Dan Ingatlah Kamu Tentang Musa part 11
Musa Pimpin Sholat Istiqo Tapi Hujan Tidak Juga Turun
Dahsyat! Sesak, pilu, jengkel bercampur menjadi satu. Bencana asap bahkan mungkin sudah menelan korban jiwa. Kalau hanya yang mengalami sakit pernafasan atau ISPA sudah ribuan. Asap mengepung Pekanbaru, Riau, Sumatera dan Kalimantan. Asap akibat Karhutla sudah sulit ditanggulangi.
Tidak sedikit usaha yang sudah dilakukan. Pemerintah Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah tentu sudah berusaha keras menanggulangi Karhutla. Namun tampaknya usaha keras itu belum berhasil. Optimasi Tehnologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang diharapkan mampu menghentikan bencana asap, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Akhirnya muncul harapan hujan dari petinggi negeri, sebagai satu-satunya, yang dapat menghentikan bencana asap yang sedang melanda bagian negeri ini. Â Â
Harus ada political will yang dapat secara signifikan mengatasi bencana asap, Karhutla, secara strategis, dan komprehensif. Law enforcement dapat menjadi salah satu alternatif strategis dan komprehensif. Langkah pertama mungkin dapat dilakukan adalah memasang police line pada areal yang terkena Karhutla. Dari sana, setelah bencana asap nanti dapat berhenti, maka dimulailah penegakan hukum yang tegas, pada pemilik areal karhutla. Hal itulah sebetulnya permasalahan utama bencana asap dan Karhutla yang berlangsung bertahun-tahun.Â
Sementara akar permasalahan seperti tertutup asap. Terlalu banyak yang berkepentingan pada Karhutla, yang menimbulkan bencana asap. Ada usaha-usaha yang ditenggarai, justru pada saatnya nanti, pada lahan Karhutla, akan menjadi lahan produksi. Kapitalisme kuno beraksi, dengan dalih investasi, jor-joran meningkatkan produksi, tanpa hirau pada sustainable development atau bahkan tidak menjadi salah satu target SDGs, yang mengakibatkan banyak orang, rakyat jelata merana, anak anak bahkan bisa jadi bayi-bayi yang tak berdaya, terjangkit sakit ISPA.
Bencana asap yang mengepung Pekanbaru, Riau dan tempat tempat lain di Sumatera dan Kalimantan, terjadi karena adanya Karhutla. Namun bukan saja Karhutla sudah terlanjur meluas, namun penanganan bencana pasca berhentinya Karhutla, tidak pernah tuntas. Masyarakat yang begitu gemuruh pada saat bencana asap melanda, seperti lupa dan berdiam diri, ketika bencana asap itu hilang.
Bencana asap biasanya akan hilang, jika sudah terjadi hujan lebat. Air, yang turun dalam bentuk hujan lebat berhari-hari, seakan menunjukkan kalau air itu sakti. Air yang dalam Al Qur'an dianggap sebagai sumber kehidupan:
“Dan Kami turunkan dari langit air sebagai pembersih“ (Qs.Al Furqan :48)