Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Angin Tak Dapat Bicara?

22 September 2019   20:30 Diperbarui: 23 September 2019   17:18 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.bmkg.go.id

Insya Allah besuk arah angin yang menuju Riau,  sudah mulai berasal dari Laut Cina Selatan, Samodra Pasifik.

Angin dari Samodra Pasific, biasanya merupakan angin basah. Dengan ijin Allah, Insya Allah angin tersebut dapat menimbulkan hujan. Aamiin.

Hujan yang sangat dinantikan oleh seluruh masyarakat Riau, saat ini. Hujan yang diharapkan dapat menghentikan bencana asap. Ketika semua pihak termasuk yang mempunyai kewenangan sudah menyerah, tidak akan mampu menghebtikan bencana asap. Padahal bencana asap telah banyak memakan korban. Oleh karena itu hujan, menjadi harapan untuk dapat menghentikan bencana asap ini.

Namun angin tak dapat bicara. Kapan dia akan datang, dan memastikan dia memang membawa hujan. Manusia pun akhirnya hanya dapat berharap, berdoa kepada Allah Subhana wa Ta ala, supaya hujan dapat segera datang. Banyak yang telah melakukan sholat Istisqa. Namun hujan tak juga datang.

Namun ada pula yang tidak ingin sholat Istisqa, karena beranggapan bencana asap ini akibat ulah manusia. Manusia yang sengaja membakar hutan. Nah manusia yang sengaja membakar hutan dan lahan, sehingga menyebabkan terjadinya bencana asap, kok tiba tiba minta kepada Allah Subhana wa Ta ala, supaya menurunkan hujan. Wah ada yang  beda nih!

Beda itu indah!

Setiap umat boleh meminta. Namun berharap permintaannya dapat dipenuhi, itu ada syarat dan ketentuannya. Jika permintaan tidak dipenuhi, bagus instrospeksi diri. Barangkali ada perbuatan yang salah sehingga menjadi penghalang terhadap terpenuhinya permintaan.

Itu jelas, bukan. Ada yang sengaja membakar hutan. Itu dapat dilakukan oleh pribadi bahkan mungkin korporasi. Jika melihat luasnya Karhutla, hal itu tentu dapat dianalisa. Tugas yang mempunyai kewenangan dan kekuasaan untuk menangani hal itu.

Kalau rakyat kecil hanya bisa bicara. Itu pun terkadang dianggap mengeluh oleh pihak lain. Bicara seperti ini, mungkin juga dapat dianggap menggunakan logika aneh. Namun sesungguhnya itulah substansi dari sharing informasi.

Tunjukkan bahwa sebagai manusia, belum mati dalam hidup. Masih bisa peduli dengan pihak lain, tergantung dari keahlian masing-masing. Namun sekali lagi, kita hanya bisa bicara.

Bagaimana dengan angin ?
Apakah Angin Bisa Bicara ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun