Mohon tunggu...
Siti Masitoh
Siti Masitoh Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nafsu Itu Obor "Blarak"

14 Maret 2018   16:19 Diperbarui: 14 Maret 2018   16:20 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: myimage.id

Mari kita preteli dulu judul ini agar pembaca mempunyai sudut pandang yang sama dengan penulis. Nafsu adalah sesuatu yang bergejolak dalam diri manusia yang cenderung ingin dipenuhi agar gejolak tersebut reda. Obor adalah sesuatu yang dimanfaatkan sebagai penerang yang berasal dari sesuatu yang dibakar. Blarak adalah istilah untuk daun kelapa yang sudah kering.

Manusia mempunyai beraneka macam nafsu diantaranya nafsu amarah, nafsu makan, nafsu seks, nafsu yang berkaitan tentang harta, tahta, strata, dan lain-lain. Nafsu tidak hanya diberikan pada manusia, tetapi juga kepada hewan. Makhluk yang diciptakan tanpa nafsu adalah para malaikat. Mereka diciptakan hanya mempunyai ketaatan saja. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk mempunyai dua sisi dalam hidupnya. Ia mempunyai nafsu, tetapi ia juga mempunyai sisi ketaatan. Dua hal itulah yang dapat menjadikan manusia menjadi mulia atau sebaliknya.

Nah, hubungannya dengan judul adalah antara nafsu dan obor blarak itu mempunyai kemiripan dalam hal sifat. Penulis mengambil beberapa contoh, nafsu makan dan nafsu seks misalnya. Ketika misalnya orang sedang menjalankan puasa, maka di penghujung senja ia akan bertemu dengan waktu berbuka. 

Mari kita renungkan kembali, tentu ketika hendak berbuka ada kalanya orang tersebut membeli beraneka macam makanan, ingin ini, ingin itu, dan banyak yang dibeli. Namun ketika waktu berbuka telah tiba, saat beberapa teguk minuman membasahi kerongkongan, dan beberapa suap makanan telah menghilangkan lapar, maka orang sudah tidak berselera dengan makanan yang masih ada. Hingga akhirnya kulkas pun menjadi tempat pembuangan akhir. 

Dalam hal seks juga seperti itu. Ketika orang belum terpenuhi keinginannya, ia sangat menggebu-gebu, setiap saat terfikirkan bagaimana bisa meredakan gejolak dalam dirinya. Nggak lama, sebatas orgasme saja. Setelah 'lemas', maka disuguhin beraneka wanita pun tak selera lagi. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis mengkhususkan pada sahabat-sahabat semua yang mempunyai keinginan melampiaskan nafsu seks pada 'pos' yang tidak halal. 

Mari kita refleksikan bersama, ketika seseorang menginginkan berzina, kemudian hal itu direalisasikan, maka kesenangan itu tidaklah lama, ya seperti obor blarak. Begitu dinyalakan maka berkobar api yang sangat besar membakar seluruh daun dan lidi. Namun beberapa detik kemudian, habis, tinggal abu dan arang. Hal ini sama dengan realisasi zina tersebut, setelah orgasme dan puas, maka yang tersisa adalah rasa bersalah di dalam jiwa, serta segudang efek samping dan residu setelahnya, baik fisik maupun psikis. Bagi insan yang beragama, hal tersebut akan membekas sangat lama bahkan selalu teringat dalam hidupnya.

Nafsu memang dikaruniakan kepada manusia agar manusia dapat bertahan hidup dan melestarikan jenisnya. Namun karena sifatnya yang demikian, maka nafsu didampingi dengan faktor lain sebagai pengontrol. Akhirnya, tulisan ini tidak bermaksud menjelaskan sesuatu yang sudah diketahui orang banyak, bukan bermaksud mengajari sesuatu yang sudah dipahami. Tetapi dengan menuliskan hal tersebut disini, harapannya untuk penulis dan pembaca adalah terjadi autoregulasi dalam diri. 

Autoregulasi adalah perubahan secara otomatis ke arah yang lebih baik. Seperti orang yang lepas dari rokok. Autoregulasi bekerja secara otomatis karena perubahan sudut pandang dirinya akan rokok. Sehingga orang tersebut tidak perlu dengan memaksakan diri, tetapi secara mudah dapat lepas dari rokok dengan sendirinya. Kesimpulannya, dengan memahami akan nafsu dan sifatnya yang seperti obor blarak ini, semoga pembaca sekalian mendapatkan sudut pandang yang konstruktif.

Salam,

Siti Masitoh

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun