Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kau Datang Lagi Saat Ku Telah Bersama

27 September 2020   06:17 Diperbarui: 28 September 2020   21:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami berpisah 5 tahun yang lalu. Kurang lebih setelah sebulan kepindahanku ke ibukota. Tapi ia kini datang lagi, untuk apa?

Obat Patah Hati? Ya Dapat Ganti

Kami berkenalan lewat media sosial. Awalnya cuma cari teman, syukur bisa lanjut jadi teman hidup. Singkat cerita, ia mengatakan "Ayo kita jalani saja" saat kuutarakan keinginan untuk lebih serius dengannya. 

Motifku yang nggak ingin cuma main-main mengantarkanku menyambangi rumahnya. Bukan cuma dengannya, aku pun sekali dua kali ngobrol kakeknya, meski cuma beberapa patah kalimat. Apatah lagi dengan ayahnya, lebih banyak lagi kami berbalas pantun.

Lewat beberapa bulan konektivitas tanpa hambatan itu berlangsung, ada kabar dari atasan bahwa dalam beberapa pekan aku akan dipindahtugaskan ke kota lain. Hmmm, mau nolak nggak mungkin, mau ngejalanin kayaknya kok berat. Tapi apa boleh bikin, show must go on kata orang kulon. Barangkali memang itu jalan buatku untuk menjadi lebih baik.

Baca juga: Mama, Aku Lihat Sesuatu di Kamar Kedua

Akhirnya dengan diantar oleh sebuah "singa terbang" dari bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, aku pun menginjakkan kakiku di Jakarta.

Belum juga sepekan tinggal di sebuah kos berukuran 3x3 meter persegi, aku sudah menyusun rencana buat balik kampung. Mungkin sebulan atau satu setengah bulan lagi aku bertemu emak, bapak dan tentu calon mantunya. Namanya bujang, nggak perlu persiapan tetek bengek buat pulkam. Cukup berbekal dompet dan ransel, jalan.

Namun belum juga genap sebulan, hatiku terkoyak oleh sebuah berita cetar yang datang dari si dia. "Mas, bukannya ingin melukai hati mas, tapi mulai sekarang kita temenan saja ya..", itu kira-kira bunyi pesannya padaku. 

Hah?! Temenan saja katamu? Hatiku jadi kacau, rasanya jauh lebih nyeri daripada kesetrum batere kotak. Nggak bisa fokus. Kalau divisualisasikan di layar lebar, seperti saat seorang anggota US Ranger yang terlempar akibat hempasan ledakan RPG milisi Somalia di Black Hawk Down. Setelah bangun, yang terdengar di telinganya cuma bunyi "ngiiiiiiiiiiiingngngng..."

Aku tak ingin berpanjang lebar membahasnya. Tapi satu hal yang pasti, semua itu akan berakhir pada masanya. Meski butuh waktu, akhirnya Tuhan memberikanku ganti. Dan itu adalah obat paling mujarab bagi seseorang yang sudah menyusun rencana panjang akan kelangsungan hidupnya dengan seseorang. Ehm, jadi serius.

... dan Kau Datang Lagi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun