Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tatkala Muridku Menulis (Seri 3): Menggali Nilai Kehidupan

28 November 2015   06:27 Diperbarui: 28 November 2015   08:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menggali nilai kehidupan adalah hal pokok dalam proses belajar di sekolah, bukan malah sibuk menghafal bertumpuk-tumpuk materi. Denggan menggali nilai kehidupan, anak-anak akan belajar tentang makna hidup ini di dalam hidup itu sendiri. Andrew Reynaldo Kristianto Handoko mencoba menggali nilai kehidupan lewat benda-benda sederhana yang kadangkala diabaikan. Mari belajar kehidupan!

Aku adalah sebuah benda yang halus. Aku terletak di setiap kamar mandi di LC (Loyola College). Jumlahku bahkan lebih dari 20 buah. Aku berukuran 60x60cm. Di sekujur tubuhku terdapat jahitan. Tubuhku memiliki pola bergaris dan kotak-kotak. Kau pasti sudah bisa menebakku bukan?

Tubuhku kotor dan bau. Aku juga berminyak karena aku selalu digunakan untuk membersihkan tangan setiap orang. Hidupku rasanya penuh dengan penderitaan. Aku pernah dilempar, bahkan ditendang oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang tidak menghargai keberadaanku. Noda-noda hitam juga tidak bisa hilang dari tubuhku. Aku merasa menjadi benda yang kurang beruntung jika dibandingkan dengan benda lainnya. Sungguh malang nasibku ini.

Jika saja aku adalah bola, benda berbentuk bulat yang banyak disukai orang. Aku bisa menggelinding dengan bebas. Aku bisa pergi ke segala arah semauku. Tak lupa juga, aku bisa merasakan enaknya bermain di lapangan yang luas dan hijau. Aku serasa memiliki dunia ini. Aku sangat iri dengan kau bola. Andai saja aku bisa menjadi bola. Tapi kupikir itupun tidak akan mungkin terjadi.

Walau aku punya beberapa kekurangan dalam diriku, aku senang bisa memiliki kelebihan walau tidak banyak. Aku dicuci secara berkala. Ya, tentu hal itu akan membuat diriku yang tadinya kotor dan bau menjadi lebih bersih dan wangi. Selain itu, tubuhku juga ringan. Saat digantung di dinding kamar mandi, aku tidak harus menahan beban tubuh yang berat. Aku juga tidak akan menyusahkan orang-orang yang membawaku. Jika orang-orang ingin memilikiku, mereka juga tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeliku. Hargaku cukup ekonomis, yaitu hanya Rp 7.000,00-Rp 10.000,00 saja.

Kebanggaanku dalam hidup ini adalah bisa berguna bagi orang-orang yang membutuhkanku. Walaupun tubuhku seringkali kotor dan bau, tetapi aku masih tetap berguna untuk membersihkan tangan orang-orang. Aku juga bangga karena jika tidak ada aku mungkin beberapa orang akan kebingungan mengeringakan tangan mereka setelah cuci tangan. Walau hanya seperti itu, aku sudah sangat senang dan bangga pada diriku sendiri. Betapa adilnya Tuhan, karena di balik kekuranganku, aku masih memiliku sesuatu yang dapat kubanggakan dalam diriku.

Hidupku memang penuh lika-liku. Namun aku tidak pernah menyesal berada di dunia dengan bentuk seperti ini. Semua benda tentu saja mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dan aku sangat bangga dan bersyukur atas kelebihan yang Tuhan berikan padaku. Semoga aku selalu berguna untuk orang lain. Karena jika aku tidak berguna, percuma saja aku hidup di dunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun