Mohon tunggu...
Masdarudin Ahmad
Masdarudin Ahmad Mohon Tunggu... PNS -

"Merasa, Maka Menjadi"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saya, Husin dan Badrul

5 Mei 2014   05:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Husin dan Badrul adalah temanku sejak kecil. Sampai tamat SMA, saya berteman akrab. Kami hidup bertetangga di kampung. Kondisi kehidupan kami tidak jauh berbeda, hampir sama. Setiap pagi pergi ke sekolah juga selalu bersama: tanpa uang jajan, tanpa buku cetak dan hanya berjalan kaki. Perjalanan lebih kurang 2 KM dari rumah ke sekolah dijalani tanpa kendaraan. Semua kami lakukan karena keterpaksaan, bukan pilihan. Ya, kami terpaksa pergi ke sekolah tanpa uang jajan dan tanpa kendaraan serta belajar tanpa buku pegangan.

Pekerjaan orang tua kami juga sama. Pagi hari menakik getah yang hanya cukup untuk belanja sehari-hari. Kemudian sore harinya bekerja di kebun menanam sayur untuk belanja keperluan lain dan sedikit simpanan. Simpanan untuk persiapan ketika datang musim penghujan. Karena saat musim penghujan, kerja menoreh getah tidak bisa dibuat, maka hasil kebun dan sedikit simpanan itulah yang digunakan untuk menopang belanja kebutuhan sehari-hari.

Liburan sekolah adalah saat yang sangat ditunggu. Karena ketika itulah kami bisa beristirahat dan bermain-main sepuasnya. Tetapi kami tidak hanya beristirahat dan bermain saja. Waktu libur sekolah, kami juga membantu orang tua masing-masing menakik getah di kebun karet pada pagi hari dan bekerja di kebun sayur pada sore hari. Dengan keikutsertaan kami, pekerjaan lebih cepat selesai. Kira-kira pukul 09.00 pagi, kami sudah pulang dari kebun getah. Sedangkan sore hari sekitar jam 16.30 kami sudah pulang ke rumah.

Setelah pulang dari membantu orangtua, barulah waktu akan kami habiskan dengan bermain. Beragam permainan kami lalui bersama dengan Husin dan Badrul. Diantara kegiatan bermain, yang sangat menyenangkan adalah pergi ke hutan. Di hutan kami biasanya mencari burung untuk ditangkap. Alat yang digunakan hanyalah jerat dan ketapel buatan sendiri. Di samping itu kami juga memancing dan menangkap ikan di sungai. Alat yang digunakan adalah pancing dan lukah buatan sendiri juga.

Apa yang kami lakukan sambil bermain di hutan dan di sungai, terkadang tidak mendapatkan hasil sesikitpun. Tetapi pernah juga kami mendapat hasil yang sangat banyak. Kalau hasil yang didapat banyak, kami bisa menjualnya di pasar. Di kota ada pasar burung yang membeli dan menjual segala jenis burung dan ada juga pasar ikan yang menjual dan membeli segala jenis ikan. Dari hasil penjualan burung dan ikan itulah kami dapat menikmati enaknya jajan di sekolah.

Barulah setelah menamatkan SMA, kami tidak lagi bersama. Saya tetap tinggal di kampung, melanjutkan kuliyah di sekolah tinggi di ibu kota kabupaten. Sedangkan Husin dan Badrul ingin merubah nasib dengan pergi ke luar negeri, menjadi TKI di negeri jiran Malaysia. Semenjak itu kami hanya bertemu setahun sekali, saat lebaran Idul Fitri.

Ketika keduanya pulang kampung untuk berhari raya, setelah setahun di Malaysia, suasana keduanya agak berbeda. Husin berhari raya dengan membeli sepeda motor baru dan perabotan rumah yang serba baru. Keberhasilannya bekerja selama setahun di negeri jiran terlihat sangat memuaskan. Sedangkan si Badrul tidak menampakkan perubahan, tetap biasa saja. Tanpa sepeda motor dan perabotan rumah sebagaimana Husin.

Semasa libur hari raya di kampung, Badrul menyibukkan diri untuk mengikuti kursus di Ibukota kabupaten. Sama sekali tidak menampakkan perubahan, apalagi kegembiraan. Semuanya masih seperti ketika ia meninggalkan kampung setahun yang lalu. Jangankan bersenang-senang seperti Husin, Badrul malahan disibukan belajar dari pagi sampai petang, bahkan malam.

Sementara saya yang hanya berdiam di kampung, tentulah tidak berubah seperti Husin dan Badrul. Dengan Husin sempatlah saya beberapa kali bertemu bual, kadang di rumahnya, kadang di rumah saya, dan kadang di kedai kopi cik Milah. Sedangkan dengan Badrul saya hanya sekali bertemu, yaitu ketika mengikuti rombongan hari raya bersama-sama juga dengan Husin.

Di pertengahan bulan syawal masa cuti pulang kampung sudah habis. Keduanya berangkat lagi ke Malaysia untuk bekerja mengais rezeki. Tentulah kami tidak dapat lagi bersama seperti dulu. Masing-masing kami sudah dibebani oleh berbagai kesibukan. Dan jarak yang telah memisahkan kami menjadi penyebab kebersamaan itu tidak dapat diulangi. Kebersamaan masa kanak-kanak telah menjadi masa lalu, hanya tinggal kenangan.

Saya mulai kembali aktif kuliyah seperti hari biasanya. Berbagai aktifitas di kampus membawa suasana menyenangkan dan terkadang juga membosankan. Begitulah hakikat kehidupan. Ada siang ada malam. Pergantian waktu itulah yang memperjalankan semua kehidupan, termasuk juga kehidupanku sebagai seorang mahasiswa. Seiring berjalannya waktu, maka sudah dua tahun saya menjalani hidup sebagai mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun