Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tatkala Fajar (25): Dispenser, Beratnya Beban Bukan Halangan untuk Berbuat Baik

18 Juni 2021   04:04 Diperbarui: 18 Juni 2021   04:00 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.liputan6.com

Beban Hidup ini kupanggul dengan tegar. Melewati ratusan rembulan dan mentari. Mereka menggunakanku kemudian meninggalkanku begitu saja. Cacian menimpaku setiap hari. 

Hanya dia yang menaruh perhatian kepadaku, Galon. Ia dengan setia menemaniku di setiap detik yang ada di hidupku. Ia mencoba menegarkan hatiku yang mulai luntur oleh cacian. Ia mencoba tuk menyadarkanku agar kita dapat bersyukur kepadaNya setiap waktu dan mencoba agar tak mengeluh dalam menghadapi cobaan yang diberikanNya. 

Aku sebenarnya sudah tidak kuat menerima cercaan yang setiap hari di lontarkan oleh si Lantai. Ia selalu membandingkan rupaku yang kotor, besar, dan rapuh ini dengan dirinya yang jauh lebih bersih, baru, dan selalu wangi. 

Galon mencoba meredakan semua badai amarahku ketika aku menerima cercaan yang di lontarkan si lantai. Dan entah mengapa, ia selalu meredakan badai yang sedang menerpa hatiku ini.

Berat menjadi diriku ini, memanggul beratnya sahabatku di setiap waktu yang ada di hidupnya. Belum lagi ditambah dengan olokan si lantai yang pedas. Ya, ini sudah menjadi takdir hidupku. 

Galon mencoba mengingatkanku agar aku dapat lebih sabar menghadapi rintangan ini. Mungkin, aku tidak akan lama lagi berada di dunia ini. Badanku sudah mulai rapuh, tikus-tikus kecil yang nakal pun ikut menyantap kabel-kabelku. 

Aku pun jarang mendapatkan perhatian yang lebih mendalam dari si galon air. Tetapi, berbagai cobaan ini tetap kuhadapi sekuat hati, walaupun kadang mengiris hatiku ini.

Ilustrasi. www.kompas.com
Ilustrasi. www.kompas.com
Di balik setiap gertirnya kisahku ini, orang-orang masih mengganggapku sebagai pahlawan mereka. Di saat botol-botol mereka berteriak untuk meminta air. Aku dengan senang hati menuangkan air milikku ke botol-botol mereka yang kehausan itu. 

Pernah aku mendengar orang-orang berkata, "Coba kalau gak ada di dispenser itu, bisa setengah mati kita ngangkat gallon itu." Hatiku terasa haru mendengar mereka berkata seperti itu. 

Banyak orang meninggalkanku begitu saja ketika mereka sudah kubantu. Namun ada juga, manusia menggunakanku tanpa memandang buruk rupaku ini. Tetapi mereka melihat dari segi sebagaimana aku berguna bagi mereka semua.

Ya, karena mungkin saja napasku tidak berhembus dalam waktu dekat ini. Hanya sebutir permintaanku kepada kalian semua wahai para manusia yang hanya dapat meratapiku tanpa mencoba untuk merawatku sejak aku masih baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun