Mohon tunggu...
Chrisma Juita Nainggolan
Chrisma Juita Nainggolan Mohon Tunggu... Guru - Emak berliterasi

Guru ekonomi SMAN 1 Kualuh Selatan, Labura Sumut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendidik dan Mengajar, Menjadi Manusia Secara Utuh

2 Agustus 2022   23:49 Diperbarui: 2 Agustus 2022   23:54 23360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Ki Hajar Dewantara memperkenalkan "Sistem among", yaitu Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karsa, dan Tut wuri handayani. Seorang guru harus memberi contoh yang baik bagi anak didiknya, harus membangkitkan/menguatkan semangat, bukan melemahkan, serta harus mendorong supaya siswanya mandiri. Inilah esensi sebenarnya dari merdeka belajar. Ruh dari Tut wuri handayani adalah memerdekakan anak didik.

Pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan (Ki Hajar Dewantara). Buah pemikiran beliau hingga saat ini masih tetap eksis, dan melampaui zamannya. Ki Hajar Dewantara mengemukakan gagasan tersebut pada abad ke-19, dan masih relevan hingga kini. Sebagai pendidik, kita dapat mewujudkan cita-cita Ki Hajar Dewantara, yaitu dengan cara memberi hak dan kesempatan belajar sesuai dengan keinginan dan bakat anak didik. Guru harus memberikan daya upaya terbaik dalam mendidik murid.

C. Menjadi Manusia Secara Utuh

Ada dua kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan lahir (Jasmani) dan batin (Rohani). Manusia diberi akal yang digunakan untuk berpikir, merasa, dan berkarya. Jika pikiran, perasaan, dan kehendak berpadu, maka timbullah daya dan budi pekerti, sebagai ciri khas manusia merdeka. Manusia merdeka adalah manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya secara mandiri, dan inilah yang disebut dengan kodrat sebagai manusia.

Bagaimana cara agar siswa dapat mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya sendiri, maka pendidik berperan membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuannya adalah agar tercapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan, tidak berat sebelah. Untuk itulah maka pendidikan seyogyanya mampu memberi "Didikan lahir" maupun "Didikan batin". Kebudayaan merupakan hasil budi manusia secara lahir dan batin. Pengembangan budi pekerti berupa pikiran/olah cipta, karakter/olah rasa, kemauan/olah karsa, dan jasmani/olahraga.

Sebagai pendidik, kita harus memandang siswa sebagai manusia secara utuh dalam mendampingi mereka menentukan tujuan belajarnya. Guru harus menentukan rencana pembelajaran sesuai kebutuhan anak didik, yang akan membantu mereka untuk mengembangkan kekuatan lahir dan batin. Guru tidak cukup hanya membantu memberikan Pendidikan yang berorientasi pada kemampuan kognitif, tetapi juga sisi kekuatan batinnya, yaitu sosial, empati, emosi, dan lainnya.

Seyogyanya, siswa dilatih untuk mengembangkan kebutuhan batin untuk menentukan tujuan belajarnya.mengembangkan kerjasama, empati, menghargai sesame, refleksi untuk mengembangkan diri, serta berkontribusi di lingkungan sosial. Apakah kita sudah menjadikan anak didik manusia seutuhnya?, apakah kita sudah membantu memberi nutrisi bagi kebutuhan lahir dan batinnya?. Bagaimana cara kita mendampingi untuk mengasah keterampilan bernalar siswa dengan sebaik-baiknya?.

Jika ternyata menjadi guru, sebagai pendidik dan pengajar sudah menjadi pilihan hidup, maka bersyukurlah. Sebab kita berada di garda terdepan untuk mengawal generasi pemilik negeri, yang meneruskan perjuangan kita di masa depan. Salam literasi dari bumi Kualuh, basimpul kuat babontuk elok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun