Mohon tunggu...
Muh Ma'rufin Sudibyo
Muh Ma'rufin Sudibyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Langit dan Bumi sahabat kami. http://ekliptika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kala Laut Merah Terbelah dan Membara

9 Januari 2012   06:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:08 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pulau baru telah lahir. Setelah meletus secara terus-menerus pada satu titik di dasar Laut Merah bagian selatan sejak 19 Desember 2011, gundukan lava basaltik yang telah membeku dan menjadi cikal bakal pulau vulkanis baru pun muncul di permukaan Laut Merah dalam empat hari kemudian. Pada 30 Desember 2011, pulau baru itu telah selebar 500 meter dan terus tumbuh. Inilah panorama amat mengesankan sekaligus menakjubkan dalam dinamika Bumi, tatkala sebuah pulau lahir dari kedalaman samudera.

Semua bermula dari cerita para nelayan di kota pelabuhan Salif, Yaman bagian barat. Mereka bercerita tentang peristiwa aneh di tengah-tengah Laut Merah : pancuran api membara hingga setinggi 30 meter dari permukaan laut disusul kepulan uap sangat tebal. Pada saat yang sama satelit Aura milik NASA juga merekam peristiwa tersebut melalui instrumen OMI (Ozone Monitoring Instrument). Satelit ini - yang setahun silam pun turut memantau perkembangan letusan dahsyat Gunung Merapi di Indonesia dari hari ke hari - mendeteksi semburan gas belerang dioksida (SO2). Ini adalah pertanda terjadinya letusan gunung berapi. Letusan tersebut terjadi di tengah-tengah Laut Merah dalam jarak sekitar 200 km dari selat Bab el-Mandeb, selat sempit penghubung Laut Merah-Teluk Aden dan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Lebih tepatnya, letusan tersebut terjadi di dalam Kepulauan az-Zubair, salah satu gugus kepulauan vulkanik di Laut Merah.

[caption id="attachment_162434" align="alignleft" width="520" caption="Letusan gunung berapi baru di kepulauan az-Zubair, di tengah-tengah Laut Merah dan perbandingannya dengan situasi 2007. Sumber : NASA, 2011"][/caption]

Hari berikutnya satelit Aura masih mendeteksi semburan gas SO2 tersebut. Sementara satelit Terra lewat instrumen MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer)-nya untuk pertama kali mengabadikan hembusan gas dan uap tebal letusan dalam spektrum visual, meski dalam resolusi yang terlalu rendah untuk dapat dilihat dengan detil. Namun dari citra satelit Terra tersebut diketahui titik letusan berada di tengah-utara Kepulauan az-Zubair, tepatnya di antara pulau Hayrock dan Rugged. Tetapi dunia harus menanti hingga 23 Desember 2011, saat satelit Earth Observing-1 (EO-1) milik NASA melalui instrumen ALI (Advanced Land Imager)-nya menampilkan resolusi yang lebih baik dalam spektrum visual. Titik letusan ternyata berjarak sekitar 2 km dari pantai pulau Hayrock atau sekitar 1 km dari pulau Rugged. Baik pulau Hayrock maupun Rugged adalah pulau vulkanis, yakni kerucut gunung berapi yang menyembul di permukaan laut. Yang mengesankan, satelit EO-1 juga memperlihatkan letusan telah membentuk gundukan kehitaman yang adalah pulau vulkanis baru.

[caption id="attachment_162439" align="alignright" width="408" caption="Lokasi gunung berapi baru di tengah Laut Merah. Sumber : Google Earth, 2011"]

1326089252480470637
1326089252480470637
[/caption]

Gunung berapi di Laut Merah? Tak perlu heran. Laut Merah memang bukan laut biasa. Sejatinya laut ini merupakan bagian dari lembah besar sepanjang kurang lebih 4.000 km yang membentang dari kaki Pegunungan Sinai di utara hingga kawasan danau-danau besar di Afrika tengah. Inilah Lembah Retakan Besar (Great Rift Valley), yang bukan sekedar lembah biasa. Disinilah kulit bumi retak, ambles, menipis dan lantas diikuti naiknya magma segar dalam jumlah luar biasa dari dalam lapisan selubung yang cair kental panas. Magma lantas mendorong sisi-sisi lembah ke arah saling berlawanan secara perlahan-lahan. Kecepatan pergeserannya sangat lambat, hanya beberapa cm per tahun atau jauh lebih lambat dari siput. Namun dalam jutaan tahun kemudian, pergerakan tersebut akan menghasilkan perubahan dramatis bagi rupabumi.

Laut Merah mulai terbentuk sekitar 30 hingga 25 juta tahun lalu. Di tengah-tengahnya dijumpai jalur rekahan tempat menyeruaknya magma basaltik toelitik, yang serupa dengan magma di punggungan tengah samudera di berbagai penjuru permukaan Bumi, tempat lantai samudera tumbuh merekah sepanjang masa. Pada dasarnya di Laut Merah inilah kita menyaksikan tumbuh kembangnya "bayi" samudera, yang kelak dalam jutaan tahun ke depan akan terus meluas menjadi samudera baru. Perluasan Laut Merah diikuti dengan terdorongnya massa daratan di kedua sisinya yang bersebelahan dalam arah berbeda. Sisi sebelah barat (sisi Afrika) terdorong ke barat sebagai lempeng Nubia. Sedangkan sisi sebelah timur (sisi Arabia) terdorong ke timur menjadi lempeng Arabia.

[caption id="attachment_162442" align="aligncenter" width="394" caption="Ilustrasi proses pemekaran samudera dalam terbentuknya Laut Merah. "]

13260895221073952956
13260895221073952956
[/caption]

Pada jalur rekahan Laut Merah inilah gunung-gunung berapi tumbuh dan berkembang, termasuk gunung baru di Kepulauan az-Zubair. Dengan letusan awal pada 19 Desember dan hanya dalam empat hari kemudian sebuah pulau vulkanis baru lahir sementara dasar Laut Merah disekitarnya memiliki kedalaman sekitar 100 meter, jelas bahwa pembentukan pulau baru tersebut bukanlah proses spontan yang singkat, melainkan butuh waktu cukup lama. Ini mengindikasikan letusa tersebut mungkin berlangsung secara bertahap, atau telah terjadi selama beberapa waktu, yang menumpuk material letusan di sekitar lubang kepundannya secara akumulatif sehingga terbentuk kerucut vulkanis. Hanya setelah puncak kerucut ini cukup dekat dengan permukaan air, letusan mulai melampaui muka laut sehingga bisa disaksikan kasat mata.

Laut Merah merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di muka Bumi yang menghubungkan Asia, sebagian Afrika dan Eropa. Beruntung letusan kali ini tergolong kecil sehingga tidak mengganggu arus lalu lintas kapal disekitarnya. Gunung-gunung berapi yang tumbuh di jalur rekahan tempat pemekaran lantai samudera dikenal relatif 'kalem', dengan letusan yang tak sedahsyat gunung-gunung di daratan seperti halnya Gunung Tambora di Indonesia maupun Pinatubo di Filipina. Namun jangan salah, di balik kekalemannya, letusan gunung berapi jenis ini mampu melelerkan magma dalam jumlah teramat besar. Misalnya saja letusan Harrat Rahat di Saudi Arabia, letusan yang nyaris mengubur kota suci Madinah dalam lautan bara.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun