di tempat itu tertanam jasad orang Yang berjasa pada bangsa dan negara.

Adalah taman makam pahlawan Giri Tunggal Semarang,  pagar yang mengelilingi lokasi makam seperti sebuah pelindung bagi para penghuninya.

Makam tertata rapi/ dokpri
Makam tertata rapi/ dokpri
Gapura yang terlihat gagah laksana menyambut para tamu,  dan seakan berbisik "inilah tempat para pendahulu bangsa, silahkan dinikmati suasananya"

Batu nisan berjejer rapi dengan jarak yang sama, seperti barisan angkatan bersenjata yang sedang apel di lapangan. Di sini tertanam jasad para pahlawan bangsa yang meninggal dari tahun 1945 sampai tahun 2020. Dengan jumlah total 2019 makam.  Ada daftar panjang dalam bentuk bangunan permanent yang berisi nama,  tanggal lahir dan tanggal dimakamkan.

Kita seakan terbawa dalam bayang masa lalu  yang penuh semangat juang. Helm yang tertata rapi di tiap makam seakan menyiratkan sebuah tanda,  bahwa perjuangan untuk Indonesia belum selesai. Mereka para pahlawan yang terlebih dahulu gugur mengawali. Dan generasi berikutnya yang akan mengisi kemerdekaan dengan pembangunan segala bidang.

Pagi itu saya melihat jejak para peziarah,  ada bunga segar yang tertabur di atas pusara.  Bahkan beberapa makam terlihat bunga yang mulai mengering.  

Dalam kebisuan yang dalam,  tak terungkap perasaan yang mengharu biru. Membayangkan bila tanpa perjuangan mereka negeri ini takkan pernah tegak menjadi negeri yang berdaulat.

Seorang pemuda terlihat menikmati susana begitu dalam,  saya mewancarainya. Dan ia mengatakan bahwa kakeknya dimakamkan di tempat itu. Pemuda ini berkaca-kaca saat saya bertanya mengenai kakeknya. Tersirat kerinduan yang dalam setelah sekian lama di tinggalkan.   Pemuda ini menaburkan bunga dan menyiram tanah pemakaman  yang kering.

Makam kakeknya sepertinya  jarang tersentuh dan bentuknya seperti makam pada umumnya. Bukan seperti makam lain yang terlihat bangunan permanen berbentuk persegi panjang.

Saya pun terus menyusuri lorong makam,  jalan yang lurus, seperti jalan para pahlawan yang telah gugur mempertahankan negara dari cengkeraman para penjajah.

Dalam lorong kecil sepanjang makam seperti terdengar pekik merdeka, menggema ke langit, disertai desing peluru dan teriakan gagah tentara yang  tertembak.

Mereka berteriak, maju, serbu, serang terjang. Bambu runcing, busur panah, pentungan, dan benda keras apapun dipergunakan untuk melawan, mengusir para penjajah. Bahkan para pejuang tak peduli meskipun musuh membawa senjata modern.  

Dan nyatanya, kemerdekaan itu bisa diraih dan dipertahankan,  dengan tetes keringat dan darah,  dan tangisan anak istri yang melihat mayat ayah mereka terbujur kaku tertembak senjata musuh.

Dan kini,  kita tinggal menikmati, mengisi negeri yang sudah diperjuangkan dengan susah payah ini dengan derap langkah pembangunan. Mengisinya dengan semangat juang, dan membebaskan bumi pertiwi dari kebodohan dan kemiskinan. Hingga terwujud negeri Indonesia yang merdeka,  berdaulat,  adil dan makmur,  berdasarkan Pancasila dan undang-undang Dasar 45.

17 Agustus adalah tanggal yang sakral bagi bangsa Indonesia, karena di tanggal itu bergema teks proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno-Hatta,  yang dikemudian hari menjadi momen istimewa bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mempertahankannya.

Dan mulai saat  maka jasad manusia-manusia mulia bergelar pahlawan di semayamkan dalam lokasi Taman Makam pahlawan sebagai bukti bahwa bangsa ini sangat menghormati para para peletak kedaulatan  negeri. Dan membuat negeri ini menjadi menjadi negara yang merdeka, mandiri dan berdaulat.  

Selamat Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 75, sekali merdeka tetap merdeka. Rawe-rawe rantas malang-malang putung.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun