Jika setelah 7 jam melaksanakan pemungutan suara, bukannya jeda kegiatan pun di lanjutkan ke perhitungan suara. Dari mulai menghitung hasil pilpres, DPD, DPR RI, DPR Provinsi hingga DPR Kabupaten/kota.Â
Perhitungan pun di laksanakan secara manual sehingga, jika dalam satu TPS ada 250 surat suara, maka petugas harus menghitung 5 kali 250 surat suara atau sekitar 1250 surat suara.
Perhitungan yang di laksanakan manual di lakukan dengan penuh kehati-hatian, jika ada perbedaan angka maka tidak jarang di laksanakan hitung ulang. Inilah yang menjadi pekerjaan besar bagi petugas di KPPS dengan durasi kerja, mulai dari pagi sampai pagi lagi. Pekerjaan yang luar biasa ini sebenernya tidak sebanding dengan honor nya yang hanya 500 ribu.
Di samping beban yang berat ini kadang petugas KPPS ini di perberat lagi dengan banyaknya tuduhan tentang kecurangan. Â Padahal mereka sudah Lelah, tapi karena ramainya tuduhan tentang kecurangan, tidak sedikit hal tersebut semakin memberikan tekanan batin bagi para penyelenggara pemilu. Hal inilah yang terkadang semakin memberikan tuntutan supaya pekerjaan di laksanakan serapih mungkin.Â
Yang akibatnya petugas kurang istirahat sehingga kondisi badan yang di paksakan inilah yang pada umumnya berujung pada banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia dan harus di larikan ke rumah sakit.
Pada kesempatan inilah, kiranya penulis mengajak kepada para pembaca yang Budiman. Bukan malah menyerang dengan isu-isu hoax yang tidak di perhitungkan terlebih dahulu akan dampak yang di timbulkan dari reaksi yang berlebihan akibat kandidat yang diusung tidak mendapat kemendangan.Â
Akan tetapi mari kita hargai jerih payah panitia yang telah mengorbankan tenaga bahkan tidak sedikit nyawa yang melayang demi turut berpartisipasgi dalam pembangunan demokrasi menuju kesejahtaeraan masyarakat ini. Â
Agar kita dapat menyikapi proses pelaksanaan tahapan pemilu ini dengan bijak dan penuh apresiasi bagi pihak penyelenggara yang sudah berjatuhan korban. Agar pemilu yang dihasilkan menjadi pilar demokrasi yang lebih bermartabat.
Untuk kedepannya  sekiranya banyak korban yang timbul sebagai akibat dari pemilu yang di laksanakan secara serentak ini, maka pola ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi para pengambil kebijakan untuk pemilu yang akan datang.Â
Agar pesta demokrasi yang seharusnya menjadi hajat bersama seluruh rakyat bukan justru menjadi malapetaka bagi masyarakat itu sendiri.
Wallohu 'alam bissowab..