Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Syukur Nikmat, Pancaran Sinar Muthmainah

24 Mei 2018   16:20 Diperbarui: 24 Mei 2018   16:40 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Syukur Nikmat: Pancaran Sinar Muthmainah

Syukur nikmat adalah salah satu bentuk ekspresi sudah tumbuh kembangnya dorongan nafsu muthmainah. Karena dorongan nafsu aluamah, nafsu amarah dan nafsu sufiah sering mengabaikan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Nafsu-nafsu lain, selain nafsu muthmainah cenderung memunculkan dorongan rasa tidak puas, dorongan ingin bertambah kuasa, bahkan bisa menuju ke arah kufur nikmat. Oleh karena itu, bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT juga merupakan salah satu langkah Jalan Mendaki Lagi Sulit.

Bagi akal sehat yang disinari cahaya iman, bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah SWT merupakan bukan saja kewajiban bagi setiap orang, namun juga merupakan konsekuensi logis sebagai makhluk ciptaan Allah.

Menjadi sehat bugar, sehingga dapat menikmati hidup, melakukan pekerjaan, menghasilkan produk, berdialog dengan sesama, menikmati keindahan alam, melakukan traveling ke berbagai tempat wisata, atau bahkan belanja untuk berbuka puasa, merupakan bentuk bentuk nikmat Allah SWT yang perlu disyukuri. Namun sekali lagi itu hanya dapat muncul, jika terjadi dorongan nafsu muthmainah, sekaligus menjadi tahapan untuk melangkah pada jalan yang mendaki lagi sulit.

Lho, tinggal bersyukur saja kok sulit tho mas. Memang bersyukur bisa menjadi sulit, jika dinamika nafsu aluamah terlalu mendominasi. Dorongan munculnya rasa kurang puas atas sesuatu yang sudah dicapai dapat menjadi awal dari sulitnya muncul rasa syukur atas nikmat dan karunia yang sudah diberikan Alllah SWT kepada hambanya. Keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih banyak lagi dari yang sudah dicapai saat ini, dapat menjadi pintu masuk untuk berkecamuknya dinamika nafsu aluamah.

Orang orang yang sudah memiliki penghasilan besar, ingin bertambah lagi penghasilannya. Orang orang yang sudah punya mobil satu, ingin menambah lagi mobilnya. Orang orang yang sudah memiliki pasar di suatu kota untuk produknya ingin memperlebar pasar produknya ke kota lain. Banyak kita jumpai orang orang yang sering tidak puas terhadap sesuatu yang sudah dimiliki, masih ingin mengejar lagi keinginannya.

Nafsu aluamah membuat orang merasa haus dan dahaga untuk memiliki harta benda lebih dan berlebihan secara terus menerus. Al hasil sangat sulit bagi orang yang dikuasai oleh nafsu aluamah untuk dapat sampai kepada syukur nikmat. Padahal secara logika sederhana, dengan memiliki sesuatu yang lebih dari pada yang lain saja, seharusnya peluang munculnya syukur nikmat lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki sesuatu.

Dinamika nafsu amarah juga dapat membuka peluang sulitnya muncul dorongan syukur nikmat. Keinginan untuk memiliki perusahaan lain, keinginan untuk memiliki jabatan yang lebih tinggi, keinginan untuk bebas dari gangguan kritik, keinginan untuk menguasai keadaan, dapat mendorong dinamika merajalelanya nafsu amarah. Jika nafsu amarah membekenggu hati dan jiwa manusia, maka rasa syukur atas sesuatu yang sudah didapatkan menjadi tertutup. Dinamika nafsu amarah bahkan dapat mendorong tindakan tindakan menekan, menghabisi kelompok lain. 

Begitu juga halnya dengan orang orang yang sudah mempunyai kedudukan penting di masyarakat. Kedudukan penting yang didapat karena harta, kedudukan yang didapat karena kuasa atau hal hal lain yang bersifat khusus. Nafsu sufiah dapat menyebarkan virus yang berbahaya bagi kalangan "sekebritis" tersebut.

Pujian pujian yang memabukkan, bisikan bisikan maut, dapat mendorong seseorang ke luar dari koridor jalan lurus. Posisi posisi terhormat itu, juga dapat menjadi pintu masuk kepada dinamika liar virus nafsu sufiah. Bukan suatu hal yang mudah pada posisi terhormat dapat muncul rasa syukur nikmat, kalau nafsu sufiah tidak dapat dikendalikan. 

Kalau begitu dari pada menjadi orang kaya, berkuasa, orang terhormat, tetapi sulit menyadari untuk mau menunjukkan rasa syukur nikmat, lebih baik menjadi orang miskin, orang tak berdaya, orang kebanyakan saja, biar dapat lebih mudah mau menunjukkan rasa syukur nikmat. Pemikiran seperti ini, sepintas seperti betul, tetapi juga belum tentu dapat terjadi begitu saja. Orang orang miskin, tak berdaya, orang orang biasa juga dapat terkena virus dinamika liar nafsu nafsu aluamah, nafsu amarah dan nafsu sufiah sepanjang belum menemukan jalan dorongan nafsu muthmainah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun