"Hijrah bukan sekadar berpindah tempat, tetapi berpindah arah dari perpecahan menuju persatuan, dari simbol menuju peradaban".
Terminologi: Dari Hijrah ke Hijriah
Dalam Islam, hijrah berarti meninggalkan sesuatu yang buruk menuju yang lebih baik. Ia berasal dari kata Arab hajara yahjuru yang berarti berpindah. Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M bukan hanya soal menyelamatkan diri, melainkan memulai proyek besar membangun masyarakat yang damai, inklusif, dan berkeadilan.
Peristiwa hijrah ini menjadi titik nol penanggalan kalender Islam --> Hijriah. Itulah sebabnya setiap 1 Muharram, kita tidak sekadar merayakan tahun baru, tetapi menandai awal peradaban Islam yang dibangun dengan nilai-nilai ukhuwah, keimanan, dan transformasi sosial.
Indonesia: Didirikan oleh Spirit Hijrah Para Ulama
Semangat hijrah juga yang mengaliri perjuangan para ulama dalam mendirikan Indonesia. Mereka tidak membangun negara Islam, tetapi negara Pancasila yang menjamin keadilan bagi semua agama bukan karena kompromi, tapi karena visi luhur.
KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama, memfatwakan jihad mempertahankan kemerdekaan sebagai kewajiban agama.
KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, membangun sistem pendidikan yang memadukan agama dan modernitas.
Buya Hamka, melalui karya dan sikap, menunjukkan bahwa menjadi Muslim sejati tak menghalangi cinta tanah air.
Ulama-ulama ini tidak bekerja sendiri. Mereka bergerak bersama tokoh-tokoh lintas agama dan ideologi seperti Soekarno, Mohammad Hatta, Johannes Leimena, dan Sam Ratulangi. Mereka membuktikan bahwa memperjuangkan Islam bukan berarti memecah, tetapi merangkul demi kemerdekaan bersama.
Umat yang Terpecah: Mengulang Sejarah yang Pahit