Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BAPER #10 Sering Mengeluh, Sering Dikeluhkan

3 Mei 2021   18:08 Diperbarui: 5 Mei 2021   07:49 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. stylesubstancesoul.com

#Untuk membuat hidup menjadi lebih sederhana, caranya juga sederhana. Yaitu dengan tidak terlalu menuntut terhadap segala kekurangan. Kesempurnaan yang terlalu dipaksakan akan menjadi tidak berguna bila harus mengorbankan banyak waktu.

Suatu ketika aku harus menjadi sutradara pertunjukan opera (drama musikal) yang akan ditonton sekitar seribu orang dan berbayar dengan tiket. Karena ini pengalaman pertama menjadi sutradara drama musikal, aku memilih mengangkat cerita sederhana dari film "The Sound of Music". Sejak awal aku menuntut semua bidang, dari tim naskah, tim panggung, tim pelatihan, tim property, tim multimedia, tim musik, tim rias dan kostum, tim logistik, dan tim pendukung harus bekerja detail dan sempurna. Setiap minggu aku selalu melakukan cek dan ricek. Bahkan, tidak segan-segan menegur keras tim-tim yang tidak gerak cepat.

Pertunjukan berjalan lancar dan baik walau ada beberapa hal yang seharusnya bisa lebih baik. Dua tahun kemudian, aku masih dipercaya menjadi sutradara. Maka aku memilih film yang lebih sulit dan menantang daripada opera sebelumnya. "Les Miserables", sebuah film yang diangkat dari sebuah novel karya Victor Hugo dengan setting revolusi Prancis. Berangkat dari sebuah refleksi pribadiku, aku mencoba tidak terlalu menuntut dan keras dengan seluruh tim yang terkait pertunjukan. Suasana kerja pun lebih santai daripada yang terdahulu. Diskusi-diskusi yang diselingi candaan ternyata memunculkan banyak ide-ide bagus untuk pertunjukan.

Pertunjukan Les Miserables berjalan dengan baik dan boleh dikatakan memukau. Seluruh crew, pemain, dan panitia bersuka cita. Aku sendiri pun merasa lebih gembira dengan pertunjukan ini. Dua tahun kemudian, kembali-kembali aku harus menjadi sutradara. Aku berjanji ini akan menjadi pertunjukan terakhirku sehingga aku berusaha memilih cerita yang lebih menantang. "The Phantom of the Opera", sebuah film yang diangkat dari novel karya Gaston Leroux, penulis Prancis.

Aku mencoba memberikan kepercayaan penuh pada masing-masing tim untuk berkreasi. Kami banyak diskusi atau sekadar ngobrol-ngorol santai. Hebatnya, ide-ide gila muncul untuk membuat pertunjukan itu menarik. Memang harus diakui, film ini sangat rumit dan detail ketika harus dimainkan di panggung opera. Semua tim bekerja dengan hebat hingga tiba waktunya pentas. Hasilnya, opera atau drama musikal The Phantom of the Opera itu menakjubkan dan membuat semua yang ambil bagian, puas dan sangat bergembira. Kerja hebat, keren.

#Orang yang paling sering mengeluh adalah orang yang paling sering dikeluhkan lingkungannya.

Pengalaman tiga kali menjadi sutradara drama musikal adalah pengalaman yang menantang sekaligus menarik karena aku belajar mengenal karakter semua orang yang ambil bagian dalam pertunjukan. Ada orang yang senangnya berpikir dan berdiskusi sehingga master plan pertunjukan semakin detail dan lengkap. Ada orang yang fokusnya pada hal-hal praktis sehingga segala persiapan tertata dengan baik tanpa ada yang terlewatkan. Selain itu, aku mengenal tipe orang yang sangat bertanggung jawab dan bekerja keras, minim sekali kata-kata. Namun, ada juga yang banyak kata-kata, banyak mengeluh, tapi minim aksi dan seringkali dikeluhkan oleh teman-teman.

Ketika aktif di kegiatan kemahasiswaan, tepatnya di litbang senat mahasiswa fakultas, aku belajar banyak tentang kepemimpinan, salah satunya yang menarik tentang melihat karakter dan talenta sesorang. Setiap tahun ada pendaftaran anggota baru senat untuk berbagai divisi atau bidang. Untuk memastikan orang yang tepat, ada proses pelatihan atau pendadaran sebagai bentuk latihan kepemimpinan dasar. Setiap hari dan di akhir pelatihan selalu ada koreksi atau evaluasi, baik secara kelompok maupun personal. Yang menarik, orang-orang yang sering mengeluh dalam proses pelatihan, juga banyak dikeluhkan oleh kelompoknya dan juga pendamping.

Rhenald Kasali dalam BAPER (Bawa perubahan) menegaskan:

#Kalau mau melakukan sesuatu yang hebat, maka upayamu juga harus hebat. Tidak akan ada perubahan kalau upayamu masih rata-rata.

Ilustrasi. www.myscww.org
Ilustrasi. www.myscww.org
Ketika ada seorang teman di tempat kerja sangat tertarik dengan kebiasaanku menulis, dia ingin sekali diajari menulis, setidaknya tulisannya bisa terpampang atau dimuat di koran cetak. Menurutnya, lumayan bisa terkenal sekaligus mendapat honor. Maka, dengan senang hati aku mengajarinya menulis hingga satu tulisan jadi dan dikirim ke salah satu media cetak. Setelah ditunggu hampir dua minggu, tulisannya tidak muncul juga, malah tulisanku yang aku kirim tiga hari sebelumnya sudah ada di kolom opini salah satu media nasional. Setelah satu bulan, temanku itu yakin bahwa tulisannya gagal alias tidak bakal dimuat. Dan ternyata, itu juga menjadi akhir dari keinginannya untuk menulis.

Seingatku, aku menulis opini di media cetak sejak 2000 dan baru berhasil dimuat 2002 di Koran Regional, dua tahun kemudian dengan jumlah lebih dari puluhan opiniku ditolak. 2003, opiniku muncul untuk pertama kali di Kompas Nasional, setelah puluhan kali ditolak. Rasa kecewa dan nyaris putus asa pasti ada, namun aku bersyukur, aku masih setia menulis terus. Menjadi penulis itu sesungguhnya sederhana, caranya adalah terus aja menulis tanpa harus mengeluh. Semangat.

*BAPER, adalah internalisasi dan aktualisasi pengalaman dengan mengkolaborasi dari inspirasi-inspirasi Prof. Rhenald Kasali dalam buku BAPER, BAWA PERUBAHAN (2016, Jakarta: Penerbit Noura). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun