Mohon tunggu...
M. Suaizisiwa Sarumaha
M. Suaizisiwa Sarumaha Mohon Tunggu... Dosen - Berakit-rakit dahulu. Aeru tebai aetu.

Truth Hunter Founder dan Coordinator Luahawara Young Community (LYC) Founder Komunitas Bale Ndraono (KBN)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesona Budaya Kepulauan Nias: Mendorong Partisipasi Lokal

3 Juli 2019   23:12 Diperbarui: 3 Juli 2019   23:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini sebenarnya sudah lama dibuat, namun baru berkesempatan untuk mempublishnya. Sebagai refleksi atas apa yang sudah dan akan terjadi lagi. Dengan harapan setiap event budaya, akan mampu memberi manfaat bagi masyarakat setempat. Maka, tulisan ini berharap sebagai alarm bagi kita semua, bahwa Indonesia ini memiliki kekayaan alam, budaya, bahasa daerah dan adat istiadat yang begitu beragam dan yang patut dijaga dan dilestarikan sebagai kemajuan bangsa dan masyarakatnya.

Pesta Ya'ahowu atau yang saat ini disebut Ya'ahowu Nias Festival yang diselenggarakan tanggal 16 -- 20 November 2018 di Lapangan Orurusa Telukdalam, Kabupaten Nias Selatan telah usai dan berlangsung dengan baik.

Semua berjalan dengan baik yang terhindar dari segala cuaca yang menghalangi jalannya kegiatan dimaksud terutama hujan karena di bulan ini merupakan musim hujan.

Perhelatan sebelumnya Surfing Leagu International (SLI-18) yang diselenggarakan di Nias Selatan pantai Sorake pun juga telah usai. Pengalaman dan berbagai cerita dari pengunjung baik lokal maupun dari luar kepulauan Nias. Bila dari pengunjung lokal maka yang terlontar dari pernyataan mereka "wah, rame sekali", "luar biasa banyaknya pengunjung".

Sedangkan dari masyarakat di luar Nias atau bahkan di luar Kabupaten Nias Selatan beragam pula pernyataan yang terlontar misalnya "wah, rame sekali tapi kita kesulitan mendapatkan sesuatu", "susah, mau cari makan ga ada pilihan", "ga jelas, mau lihat apa dan mau beli apa".

Tentu dari beragam argumen tersebut, kembali kepada pengelola daerah dan masyarakat kawasan untuk dapat menangkap ragam pernyataan-pernyataan tersebut.

Pada perhelatan YNF-18 yang bertepatan musim penghujan, namun tidak diguyur hujan lebat. Hanya sesekali rintik dan malam hari sedikit diguyur hujan. Tentu bersyukur adalah kalimat yang terucapkan untuk menyatakan kegiatan pesta rakyat tersebut dapat selesai tanpa sesuatu hambatan yang begitu mengkuatirkan. Semua indah pada waktunya.

Dan yang tidak kalah penting adalah kehadiran kelima kepala daerah kabupaten/kota dan ketua DPRD kabupaten/kota pada perhelatan YNF-18 tersebut. Dengan harapan, dengan hadirnya para pemimpin daerah tersebut dapat merasakan langsung apa dan bagaimana membuat kegiatan dimaksud dapat memberi manfaat atau dampak positip ke masyarakat.

Berakhirnya pesta ya'ahowu bukan berakhirnya juga perjuangan masyarakat untuk memulai aktivitas dalam meningkatkan kehidupan dan kesejahteraannya.

Semoga kita tidak terlena pada eforia pesta itu sendiri. Kita terus bergerak dan mampu menciptakan suasana hati yang terus bergerak ke arah yang lebih baik.

Menata kehidupan dengan merefleksikan dari apa yang sudah dilakukan selama lima hari penyelenggaraan YNF-18 di kepulauan Nias khususnya di kabupaten Nias Selatan sebagai lokasi penyelenggaraan pesta rakyat tersebut.

dokpri
dokpri
Primitive Culture

Kemajuan teknologi telah merambah sendi-sendi kehidupan masyarakat dan turut memengaruhi perubahan dan tatanan dalam bermasyarakat. Maka dimungkinkan bahwa tradisi yang selama ini disebut primitive akan menjadi sebuah hal yang tidak berharga lagi dan disebagian masyarakat akan terus mencari dan menikmati kehidupan primitive yang pernah ada dan tidak terdapat dibelahan dunia lainnya.

Hidup primitif bukanlah berarti urakan, kuno atau tidak beradab dan/atau menyalahi aturan dan tatanan bermasyarakat di era digital. Melainkan seakan masuk dalam lorong waktu yang mengajak kita semua untuk dapat berpikir realistik bahwa kehidupan manusia itu bersifat dinamis dan terus bergerak seiring tuntutan dan kebutuhan dari masyarakat itu. Hal ini dapat disebut perubahan perilaku manusia dari kehidupan primitive ke kehidupan modernitas.

Budaya primitive merupakan sebagai daya tarik bagi wisatawan manca-negara karena keunikan dan kelangkaan yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Hasil budaya primitive ini sebagai keunggulan yang harus dipertahankan bahkan menjadi magnit yang dapat menarik wisatawan untuk mengunjunginya bahkan memberikan nilai jual yang tinggi.

Kondisi ini seharusnya menjadi kekuatan yang dimiliki untuk mendongkrak jumlah kunjungan dan tentu akan memberi dampak kepada masyarakat dalam menangkap puluang ini ketika wisatawan mengeluarkan sejumlah dananya selam kunjungan berlangsung.

Rumah adat, tari-tarian, loncat batu dan kondisi alam (desa) yang masih orisinil bahkan primitive yang unik dan tidak dimiliki oleh bangsa manapun di belahan dunia lain.

Hal ini menjadi pesona yang seharusnya memiliki nilai jual. Persoalannya ketika masyarakat tidak berdaya dalam memanfaatkan peluang dan kekuatan wisata dalam meningkatkan perekonomian masyarakat, hendaknya pemerintah dapat memfasilitasi dan menjadikan ini sebagai stimulasi dengan mempersiapkan dan membantu masyarakat dalam melengkapi fasilitas dan kebutuhan wisatawan selama kunjungan berlangsung.

Ya'ahowu Nias Festival (YNF-18) berlangsung dengan berbagai atraksi yang disuguhkan misalnya tari perang masal, 100 peloncat batu, tari maena, molalau dan mowewew, pemilihan putri pariwisata kepulauan Nias, volly pantai, kulinar lokal/daerah dan berbagai atraksi budaya lainnya yang diselenggarakan di Desa Bawomataluo, kawasan Sorake dan di Lapangan Orurusan.

Dari semua atraksi tersebut tentu dapat memberi nuansa yang berbeda terutama bagi pengunjung yang berasal dari luar pulau Nias.

Namun, pun demikian masih banyak yang belum memenuhi ekpektasi dan kebutuhan wisatawan. Amenities yang dimiliki di destinasi ini masih jauh dari harapan. Fasilitas, sarana dan prasarana yang jauh dari memadai akan menjadi penghalang dalam mendongkrak tingkat kunjungan dan tentu akan berdampak pada perekonomian masyarakat.

Perhelatan ini sebenarnya momment bagi mansyarakat untuk mendapatkan peningkatan perekonomiannya terutama bagi pelaku ekonomi, pelaku wisata dan pelaku budaya. Semoga perhelatan yang sama dikemudian hari semakin memantapkan hati dan perhatian seluruh masyarakat, stakehoders dan pemerintah sehingga kepariwisataan dapat menjadi soko guru dalam pembangunan.

Selanjutnya, menyambut Sail Nias. @MSS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun