Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dahnil Anzar Simanjuntak dalam Jejak Digital

4 Mei 2019   07:24 Diperbarui: 12 Mei 2019   10:06 1886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dahnil Anzar Simanjuntak I Dok. Detikcom

"Ini tahun politik, demokrasi cara kita memilih pemimpin yang baik. Saya menghargai Muhammadiyah pilih yang terbaik, bukan memilih yang paling keras atau hebat kampanyenya. Walaupun Dahnil di pihak nomor 2 tapi tidak berarti Pemuda Muhammadiyah harus untuk ikut kebijakan politik dia," kata Jusuf Kalla saat membuka Muktamar Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada 26 Nopember 2018 lalu.

Perhelatan yang diadakan oleh organisasi kepemudaan Muhammadiyah itu akhirnya memutuskan Sunanto alias Cak Nanto sebagai suksesor Dahnil yang habis masa baktinya pada akhir 2018.

Setelah meletakkan jabatannya di Pemuda Muhammadiyah, Dahnil fokus dalam tugasnya di Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Sandi sebagai juru bicara. Suatu kali kritikan pedas muncul dari politisi PKS, Fahri Hamzah. 

Dia menyebut Dahnil (dan jubir kubu Jokowi) sebagai jubir tak berkelas karena menganggap tak ada hal substantip yang diangkat dalam perdebatan seputar pilpres. Menanggapi komentar itu,Dahnil berkilah dan menganggap siapa pun berhak berkata apa saja mengenai kinerjanya.

Mari kita tinggalkan aktivitas Dahnil sebagai seorang jubir. Kita akan mengingat beberapa hal mengenai Dahnil Anzar Simanjuntak saat menduduki posisi sebagai orang nomor satu di Pemuda Muhammadiyah yang tak berpolitik praktis.

Apa saja itu? Mari kita lihat dari beberapa twitnya.

1. Bersikap moderat terhadap Islam Nusantara

Islam Nusantara sontak mencuat menjadi sebuah kontroversi saat dijadikan tema dalam Muktamar Nahdlatul Ulama di Jombang pada 2015 lalu. Bukan sekedar istilah, banyak orang yang memaknainya sebagai sebuah hal yang tidak selayaknya digembar-gemborkan karena berpotensi untuk mengkotak-kotakkan masyarakat Islam.

Ada pula yang beranggapan lebih karena menganggapnya sebagai sebuah aliran yang menyimpang dari kaidah keislaman dengan mencampuradukkan budaya dan syariat Islam. Oleh karenanya, muncul cemoohan yang diarahkan oleh tuduhan bahwa Islam Nusantara sebagai gerakan anti Arab.

Ditambah lagi dengan adanya dukungan pemerintah melalui Presiden Jokowi, tema itu menjadi bola panas yang gemar ditendang oleh orang-orang yang berseberangan dengan NU.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun