Menjadi Kepala Daerah bagi Johannes Rettob adalah jalan pengabdian kepada masyarakat. Membuang jauh rumor ; Bupati sebagai "Raja Kecil" yang menguasai sebuah wilayah.
Bagi John, panggilan akrabnya, jabatan itu amanah yang dipercayakan khalayak dan harus dipertanggungjawabkan. Bupati bukan bentuk kekuasaan absolute yang leluasa mengatur, tetapi pencipta kebijakan sesuai apa yang dibutuhkan warga.
Memenangkan Pilkada Mimika dengan dukungan mayoritas akar rumput, membuat John memutuskan untuk berpihak dan memprioritaskan mereka.
Dalam sebuah kesempatan, penulis mewawancarainya di Jakarta usai Mahkamah Konstitusi menolak gugatan PHPU Pilkada Mimika. Menjadikan Johannes Rettob dan Emanuel Kemong sebagai pasangan sah Kepala Daerah periode 2025-2030.
"Kemenangan akar rumput dan para pemilih rasional dipercayakan kepada saya dan Bapak EK (Emanuel Kemong : Red). Tapi itu bukan akhir perjuangan, justru menjadi awal perjuangan yang lebih besar lagi" jelas John.
"Karena anda didukung suara akar rumput, apa yang akan anda berikan kepada mereka sebagai bentuk keberpihakan secara nyata?"
"Yang mereka butuhkan adalah keadilan dan pemerataan ekonomi. Kesenjangan di Mimika sudah berlangsung lama, tugas pertama Saya menipiskan perbedaan itu. Kami punya SDA melimpah namun mereka belum merasakan sebagai bentuk perbaikan kesejahteraan" jawab John.
"Untuk 5 tahun ke depan masalah keadilan sosial dan pemerataan ekonomi, itu program normatif di setiap daerah pasti sama. Anda punya visi misi apa yang khusus untuk kondisi Mimika saat ini?"
"Di Mimika pembangunan dan perputaran ekonomi kita akui masih sentralistik. Lebih fokus di kota dengan kepadatan populasinya. Saya akan balik konsep itu menjadi membangun kota dari desa" papar John singkat.
"Bisa dijelaskan kongkritnya seperti apa?"