Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Normatif, Provokatif dan Produktif!

24 November 2010   11:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290598651360777075

Teringat beberapa tahun yang lampau ketika menjadi mahasiswa. Saya mencoba mengirimkan tulisan saya ke sebuah harian, dan setelah menunggu beberapa waktu, Alhamdulillah artikel saya diterima dalam sebuah rubrik Opini. Senang sekali, tulisan perdana saya bisa nampang di media cetak. Walaupun honornya tak seberapa waktu itu, namun kebanggaan saya jauh melebihi honor yang diberikan. Tak lama berselang, saya bertemu dengan seorang senior. Beliau adalah aktivis kampus yang artikelnya sering terpajang di majalah dinding kampus maupun buletin terbitan kampus. Namun sejauh itu saya belum pernah mendengar kalau tulisan beliau ini pernah dimuat di media cetak.  "Selamat ya, tulisanmu masuk koran. Tulisan normatif seperti itu sih gampang dibuat" kata beliau dengan nada sinis. Sayapun berterima kasih sambil berlalu.  Namun anehnya, ucapan beliau itu masih terngiang-ngiang ditelinga saya. Saya sendiri waktu itu tak paham yang disebut normatif itu seperti apa. Belakangan saya menyadari setelah tentunya berkaca pada artikel-artikel masa lalu, beberapa tulisan-tulisan saya memang normatif. Jauh dari kesan provokatif dan kurang menggebuk pihak yang dituju. Disisi lain, saya menulis dengan style seperti itu bukan tanpa pertimbangan. Disini saya mencoba memberikan analisis yang balans; artinya menampilkan fakta pokok, tidak memberikan informasi yang tidak relevan dan tidak menggiring serta menyesatkan opini publik. Selain itu, saya mengurangi menumpahkan porsi emosi saya pribadi kedalam sebuah tulisan sehingga memang tulisan terkesan datar. Nah bagi saya justru menulis normatif ini lebih sulit daripada untuk menulis artikel yang provokatif seperti yang diucapkan senior saya diatas. Mengapa? Karena sebelum tulisan saya dibaca orang lain, saya harus mengukur apa kira-kira reaksi orang yang membaca terhadap tulisan saya. Sehingga kadang tak jarang saya mengubah kalimat atau kata-kata tak sesuai. Nah disinilah saya dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap kata-kata dan kalimat yang mungkin menggebuk pihak lain, namun sebisa mungkin dilakukan dengan cara halus. Prinsip yang saya pegang bukan niat untuk menghindari diskusi keras, menghindari hujatan, memberikan citra bahwa saya penulis "baik-baik". Justru saya ingin mengajak anda berdiskusi dengan 'akal' dan etika yang mengedepankan aspek logika dan pemikiran, bukan menggunakan 'okol' yang berarti emosi yang ditonjolkan. Prinsip ini juga mungkin pengaruh budaya Jawa dalam diri saya yang mengajarkan "ngono yo ngono tapi ojo ngono".

Tulisan provokatif memang memikat, menggugah emosi, namun disisi lain justru menghindarkan dari diskusi yang apik, karena bagi yang kontra dengan tulisan tersebut sudah terlebih dahulu dipancing emosinya. Akhirnya yang ada hanya saling gebuk tanpa memberikan kontribusi kedua belah pihak baik dari pihak yang menulis maupun yang mengomentari. Terlepas dari itu semua, seorang penulis mempunyai style sendiri-sendiri. Ada yang nyaman menulis provokatif namun tak jarang banyak ditemui tulisan-tulisan yang normatif. Silahkan anda memilih yang nyaman buat anda. Kembali lagi pada style masing masing penulis. Mungkin banyak rekan bersebrangan dengan prinsip saya. Namun saya selalu menghargai apapun style anda dalam menulis. Justru bagi saya adalah hal yang aneh bin ajaib jika saya temui banyak komentar komentar yang panjang nan provokatif namun ketika saya intip profile-nya ternyata beliau-beliau yang berkomentar panjang belum menulis apa-apa. Padahal jika saya lihat, satu komentarnya kadang jauh lebih panjang dari artikel itu sendiri dan bisa dibuat menjadi sebuah postingan baru. Alih alih menulis dan memostingnya,  beliau-beliau ini justru sibuk bertarung dengan ide orang lain dan meninggalkan komentar komentar yang provokatif di lapak orang. Gejala apakah ini? Salam Prihatin! Mas PINK! Nijmegen, November 2010 Gambar: www.google.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun