Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Financial

Jatuh Cinta Pakai Perasaan, Mempertahankan Pakai Penghasilan

14 Februari 2021   19:53 Diperbarui: 14 Februari 2021   19:55 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Sabtu malam pada pertengahan Februari 2021. Seharian ini aku capek karena tidak melakukan apa-apa. Lah kok malah capek? Silakan dari malam sampai pagi ke siang goler-goler saja di tempat tidur, gimana rasanya? 

Akhirnya kuhubungi Taufik, salah seorang teman untuk ngopi. Pucuk dicinta, diapun bisa. Selepas magrib kami menuju ke Kedai Kopi Pasar, tempat favorite untuk nongkrong. Tidak terlalu mahal dengan tempat nyaman. 

Di sanalah kami biasanya menghabiskan malam bertukar pikiran. Seringkali kami membahas buku-buku self-improvement yang sudah kami baca. Semacam membedah buku, seperti itu kira-kira. Tidak terkecuali malam ini. Kami membawa karya Napoleon Hills dengan maha karyanya Think and Growth Rich. 

Awalnya kami saling membahas soal kekuatan mindset. Hingga kemudian berujung pada kekayaan, terutama uang. Sebenarnya nyambung saja. Apalagi dalam buku itu memang membahas soal kekayaan dan cara memperolehnya. Harus kuakui setelah membaca karya Napolleon, dan Robert Kiyosaki, mindsetku soal uang berubah drastis. Mulai saat itu aku semakin haus akan ilmu soal uang atau financiall. Hingga pada akhirnya kita membawa nama-nama yang cukup terkenal dalam dunia finansial, katakan saja Mardigu, Helmy Yahya, Gita, sampai Raditya Dika. 

Soal nama yang terakhir itu sebenarnya secara pribadi aku yang menjadikannya rolemodel soal uang sampai gaya hidup. Biar saja orang lain menikmati Radit sebagai komedian, namun bagiku lebih dari itu beliau adalah sosok yang membuka pikiranku soal uang. Berbeda denganku, Taufik sangat mengidolakan Mardigu. 

Menurutnya konsep yang ditawarkan Pak Mardigu itu keren. Terutama adalah soal kita seharusnya harus sadar kaya. Iya, kita itu harus sadar bahwa kita kaya. Sesederhana itu. Tapi kalau merujuk ke buku Napolleon sadar kaya itu sebenarnya salah satu syarat untuk kaya. Itulah yang dinamakan mindset. Kalau kita sadar kita kaya, harusnya kita juga sadar hal-hal apa saja yang dilakukan orang kaya, begitu kan?

Semakin malam obrolan kami semakin seru. Segelas latte es semakin menyusut. Obrolan tidak menemui benang kusut. 

"Bagaimana pandangan kakak soal pernikahan? Sudah ada rencana?" Seketika pertanyaan itu terlontar darinya.

Seketika itu juga aku teringat akan sosok pujaan hati yang jauh di sana. Aku sedikit menghela nafas. Aku mulai menjawab dengan sebuah topik yang di bahas di terminal mojok. Intinya faktor terbesar kegagalan rumah tangga adalah soal ekonomi. Terlepas dari nasib aku rasa pernikahan itu perlu dan sangat perlu direncanakan. Aku bilang ke Taufik soal itu aku sudah sepakat dengan pujaan hatiku untuk merencanakannya. Seperti apa? Minimal aku dan dia (pujaan hati yang sekarang jadi kekasih) sudah sepaham soal uang. 

Ya, aku sangat berusaha membicarakan uang dengannya. Aku ingat betul apa yang dikatakan Mbak Wina di podcastnya Radit bahwa seharusnya ngobrol tentang keuangan bersama kekasih itu harus semudah bertanya makan apa? sedang apa? Sesederhana itu. Sebagian besar dari kita faktanya sangat tabu membahas keuangan. Padahal nantinya keuangan itu adalah kebutuhan dua belah pihak. Semua harus dikomunikasikan. 

Taufik hanya manggut-manggut. Kemudian dia berkata kata Pak Mardigu "Jatuh cinta itu pakai perasaan, menjaga pakai penghasilan." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun