Tidak ada yang menarik jika anda tidak belajar untuk tertarik.(Helen Macinnes)
Menjadi manusia pembelajar sesungguhnya bukanlah hal yang sulit dalam kehidupan yang begitu kaya akan pengalaman hidup sebagai pribadi, komunitas, dan sistem semesta yang begitu agung. Terkadang menjadi manusia pembelajar identik dengan proses belajar dalam kerangka pendidikan yang sudah menimbulkan apatis keilmuan yang menggerogoti esensi dan filosofi tentang belajar yang begitu menyenangkan dan bermakna. Makna belajar menjadi begitu kerdil tatkala jatuh pada formalitas dan kewajiban tatanan sosial demi status yang menentukan kekaguman dan kehormatan.
Rasa ingin tahu menjadi sebuah awal dari segala proses belajar apapun, di manapun, dan kapanpun. Tanpa keingintahuan yang muncul dalam benak pribadi, sesungguhnya tak akan lahir situasi belajar dalam mengembangkan diri dan menata hidup yang dinamis ini. Segalanya akan menjadi rutinitas yang terus-menerus berulang, yang pada akhirnya menjadi kebosanan yang akut sehingga hidup ini terasa tidak menarik dan tidak menantang untuk diselami dan dimaknai. Manusia akan jatuh pada awalan yang sama di setiap permulaan hari dan pada akhirnya berhenti pada akhiran yang sama di malam hari menjelang menuju peraduan yang mengistirahatkan jiwa dan raga.
Motivasi inilah yang sesungguhnya memberikan kedalaman intelektual, kedalaman nurani, dan pastinya ketangguhan komitmen untuk terus-menerus belajar secara kontekstual dan bermakna.
Rasa ingin tahu, rasa penasaran, bertanya-tanya akan suatu hal, keinginan mendalami, kagum pada suatu hal, tertantang untuk fokus lebih dekat: itu semua menjadi fenomena diri yang memberi modal yang hebat dalam melanjutkan langkah-langkah selanjutnya sebagai proses pembelajaran hidup. Dorongan dalam diri menjadi motivasi utama dan vital dalam menentukan arah dan kedalaman dalam belajar yang diinginkan.Fenomena diri yang juga menjadi pergulatan pribadi dalam mengusahakan kebermaknaan hidup ini sejatinya merupakan pintu utama masuk dalam proses pembelajaran yang di dalamnya ada begitu banyak bahkan tak terbatas tentang: pengetahuan hidup yang memotivasi, belbagai rasa dalam konteks maknanya, jawaban-jawaban atas berbagai pertanyaan yang melahirkan pertanyaan lagi yang begitu menantang untuk ditelesuri, hasrat untuk menyelidik, kekaguman-kekaguman tentang berbagai hal yang membuka cakrawala dan nurani, dan berbagai kebijaksanaan hidup dalam filsosofi dan pedagoginya. Sebuah kesadaran besar, belajar sejatinya adalah proses kehidupan yang mengagumkan dan membahagiakan.
kolaborasi, eksplorasi, dan internalisasi dalam diri yang melibatkan segala sesuatu di luar diri menjadi sebuah pemahaman dan implementasi yang memiliki daya guna dan daya manfaat bagi diri, sesama, dan semesta. Manusia dengan segala yang dimilikinya sudah seharusnya membangun habitus (kebiasaan) pada daya ketertarikan dalam hidup sehingga mendorong manusia pada banyak kesempatan untuk belajar dan belajar sepanjang hayat. Belajar adalah kebutuhan dasar manusia untuk mengusahakan secara terus-menerus dan berkesinambungan pemanusiaan diri manusia itu sendiri dan pada akhirnya juga mampu menjadi manusia humanis bagi sesama dalam pedagogi kemanusiaan.
Belajar menjadi sebuah pengolahan, penelusuran,Pada akhirnya, belajar apapun, belajar di manapun, belajar kapanpun, belajar di sekolah, belajar di keluarga, belajar di masyarakat, belajar tentang apapun yang baik: menjadi proses membangun daya tarik, mengolahnya pada kedalaman hati dan budi, dan selalu memaknai pengalaman hidup menuju pada kebijaksanaan. Menjadi manusia pembelajar, menjadikan dunia begitu bermakna dalam perjalanan hidup manusia. Ayo belajar.
Menulis Makna: adalah sebuah uraian untuk mencecap kehidupan yang begitu agung dan mulia ini. Hidup ini penuh dengan makna sebagai kristalisasi pengalaman dan refleksi untuk menjadi inspirasi bagi diri sendiri, sesama, dan semesta. Menulis Makna akan menjadi sejarah perjalanan makna kehidupan yang selalu abadi, tidak hilang ditelan badai kehidupan yang merusak peradaban manusia. Menulis Makna, menulis kebijaksanaan hidup.Â
@