Mohon tunggu...
Akmal Pratama
Akmal Pratama Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kunjungi website pribadi saya di www.akumaru.com || follow twitter : @akumaru27 || follow fb : https://www.facebook.com/akumaru27

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Remehkan Kami.. (Revisi)

14 Juli 2013   06:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:35 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam rangka memperingati hari anak yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2013, saya di sini akan mengulas dan membahas tentang pandangan sebelah mata orang dewasa pada suara anak-anak. Setuju atau tidak ketika saya masih anak-anak, saya merasa bahwa suara saya ketika itu tidak didengarkan. Di sini saya hanya akan bercerita mengenai masalah yang terjadi ketika saya masih kecil. Dimulai dari lingkup masyarakat yang paling kecil yaitu lingkungan sekitar saya.

Tidak jauh-jauh di lingkungan saya, di tempat tinggal saya, orang dewasa sama sekali tidak menghiraukan bahkan meremehkan pendapat dari seorang anak kecil. Misalnya ada pembangunan atau kegiatan atau acara di lingkungan RT. Dan ada usulan dari teman saya, untuk merespon atau memberi tanggapan saja tidak ada. Justru ketika kami datang untuk melihat proses pembuatannya, kami malah diusir dan dianggap sebagai pengganggu saja. Hal ini sungguh menyedihkan bila ditelaah lebih lanjut lagi.

Sejujurnya ketika masih anak-anak saya belum merasa dikucilkan seperti itu, namun ketika saya sudah besar dan sudah duduk di bangku SMA, saya melihat anak-anak di lingkungan saya diperlakukan seperti itu. Usaha saya sendiri ketika melihat itu adalah dimulai dari pendekatan kepada anak-anaknya, mengajarkan supaya jangan terlalu membuat orang dewasa mengira bahwa kita hanya pengganggu saja, dengan lebih memberikan argumen yang kuat.  Untuk menyampaikan hal tersebut saya tidak menggunakan kata-kata, tapi dengan tindakan dan perilaku saya ketika bergaul dengan mereka. Saya menegur dengan halus ketika anak kecil membuat kesalahan, tidak berhenti diteguran saya menasihati mereka, dan memberitahu bahwa yang benar itu seperti apa. Sehingga anak tidak penasaran dan tidak mengulangi hal yang salah lagi. Dengan cara itu tingkah laku anak-anak sedikit berubah. Sedangkan untuk pendekatan kepada orang dewasa cukup sulit, karena suara saya pun masih dipandang sebelah mata oleh mereka.

Banyak orang yang menilai bahwa anak-anak hanya penghambat jalannya suatu acara, tidak membantu dan sebagainya. Mereka tidak mengetahui bahwa banyak anak-anak yang memiliki bakat dan kreatifitas yang cukup tinggi. Orang dewasa menilai bahwa anak-anak masih belum banyak pengalaman, sehingga merasa tidak pantas anak-anak memberikan saran kepada orang dewasa. Atau mungkin ada juga yang malu bila dinasehati oleh anak-anak. Mereka tidak mengetahui bahwa seorang anak berperan sebagai agen perubahan. Bila mereka dididik dan dibina sejak dini untuk menjadi agen perubahan, dengan melibatkan mereka dalam kegiatan yang ada di masyarakat sejak dini, ada kemungkinan seorang anak itu menjadi lebih baik di lingkungan masyarakat sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri anak-anak tersebut.

Namun, saya bersyukur di bangku SMP saya saat itu sudah ada organisasi seperti OSIS dan sebagainya, yang menurut saya itu hal yang positif bagi seorang anak untuk mengembangkan jiwa organisasinya, supaya anak juga memiliki pemikiran yang cerdas dan dewasa dan kritis. Meskipun di OSIS SMP masih belum bisa mandiri, dalam artian masih perlu bimbingan dari guru pembimbing. Namun saya menilai bahwa itu tidak masalah, karena seorang anak yang duduk di SMP sudah ada yang bisa membuat acara yang cukup besar dan meriah seperti pagelaran atau pentas seni. Bukan isi dari pagelaran atau pentas seni nya yang ingin saya bahas, namun kesuksesan mereka untuk membuat acara tersebut. Mulai dari mencari sponsor, menyusun acara, mengundang bintang tamu, mendatangkan penonton. Yang menurut saya itu adalah salah satu contoh bahwa seorang Anak sebagai Agen Perubahan. Semua itu tidak akan terjadi apabila OSIS atau organisasi yang berjalan tidak baik dan benar, kita dapat beropini bahwa seorang anak yang masih duduk di bangku SMP sudah pintar mengkoordinasi suatu acara dan pandai berbicara atau berargumen, kita dapat bayangkan bila bakat ini terus dikembangkan, berawal dari organisasi OSIS, ketika sudah besar dia menjadi salah satu anggota dewan atau seorang pemimpin yang membawa perubahan bangsa. kemungkinan itu bisa saja terjadi, kerena identiknya seorang yang menyukai organisasi akan terjun di dunia politik.

Tidak berhenti di OSIS SMP, di SMA pun ada OSIS, di perkuliahan ada yang namanya BEM. Bila kita lihat semuanya sudah dimulai ketika SMP. SMP yang rata-rata umur anak anak sekitar 12-15 tahun. Dilanjut saat SMA masa remaja, dan dimantapkan saat kuliah. Dengan pembinaan yang baik dan benar, proses ini akan berjalan dengan baik.

Perlu kita ketahui bahwa di dalam berorganisasi, seorang anak secara tidak langsung mendapatkan ilmu berharga yang tidak didapat saat sekolah, ilmu tersebut adalah kemampuan berorganiasi, berbicara di depan banyak orang, bekerja sama dalam sebuah tim, pengalaman tentunya. pintar berbicara.

Pesan saya kepada anak-anak : jangan menyerah dan putus asa bila suara kalian tidak didengar oleh orang dewasa, tapi tunjukan pada mereka bahwa kalian bisa lebih baik dari mereka.
Pesan kepada orang dewasa : coba menghargai pendapat anak-anak dan berikan dukungan pada mereka untuk mengembangkan potensi yang ada, bukan malah menutup potensi yang ada tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun