Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menjadi Kompasianer Tak Perlu Titel dan Gelar Kepakaran

26 Januari 2020   13:17 Diperbarui: 26 Januari 2020   13:21 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semalam saya bertemu seorang kawan lama. Beliau adalah ahli bidang pertanian tanaman pangan yang baru saja menyelesaikan gelar S3 nya di New Zealand.

Sebuah sponsor lingkungan hidup membiayai ia bersama anak istrinya selama belajar di New Zealand.

Kami lama tidak bertemu. Mungkin sudah 8 tahun  sejak beliau pindah dari perumahan yang sekarang saya tempati. Wajah gantengnya terlihat sempurna dengan balutan jas dan sepatu mengkilap.

"Kami baru dari kampus pak", kata istrinya.

Sepertinya ia tahu kalau saya memperhatikan penampilan suaminya.

Setelah basa basi sejenak, sambil beliau menikmati sepiring siomay,  saya bercerita kalau sekarang saya aktif menulis di Kompasiana.

Pak Eko, demikan nama teman saya ini menyimak artikel yang pernah saya tulis di kompasiana. Yang biasa, yang masuk artikel utama, dan yang masuk pilihan admin.

Saya menunggu reaksinya. Lalu beliau berdiri mendekat ke saya dan berkata," saya tidak berani pak", katanya bereaksi .

Untuk menulis sebuah ide dan opini diperlukan sebuah keberanian. Bahkan saat menulis sebuah pengalaman hidup pun dibutuhkan sebuah keberanian.

"Berani dinilai dan dibully pak", sambungnya lagi seperti membenarkan ungkapan ketidak beraniannya.

Padahal dulu sebelum pak Eko sekolah S3 kami sering bertemu dan mengobrol. Bahkan beliau menghadiahi saya sebuah bendel berisi jurnal ilmiah karya para sarjana S2 termasuk ratusan artikelnya yang sangat berbobot. Karya tulisnya sangat ilmiah karena berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian tanaman pangan.

Kompasianer memang unik. Para penulis yang entah apa profesinya melahirkan berbagai karya tulisan yang luar biasa. Selain aktual dan menyentuh thema kekinian juga ditulis dengan runtut sesuai kaidah penulisan yang benar.  

Saya sendiri sebenarnya tak pandai merangkai kata. Hanya punya semangat menulis serta tak terlalu memperhatikan rating dari para pembaca.

Saya bahkan nyaris tidak peduli, apakah tulisan saya masuk pilihan, atau bahkan tidak muncul di beranda Kompasiana.

Sebab menulis di manapun berada, adalah sebuah nyawa bagi pengetahuan. Pengetahuan dan ide itu akan terus mengabadi searah era kebebasan berpendapat yang bisa dituangkan ke media.

Bahkan menulis di Kompasiana, tak perlu gelar kepakaran untuk mendukung sebuah tulisan. Sebab siapapun yang suka menulis boleh menyangkan ide, uneg-uneg, protes sosial bahkan pengalaman pribadi.

Karya kompasianer juga tampak seperti coretan para jurnalis. Mereka menulis apapun sebagaimana para kuli tinta. Dengan konsep Piramida terbalik. Dan menyertakan 5W 1H yang biasa digunakan oleh para wartawan untuk menulis berita.

Bisa jadi di Kompasiana memang banyak kuli tinta yang ikut aktif ikut menulis. Atau mungkin memang para pakar berbagai disiplin keilmuan yang bersembunyi dibalik karya yang sederhana dan enak dibaca.

Tapi apapun keadaannya bagi saya bisa menulis di Kompasiana itu sebuah keberuntungan. Sebab menjadi kompasianer tak perlu titel kepakaran yang menunjukkan bahwa kita ahli dalam sebuah bidang ilmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun