Kata cangkem sering terdengar  dalam pembicaraan anak-anak muda,  kelompok-kelompok orang yang sudah saling akrab,  atau orang-orang yang kurang memiliki pemahaman tentang kesopanan dan sikap andhap  asor.
Mengungkapkan kalimat menggunakan kata cangkem bisa bernilai sebagai sebuah kalimat penghinaan,  merendahkan,  ejekan,  bahkan bentuk kalimat bullying yang menyebabkan orang lain tersinggung.
Sehingga setiap orang memang harus menjaga mulutnya masing-masing dan memilih diksi kalimat secara tepat tanpa harus menggunakan kata cangkem yang bermakna kasar dan pedas.
Dalam masyarakat Jawa,  selain kata cangkem juga banyak terdapat kalimat-kalimat sebagai ungkapan atas ketidakpuasan terhadap sebuah keadaan tertentu. Misalnya asu,  babi,  celeng,  bajingan,  diancuk,  gathel,  yang  kesemuanya itu sering terdengar dalam berbagai forum pembicaraan secara bebas.
Kita sebagai manusia yang  bermartabat memang tak perlu ikut-ikutan menggunakan kalimat menohok yang terdengar kasar seperti contoh di atas.  Sebab masih banyak kata yang bisa dipilih untuk mengungkapkan kekesalan selain kalimat tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI