Mohon tunggu...
Maryam Almaosy
Maryam Almaosy Mohon Tunggu... -

Alumni SMA N 3 Yogya (3B), FK. UGM. Minat : Kesehatan, lingkungan, pendidikkan, bahasa Jawa . Ibu 3 anak. Menulis menyehatkan pikiran dan otakku.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Permainan Tradisional, Permainan Edukatif yang Mencerdaskan Anak

21 Maret 2012   15:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39 9086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pada saat-saat sekarang dimana anak-anak kelas VI SD dan anak-anak kelas IX SMP (kelas III SMP) dan kelasIII SMA sedang sibuk-sibuknya menyiapkan diri menghadapi ujian rasanya tidak pas membahas masalah permainan.Mereka sedang begitu giat belajar agar lulus. Tapi benarkah mereka tak boleh bermain?Justru pada saat otak sedang bekerja keras, perlu istirahat sebentar /bermain, agar santai dan tidak stress.Tentu saja waktunya dibatasi.Dan juga pada saat ujian sekolah seperti sekarang atau nanti saat ujian nasional,ada beberapa sekolah meliburkan kelas V SD atau dibawahnya agar kelasnya bisa dimanfaatkan untuk ujian sekolah. Mau apa mereka di rumah? tentu bosan kalau harus belajar terus.

Dunia anak adalah dunia bermain, duniatumbuh dan berkembang.Alangkah tidak bijaksananya bila kita mengekang anak untuk terus belajar dan belajar. Memang sekarang di jaman globalisasi ini, tuntutan hidup semakin sulit. Orang tua tidak ingin anaknya ‘gagal’.Semua orang tua tentu ingin anaknya ‘sukses’.Berbagai les, kursus didaftarkan untuk diikuti anak. Pulang sekolah, istirahat sebentar, setelah itu les/kursus ini itu. Akibatnya anak sekarang jarangbermain. Mereka betul-betulkehabisan waktu, tak ada alokasi untuk bermain.

Mereka memang pintar, tapiada yang kurang dari mereka . Kasihanmereka, disaat pejaran lebih sulit darikita dulu, tetapi waktu bermainnya justru berkurang. Seharusnya di saat mereka begitu keras belajar, ada selingan bermain yang mengistirahatkan otak mereka sebentar agar santaidan tidak mudah stress.

Seandainyapun punya waktu untuk bermain,permainan itu tidakberkualitas.Anak- anak yang lahir sebelum tahun 1990 masih mengenal banyak sekali permainan tradisional.Berbagai macam mainan yang sangat menggembirakan bisa dimainkan dengan teman.Sebutlah permainan:Jago-jagoan saat bulan purnama, gobak sodor/blodor/slodor,unclang (melemparkan karet gelang ke kaki tembok),sunda manda, bekelan (dalam bahasa Cilacap disebutgatheng, ada gatheng dengan batu, dengan kuningan, dengan lidi), petak umpet,dakon,unclang (karet gelang yang dilontarkan ke tembok),yeye/lompat tali, gotri , dam-daman, sobrah, kasti dan masih banyak lagi. di sebagian daerah masih dijumpai permainan tradisional ini,terutama di desa, itupun sudah tidak beragam.

Kemana sekarang mainan tersebut? Akankah kita biarkan punah?Rupanya hilangnya permainan tradisional ini disebabkan oleh beberapa hal:

1.Karena tergeser oleh permainan modern saat ini yangberasal dari kemajuan teknologi, misalnya: mobil-mobilan dengan remote control, pesawat terbang mainan,game dikomputer dll.

2.Orang tua malas untuk mengajari anaknya permainan tradisional. Barangkali orang tua semacam ini menganggap permainan tradisional tidak gengsi,kuno, memalukan. Tetapiyang jelas orang tua model ini belum mengerti betapa pentingnya permainan tradisional.

3.Semakin sempitnya lahan untuk bermain.Harga tanah yang mahal memaksasebagian orang membangun rumahdenga lahan minim, bangunan rumahsudah berhimpit dengan tetangga, jarang punya halaman yang bisa untuk main anak-anak. Apalagi di kota. Sementara sebagianpermaian tradisional memerlukan tempat yang luas untukleluasa ‘bergerak’. Sebutlah gobak sodor ,kasti,sunda manda dsb.

4.Bentuk rumah yang cenderung tertutup. Apalagi di perumahan dimana masing-masing rumah ada pintu gerbang yang selalu tertutup. Ini menyuliskan pada anak tetangga yang mau mengajak bermain. Ini menyebabkan anak malas keluar dan akhirnya main sendiri di rumah.

Sayang bila punah

Kenapapunahnya permainan tradisional mestidisayangkan? Seolah sesuatu yang sangat penting. Ya tentu saja.Sangat penting dan bermanfaat.Permainan tradisional sangat berbeda dari permainan modern.Banyak keunggulan dari permainan ini, antara lain:

1.Semua permainan tradisional dimainkan dengan anak lain, berkelompok, minimal berpasangan.Hal inimemberikan efek yang sangat baik pada anak yang sedang dalam masapekembangan. Mereka belajar berteman, belajar menerima kekalahan ketika kelompoknya kalah dalam bermain, belajarmembela diri ketika dicurangi, belajar membangun kerjasamakelompok, belajar berempati ketika melihat ada anak yang jatuh atau terluka saat bermain, belajar berbicara dan bersosialisasi. Semua ini membantu membangun mental yang kuat, karakter yang kuat, tangguh. Kecerdasan emosional terbangun disini.

2.Permainan tradisional biasanya mengedepankan ketrampilan dan kegesitan badan/anggota tubuh. Anak menjadi banyakbergerak. Hal ini berefek pada anak secara tidak langsung berolah raga. Ini sangat menguntungkan karena anak-anak dalam masa pertumbuhan. Semakin banyak bermain permainan tradisional, semakin banyak berolah raga, semakin sehat dan pertumbuhannya optimal.

3.Menimbulkan kegembiraan yang alami,anak-anak bisa tertawa-tawa, raing sekali.  Adakah anak-anak yang lari-lari/lompat-lompat saat  bermain gobak sodor/kasti/sunda manda atau lainnya  sambil cemberut? Pasti sambil tertawa/tersenyum bahagia.  Senang dan waspada supaya tidak  kena..

4.Permainan tradisional tidak membutuhkan biaya yangtinggi. Rata-rata permainan tradisionaltidak membutuhkan alat yang rumit, seandainyapun butuh alat, biasanya alat tersebut di dapat dari alam sekitar, sehingga tidak membutuhkan biaya tinggi.

5.Karena tidak perlu dibuat dengan alat yang rumit, makamainan anak ini ramah lingkungan.

Sementara, permaianan modern cenderung:

1.Dilakukan sendiri-sendiri, misal main game di computer,mobil-mobilan dsb. Ini menjadikan anakkurang belajar berteman dan bisa menyebabkan anak sulit untuk menyesuaikan diri dengan teman, dengan lingkungan. Bahkan bisa menjadi anti sosial. Kecerdasan emosional tidak terasah di sini, justru malah tidak sehat.

2.Pada permainan modern, anak bisa bermain tanpa bergerak dari tempat duduk mereka. Bisa berjam-jam matanya saja yang bergerak memelototi komputer, atau duduk pegang remote pesawat/mobil mainan. Anak menjad i kurang bergerak, kurang sehat. Apabila nafsu makan anak baik, anak-anak ini cenderung obesitas/gendut yang tentu saja tidak sehat.

3.Anak yang bermain modernbila menang bisa gembira, tapi gembiranya berbeda sekali dengan anak yang bermain tradisional. Lihatlah anak-anak yang main tikus dan kucing, atau ular naga,mereka dikejar-kejar,sambil tertawa-tawa.

4.Perlu biaya mahal, karena dibuat oleh industri modern.

5.Karena pembuatannya lewat pabrik, maka pasti dalam produksinya dibutuhkan listrik dll sehingga menimbulkan polusi.

Lalu bagaimanaagar permainanagar permainan tradisional ini tidak semakin punah? Ada banyak cara untuk melestarikannya.

1.Orang tua mengajarkan anak untuk dipraktekkananaknya bersamakakak, adik, saudara dananak tetangga .Kita yang hidup sekarang bisa dibilang generasi terakhir yang menikmati permainan tradisional ini. Kalau kita tak mengajarkan ke generasi sesudah kita, bisa jadipermainan ini tinggal cerita saja. Padahal amat disayangkan kalau permainan syarat makna ini punah.

2.Cari tempat,sesuaikan luas tempatdengan mainan.Tempat sesungguhnya tidak harus luas. Sebaiknyatempat bermain tidak perlu jauh, sehingga setiap ingin main tidak repot perginya.Kalau halaman rumah sempit, bisa di halaman orang lain, lahan kosong atau di lapangan.Kecuali untuk kasti memang butuh arena yang agak luas agar lemparan bola tidak mengganggu sekitar, terutama agar tidak kena kaca rumah.

3.Permainan tradisionalsangat mudah untuk dimainkan di sekolah pada saat jam olahraga. Misal kasti, gobak sodor,sunda manda. Kasti dan gobak sodor bisa dimainkan sampai usia SMA, sedangkan sunda manda cocok untuk SD.Selain itu untukmurid SD bisa disediakan dakon dan bekel saat istirahat.

Kesuksesan seorang anak di masa depan bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektualnya saja, bahkan banyak yang berpendapat justru yang lebih penting adalah kecerdasan emosional, dimana anak suka menolong, suka berteman, punya empati yang tinggi, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bisa membela diri ketikahaknya dilanggar dsb. Dan ini hanya bisa didapatkan dari interaksinya dengan lingkungan sekitar, termasuk permainan tradisional.

Mari kita lestarikan permainan tradisional..

Salam saya,

Maryam


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun