Mohon tunggu...
masikun
masikun Mohon Tunggu... Petani - Mahasiswa

Mahasiswa Pertanian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pos Ronda

19 Januari 2021   15:30 Diperbarui: 19 Januari 2021   15:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masih dari desaku. Kali ini lebih spesifik untuk kawasan rt-ku. Dipimpin oleh seorang ketua rt. Masih muda. Cakap. Lagi cekatan. Jiwa mudanya memang sangat diperlukan untuk lingkungan kami. Seperti lingkungan yang lainnya ditempatku juga ada siskamling. Pos ronda sebagai markasnya. Warga lingkungan setiap malam bergantian berjaga. Setiap bulan ada 'jimpitan' segelas penuh beras yang hasilnya masuk kas rt.

Aku sendiri, lebih tepatnya bapakku mendapat tugas jaga setiap malam selasa. Karena sekarang aku di rumah jadilah tugas itu aku yang menggantikan. Setiap malam selasa aku ke pos ronda. Sehabis isya, kentong biasanya sudah bunyi. Tanda waktu harus kumpul di pos ronda;markas.

Malam itu aku datang dengan naik sepeda onthel milik bapak. tidak ada penerangan sepanjang jalan. Belum juga ada aspal. hanya saja masih lebih baik ketimbang 10 tahun silam. Sudah tidak ada kolam di tengah jalan. Desaku kalau malam seperti ini seperti di hutan. Gelap. Jarak rumah juga masih jarang. Lebih rapat oleh pepohonan kelapa, pisang, dan semak-semak. Tak jarang ular adalah spesies yang jamak kutemukan ketika berjalan malam seperti ini. Jalan pakai sepeda maksudnya.

Jarak rumahku menuju markas tidak begitu jauh. Paling 1 kilometer saja. Belum sampai di markas kulihat banyak orang-orang sedang duduk di depan warung ujung gang. Ada Mang Yahya yang tak pakai baju, mang Romli dengan kaos oblongnya, kang Yatno dengan jaketnya, juga mang Basir juga tak pernah ketinggalan kalau soal ngumpul seperti ini. Tentu saja mereka adalah sebuah formasi yang lengkap untuk menghabiskan linting demi linting sambil berdiskusi sampai larut malam. Aku singgah dan ikut duduk bersama mereka. Suasana yang begitu hangat. Mereka sedang membicarakan kondisi tanaman padi yang baru saja ditanam yang begitu memprihatinkan. Baru beberapa hari tanam, bukannya hijau malah mulai menguning. Beberapa malah sudah ada yang tanam sampai dua kali. Dan tetap saja menguning dan kemudian mati.

Aku masih khusyuk mendengarkan obrolan mereka. Toh, aku juga mengalaminya. Kemarin lusa aku juga baru selesai tanam. Dan memang belum ada tanda-tanda tumbuh. Masih kuning. Aku menduga kondisi seperti ini memang wajar. Apalagi ini adalah musim setelah kemarau panjang. Tanah kering dengan waktu yang begitu lama. Kemungkinan zat asam masih begitu tinggi. Tentu saja ini hanya dugaanku belaka. Apalagi untuk sawah yang berada di petak alas. Aku pastikan zat asamnya memang begitu tinggi. Kondisi seperti itu pupuk tidak akan berguna. Alih-alih memupuk agar tumbuh malah sebaliknya tanaman akan keracunan dan mati. Hal itu juga sudah disadari oleh banyak warga sejak dulu. Sekarang aku tahu alasannya.

Aku pernah berpesan kepada bapak dan ibuk kalau musim kemarau tanah sawah yang di petak alas itu ditaburi kapur atau paling tidak kotoran kambing. Sebetulnya aku sendiri ingin sekali melakukan itu. Sayangnya, ketika aku di rumah kondisi musim penghujan. Tak kusangka, bapakku melakukannya. Beliau membawa dua karung kotorang kambing yang kering dan ditaburkan ke sawahnya. Wal hasil, tanaman memang masih kuning, mengindikasikan tanah masih masam, tapi tidak parah. Soal ini bapak yang cerita sendiri kepadaku. Beliau mengatakan sekarang tanah disawahnya mudah ditanami. Aku tersenyum lebar kalau mengingat itu.

"Ayok ke markas!!!" Tiba-tiba suara muncul daari kegelapan. Ternyata kang Rasidi. Teman ronda malam ini. Aku dan kang Rasidi menuju markas diikuti oleh teman-teman yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun