Tahun 2014, Judith Davidson dalam bukunya berjudul "Sexting Gender and Teens", menjelaskan bahwa sexting adalah aktivitas mengirim pesan atau gambar seksual secara eksplisit, atau menonjolkan materi seksual melalui produk teknologi yang terhubung jaringan internet.
Aktivitas sexting berupa pesan verbal dan nonverbal, berupa kata-kata bernada seksual dan dalam bentuk foto, video, stiker, atau emoticon bernada seksual. Sexting bisa terjadi pada siapa saja, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
Sexting juga tidak terbatas pada kalangan tertentu, bisa merebak di kalangan masyarakat biasa, kaum intelektual, bahkan tokoh publik.
Jauh sebelum dunia mengenal istilah sexting, pelecehan lewat kata-kata atau gerakan tertentu sudah dikenal.Â
Misalnya rayuan yang bernada seksual, dan kini dengan kemajuan teknologi informasi, maka sexting semakin menjamur. Orang dengan mudah melakukan sexting melalui media sosial, karena akses terbuka lebar.
Ada beberapa alasan seseorang melakukan sexting, diantaranya:
1. Menggoda orang lain (Penerima)
Orang yang melakukan sexting ingin menggoda si penerima foto, teks, atau video bernada seksual.
2. Penasaran/Kepo
Bagi yang penasaran ingin mencoba melakukan aktivitas sexting, maka akan mengirim pesan-pesan menggoda biasanya kepada orang-orang di sekitarnya.