Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Abu Janda, Akankah Bernasib Layaknya Jonru Ginting?

1 Februari 2021   00:05 Diperbarui: 7 Februari 2021   08:03 1197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Permadi Arya atau Abu Janda al-Boliwudi | Foto Kompas TV

Malang nian nasib Permadi Arya alias Abu Janda. Orang-orang yang dulu tak menggubrisnya atau hanya menganggapnya sebagai sebuah kameo di dunia maya kini bersuara dan memposisikan diri berhadapan dengannya. Seeeb, naseb..

Konfrontatif nan Kontroversial? Ya, Abu Janda

Abu Janda al-Boliwudi bukanlah sosok asing di blantika media sosial (medsos) tanah air. Pernyataan-pernyataannya kerap booming dan menjadi polemik di masyarakat. Hujatan pun saya yakin sudah menjadi santapan wajib baginya. Hal itu menjadi resiko bagi seorang pegiat medsos yang jelas-jelas berafiliasi ke salah satu kutub dalam kehidupan berpolitik di negeri ini.

Namun kasus yang dihadapinya kali ini berbeda. Bahkan bisa dikatakan lebih cetar dari sekedar hujatan pihak yang selama ini berlawanan dengannya.

Orang-orang yang dulu tak menggubrisnya atau hanya menganggapnya sebagai sebuah kameo di dunia maya, kini bersuara dan memposisikan diri berhadapan dengannya. Termasuk dari golongan masyarakat Islam kultural tanah air, Nahdlatul Ulama (NU), dimana ia kerap memposisikan diri.

Bagi sebagian orang, Abu Janda kerap direpresentasikan sebagai bagian struktural dari NU sebab ia memang secara kentara menggunakan atribut ke-NU-an. Dan pada kenyataannya, ia pernah mengikuti pelatihan sebagai anggota Barisan Ansor Serbaguna atau Banser. Jadi sah-sah saja ia membanggakan diri sebagai bagian dari masyarakat NU.

Namun bukan berarti semua yang dilakukannya mendapat legitimasi dari Banser ataupun GP Ansor. Apatah lagi mewakili. Meskipun benar adanya, bahwa antara ia dan GP Ansor memiliki sikap yang sama terhadap intoleransi, radikalisme atau separatisme berbalut agama. 

Kontraproduktif bagi NU?

Pada sebuah talkshow yang dihelat di sebuah televisi swasta beberapa tahun lalu, aktivis medsos itu pernah ditegur Mahfud, MD karena komentar serampangannya mengenai hadits (link). Saat itu ia hendak meng-counter Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mencomot sebuah hadits dalam mengkampanyekan paradigmanya tentang khilafah 'ala minhaj nubuwwah.

Menyatakan bahwa hadits banyak juga yang palsu untuk meng-counter dalil HTI bukanlah sanggahan yang apik karena ia tak secara spesifik menyentuh esensi untuk menghajar balik argumentasi lawan. Penyebabnya jelas, bahwa seorang Abu Janda memang tak memiliki kapasitas mumpuni dalam hal itu.

Dalam banyak kasus, boleh jadi perkataan Abu Janda mengandung kebenaran. Meski dalam hal lain, ungkapannya terkesan kontroversial dan malah kontraproduktif. 

Dan kali ini, kontroversi pernyataan sang pegiat medsos nampak mencapai puncaknya. Tak kurang, cuitannya mengundang reaksi negatif dari orang-orang penting NU. 

Putri KH. Abdurrahman Wahid (allahyarham), Alissa Wahid mengatakan bahwa twit yang menyinggung aktivis asal Papua, Natalius Pigai, sebagai ungkapan rasis. 

Sementara itu, mantan Wakil Ketua Umum PBNU, KH. As'ad Said Ali menyebut Abu Janda sebagai penyusup di dalam tubuh NU. Sebagai Ketua Dewan Penasihat PP GP Ansor, ia sempat mempertanyakan Abu Janda kepada pimpinan GP Ansor beberapa tahun lalu. Hal itu dilakukannya karena menilai sosok itu kerap bicara ngawur tentang NU di saluran televisi. *

Anggota Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Amerika Serikat, Akhmad Sahal pun turut mengomentari twit heboh paling mutakhir Abu Janda. Ia memprotes ungkapan "Islam Arogan" sebab banyak dari kalangan muslim yang menentang paradigma berpikir arogan dan menyebut bahwa NU justru ramah terhadap tradisi lokal. *

Akankah Abu Janda Terjerat Pidana?

Menanggapi aduan dari masyarakat, Bareskrim Polri telah melayangkan surat panggilan kepada Permadi Arya. Permadi pun menyatakan akan hadir memenuhi panggilan pada Senin 1 Februari 2021.

Para haters Abu Janda sudah pasti mendukung langkah polisi dan berharap sang aktivis berakhir di balik jeruji. Meski mereka tetap saja mengulum apriori sebab menilai selama ini pihak berwajib selalu tak serius dalam memproses aduan terhadap pihak-pihak yang pro pemerintah.

Kasus ini menjadi ujian bagi kepolisian sebab saat ini yang terbangun imej di masyarakat bukan hanya Abu Janda versus golongan anti pemerintah namun Abu Janda versus umat Islam.

Saya jadi ingat salah satu aktivis anti pemerintah yang masuk bui beberapa tahun lalu, Jonru Ginting. Fesbuker dengan 1,47 juta pengikut itu divonis 1,5 tahun penjara karena terbukti bersalah dalam kasus ujaran kebencian dan SARA. 

Jika Jonru dihukum 'hanya' karena berujar miring terhadap pemerintah, masa iya Abu Janda bebas karena perbuatannya yang melecehkan agama Islam? Itulah yang bisa jadi menggelayut di benak khalayak. Meskipun nantinya jika Abu Janda berakhir di balik jeruji pun, kaum apriori tetap tak sembuh dari penyakit menahunnya.

Baca juga : Ada Wahabi di Balik Cuitan Abu Janda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun