Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dan Ingatlah Kamu Tentang Musa: Musa Pimpin Sholat Istisqo Tapi Hujan Tidak Juga Turun!

15 September 2019   12:52 Diperbarui: 15 September 2019   13:21 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.arah.com/

Dan Ingatlah Kamu Tentang Musa part 11

Musa Pimpin Sholat Istiqo Tapi Hujan Tidak Juga Turun

Dahsyat! Sesak, pilu, jengkel bercampur menjadi satu. Bencana asap bahkan mungkin sudah menelan korban jiwa. Kalau hanya yang mengalami sakit pernafasan atau ISPA sudah ribuan. Asap mengepung Pekanbaru, Riau, Sumatera dan Kalimantan. Asap akibat Karhutla sudah sulit ditanggulangi.

Tidak sedikit usaha yang sudah dilakukan. Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah tentu sudah berusaha keras menanggulangi Karhutla. Namun tampaknya usaha keras itu belum berhasil. Optimasi Tehnologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang diharapkan mampu menghentikan bencana asap, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Akhirnya muncul harapan hujan dari petinggi negeri, sebagai satu-satunya, yang dapat menghentikan bencana asap yang sedang melanda bagian negeri ini.   

Sumber: https://nasional.kompas.com
Sumber: https://nasional.kompas.com
Namun di lain pihak, hiruk pikuk sudah berlangsung. Masyarakat Riau mulai menanyakan peran Presiden JokoWi dalam menanggulangi bencana asap, yang sudah banyak memakan korban dan tidak kunjung berhenti. Di pihak lain, pertinggi negeri bersama tim, terus berusaha keras di lapangan, untuk mencoba mengatasi Karhutla yang sudah mencapai lebih 6.000 Ha. Walau pun Presiden JokoWi sudah menginstrusikan kepada kementrian terkait untuk berkoordinasi mengatasi bencana asap dan karhutla, belum optimalnya TMC dibarengi dengan upaya menurunkan water bombing, namun api tidak juga mau mati.  

Sumber: https://news.detik.com/
Sumber: https://news.detik.com/
Hal tersebut menjadikan miskomunikasi antara Pusat dengan Daerah mulai berkembang. Dari sekedar protes, sampai saling menyalahkan antara berbagai pihak. Satu hal yang sesungguhnya, bukan saja tidak menyelesaikan masalah terhenti bencana asap, namun justru mulai mengasapi terjadinya perbedaan pandangan yang akan cenderung meluas bahkan melebar. Rakyat mulai protes kepada Presiden, sementara petinggi negeri menyatakan pejabat daerah banyak yang tidak peduli. Masyarakat pun ada yang mulai bermain api, bukan ikut mencari solusi, namun bahkan mulai ada yang membully. 

Harus ada political will yang dapat secara signifikan mengatasi bencana asap, Karhutla, secara strategis, dan komprehensif. Law enforcement dapat menjadi salah satu alternatif strategis dan komprehensif. Langkah pertama mungkin dapat dilakukan adalah memasang police line pada areal yang terkena Karhutla. Dari sana, setelah bencana asap nanti dapat berhenti, maka dimulailah penegakan hukum yang tegas, pada pemilik areal karhutla. Hal itulah sebetulnya permasalahan utama bencana asap dan Karhutla yang berlangsung bertahun-tahun. 

Sementara akar permasalahan seperti tertutup asap. Terlalu banyak yang berkepentingan pada Karhutla, yang menimbulkan bencana asap. Ada usaha-usaha yang ditenggarai, justru pada saatnya nanti, pada lahan Karhutla, akan menjadi lahan produksi. Kapitalisme kuno beraksi, dengan dalih investasi, jor-joran meningkatkan produksi, tanpa hirau pada sustainable development atau bahkan tidak menjadi salah satu target SDGs, yang mengakibatkan banyak orang, rakyat jelata merana, anak anak bahkan bisa jadi bayi-bayi yang tak berdaya, terjangkit sakit ISPA.

Bencana asap yang mengepung Pekanbaru, Riau dan tempat tempat lain di Sumatera dan Kalimantan, terjadi karena adanya Karhutla. Namun bukan saja Karhutla sudah terlanjur meluas, namun penanganan bencana pasca berhentinya Karhutla, tidak pernah tuntas. Masyarakat yang begitu gemuruh pada saat bencana asap melanda, seperti lupa dan berdiam diri, ketika bencana asap itu hilang.

Bencana asap biasanya akan hilang, jika sudah terjadi hujan lebat. Air, yang turun dalam bentuk hujan lebat berhari-hari, seakan menunjukkan kalau air itu sakti. Air yang dalam Al Qur'an dianggap sebagai sumber kehidupan:

“Dan Kami turunkan dari langit air sebagai pembersih“ (Qs.Al Furqan :48)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun