Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tragedi Kehidupan Berawal dari Gosip

6 Mei 2024   06:06 Diperbarui: 6 Mei 2024   06:13 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keutamaan hidup: sharing kebaikan, bukan gosip. Sumber: https://geediting.com

Perdana Menteri Inggris Winston Churchill berkata, "Ketika burung rajawali sedang diam, burung kakatua mulai mengoceh." Pribadi yang hebat dan berkualitas senantiasa seperti burung rajawali: mereka matang dalam karakter, mampu menginspirasi, mampu mendengarkan orang lain, tidak mengunggulkan diri sendiri pada orang lain, dan bijaksana dalam bersikap terlebih dalam menghadapi masalah. Ada pendirian yang kuat dalam diri pribadi rajawali, tidak mengumbar berbagai omongan yang kadang belum pasti kebenarannya.

Dalam kehidupan ini kita sulit terhindar dari berbagai relasi dan komunikasi dengan sesama. Beribu-ribu kata bisa mengalir dengan mudah sebagai sebuah narasi obrolan. Sebuah pertanyaan besar, apa yang kita obrolkan? Hal ini menjadi kesempatan untuk merefleksikan diri kita dalam kaitannya dengan materi obrolan kita. Bisa jadi kita cenderung mengobrolkan hal-hal yang belum jelas kepastiannya tentang orang lain sehingga bisa jatuh pada fitnah. Atau, kita suka berdiskusi tentang ide-ide inspiratif yang memotivasi hidup.

Kata-kata seringkali meluncur begitu saja dari mulut kita tanpa terkontrol nalar dan logikanya. Kata-kata juga seringkali terurai begitu saja tanpa mempertimbangkan kebenaran dan kebaikannya untuk hidup yang lebih kondusif. Jernihnya logika akal budi dan matangnya nurani sungguh-sungguh menjadi sarana yang baik dalam mengusahakan kebijaksanaan dalam tutur kata dan bersikap dengan sesama.

Orang-orang besar (hebat berkualitas) suka berbicara tentang ide-ide yang mengembangkan dan produktif sehingga hidup menjadi kesempatan untuk saling mempengaruhi menuju ke kualitas hidup yang baik. Orang-orang yang biasa suka berbicara tentang dirinya sendiri demi keunggulan pribadi sehingga sulit mendengarkan orang lain, apalagi simpati dan empati pada sesama. Orang yang biasa selalu mencari keunggulan pribadi, ingin menjadi nomor satu dalam banyak hal dibandingkan yang lain. Hidup dijadikan sebagai kompetisi, bukan sebagai komparasi apalagi berkolaborasi dan bersinergi.

Orang-orang kecil (kurang berkualitas) suka berbicara tentang orang lain, membicarakan orang lain khususnya keburukan dan kekurangan orang lain yang kadangkala belum jelas tingkat kebenarannya. Itulah yang disebut dengan gosip. Celakanya, dunia ini sangat renyah dengan gosip dan banyak orang menghabiskan waktu dan energi untuk bergosip, baik secara langsung atau lewat dunia digital. Gosip menjadi santapan pokok dalam pola relasi dan komunikasi banyak orang.

Gosip menhancurkan karakter diri. Sumber: https://www.success.com
Gosip menhancurkan karakter diri. Sumber: https://www.success.com
Gosip sejatinya menjadikan orang semakin kecil dan tak berkualitas serta kehilangan harga dirinya sendiri. Hidup disia-siakan dengan membicarakan orang lain tanpa ada sisi inspiratif untuk perkembangan diri dan sesama. Selain membunuh karakternya sendiri yang jatuh pada jurang kebobrokan moral, gosip juga membunuh karakter sesama lewat segala label buruk dan penghakiman yang tidak sepadan.

Sudah waktunya menghentikan tragedi kehidupan yang bermula dari gosip ini. Hidup harus dibangun kembali dengan hal-hal positif yang inspiratif. Hidup harus disemikan kembali dengan pujian dan penghargaan pada sesama sebagai pribadi yang berharkat dan bermartabat. Hidup harus disegarkan lagi lewat saling berbagi (sharing) pengalaman hidup yang saling mendukung. Dan, hidup harus selalu hidup dengan siap sedia berkomitmen pada kebaikan, kebajikan, kebahagiaan, dan kearifan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun