Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kampanye Prabowo Bergemuruh, tapi Kalah di Survei?

15 Maret 2019   09:01 Diperbarui: 15 Maret 2019   14:28 1856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak dapat disangkal bahwa kampanye Prabowo bergemuruh di seantero negeri. Rakyat di negeri seakan menyambut pemimpin baru untuk Indonesia. Rasa tertahan yang sangat mendalam karena hadangan gangguan ancaman pada gerakan 2019 Ganti Presiden, tidak dapat lagi dihambat-hambat, bagai air dalam bendungan yang dibuka,  seolah tumpah ruah di setiap kampanye Prabowo. Namun mengapa hal itu tidak tercermin di survey ? Mengapa di semua hasil survey Prabowo selalu kalah ?

Beda dengan survey yang sering menunjukkan elektabilitas JokoWi unggul, pooling polling di medsos  Prabowo unggul. bukan itu saja, yagar tagar yang menjadi trending topik juga lebih cenderung mendukung Prabowo. Kalau boleh digambarkan secara sederhana JokoWi Presiden Survey, Prabowo Presiden medsos. 

Pada survey responden yang berpartisipasi sangat beragam tingkat pendidikannya. Jika hal itu analog dengan tingkat pendidikan pemilih pada Pilpres, maka tingkat pendidikan responden bisa jadi mayoritas berpendidikan rendah. Ada pun tagar tagar atau pooling di medsos secara umum merupakan masyarakat yang sudah lebih melek terhadap tehnologi penyebarluasan informasi. 

Kalau hasil survey boleh dikatakan JokoWi mempunyai pengaruh di berbagai tingkat pendidikan masyarakat, maka Prabowo dari hasil pooling mau pun dengung idghom bi gunnah trending tagar-tagar belum dianggap dapat mempengaruhi lapisan masyarakat kelas bawah. 

Hal tersebut dikuatkan dengan asumsi bahwa dinamika trending tagar-tagar hanya terjadi pada medsos yang jumlah penggunanya kecil. Terdapat medsos medsos lain yang penggunanya lebih besar dari pada tagar- tagar. Namun satu hal yang dilupakan dari asumsi ini adalah para pengunna tagar yang medukung Prabowo, merupakan akun akun sejati, bukan akun bot atau akun palsu. 

Akun akun tagar itu juga mempunyai akun pada medsos lain, dan terjadi interaksi yang membuat berita di medsos semakin cepat viral.  Walau pun begitu, tantangan para pendukung Prabowo yang masih belum menyentuh masyarakat kelas bawah masih besar. Hal tersebut yang membuat survey survey masih memenangkan JokoWi.

Namun dengan tumpah ruahnya masyarakat menyambut setiap kampanye Prabowo, maka pandangan Prabowo hanya menang di Medsos, sebetulnya sudah tumbang. Interaksi positif para pengguna medsos mampu menggerakkan aksi damai umat Islam Reuni 212 yang sangat fenomenal. Prabowo dalam berbagai kesempatan juga pada aksi damai umat Islam Reuni 212, menegaskan akan melindungi kepentingan umat Islam. 

Sentimen negatif terhadap umat Islam dan stigma radikal, intoleran yang selalu didendangkan terhadap umat Islam, runtuh,  dengan munculnya aksi damai umat Islam Reuni 212. Lalu mengapa Prabowo masih selalu kalah di survey ?

Pada titik ini, hasil hasil survey sering menjadi "debateble".  Di samping kekalahan Ahok yang tidak pernah terjadi di survey, para pelaku survey, tidak pernah memberikan informasi yang tegas apakah mempunyai hubungan dengan pihak tertentu. 

Para pelaku berlindung pada asas netralitas dan tidak mau mengungkapkan kontributornya. Namun Pool Mark sudah mengaku kalau ada hubungan dengan PAN. Ada pun Median pernah mengungkapkan bahwa mereka tidak berafiliasi pada siapa pun. 

Baik hasil survey Median, mau pun Pool Mark, masih mengunggulkan JokoWi dari pada Prabowo. hasil tersebut boleh dijadikan asumsi bahwa baik Median mau pun Poll mark masih menganut asa netralitas. Belakangan google juga melakukan survey, untuk yang satu ini boleh lah diasumsikan google juga independen. 

sumber: \kompasiana.com/masjokomu
sumber: \kompasiana.com/masjokomu
Pada setiap hasil survey selalu terdapat jumlah suara yang belum menentukan. Dengan asumsi survey Google merupakan survey independen serta masyarakat yang belum memutuskan dapat dipengaruhi oleh penyebarluasan informasi, maka hasil survey Google dapat digunakan untuk membedah undicide voters.

Dari hasil survey Median, walau pun hanya untuk parpol pada Pileg dan untuk wilayah DKI, namun jika digunakan sebagai indikasi awal, dapat digunakan sebagai bahan prediksi. Parpol pendukung JokoWi memperoleh  43,4 persen    sedang parpol pendukung Prabowo memperoleh  41,5 persen. Terdapat undicide voters 15,1 persen. 

Jika hasil survey Google digunakan untuk perhitungan undicide voters pada hasil survey Median, maka JokoWi akan memperoleh tambahan suara  5,04 persen, sedang Prabowo akan bertambah suaranya   10,07 persen. Prediksi suara JokoWi akan sebesar 48,44 persen, sedang suara Prabowo akan sebesar  51,57  persen.

Namun kalau hasil survey Median dianggap untuk parpol dan hanya untuk DKI, maka dengan metode yang sama, bisa kita dapatkan prediksi suara JokoWi dan Prabowo, berdasarkan hasil survey Pool Mark.

Dari hasil survey Pool Mark, walau pun bekerjasama dengan PAN,  namun karena elektabilitas JokoWi lebih unggul dari ekektabilitas Prabowo, dapat dianggap independen.  Jika hasil survey Pool Mark digunakan sebagai indikasi awal, dapat digunakan sebagai bahan prediksi. Parpol pendukung JokoWi memperoleh   40,4   persen, sedang parpol pendukung Prabowo memperoleh  25,8 persen. Terdapat undicide voters 33,8 persen.

 Jika hasil survey Google digunakan untuk perhitungan undicide voters pada hasil survey Pool Mark, maka JokoWi akan memperoleh tambahan suara  11,3 persen, sedang Prabowo akan bertambah suaranya   22,5 persen. Prediksi suara JokoWi akan sebesar 51,7 persen, sedang suara Prabowo akan sebesar 48,3 persen.

Dus jumlah suara JokoWi dengan Prabowo hanya terpaut 3 persen. Suatu jumlah yang sangat riskan bagi Petahana. 

Lalu bagaimana pengaruh kampanye Prabowo yang bergemuruh, kalau prediksinya kalah ?

Tiga puluh hari ke depan semua masih bisa berubah. Selisih ekektabilitas JokoWi dan Prabowo yang tahun lalu masih puluhab persen, ternyata saat ini hampir menjadi tipis sekali. 

Siapa yang menyangka Ajax mampu kalahkan Madrid. Siapa yang berpikir MU kalahkan PSG. Siapa yang menduga Juventus hempaskan Atletico. Siapa yang beranggapan Liverpool mampu mekibas Bayern. 

Motivasi tinggi dan semangat yang bergemuruh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun