Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BAPER #5 Hari Ini Kamu Gagal, Tandanya Sedang Belajar

27 April 2021   18:08 Diperbarui: 27 April 2021   18:10 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. www.deccanchronicle.com

#Nilai atau ranking sekolah hanya sebagian kecil dari sebuah prestasi. Kecil sekali, apalagi jika belum dibuktikan dalam kehidupan.

Ketika masih di desa, tepatnya sewaktu sekolah SD kelas 4 - 6, nilai rapor atau ranking menjadi perhatian besar bagiku. Aku selalu mendapat rangking 3, kalah dengan Eka dan Ika. Bagiku, mereka menjadi perhatian besar dalam urusan nilai atau dengan kata lain, menjadi pesaing berat. Ini menjadi tidak lazim sebagai anak desa, yang biasanya sibuk dengan urusan bermain dan berpetualang.

Namun sewaktu sekolah (SMP) di kota nuansa persaingan dengan teman untuk rangking yang lebih baik samasekali tidak muncul. Mungkin aku menyadari bahwa kemampuanku memang sudah di bawah teman-teman yang mayoritas anak kota. Tapi situasi ini justru memberiku kesempatan untuk berkembang lebih luas, bersahabat dengan siapa saja, menikmati berbagai kegiatan sekolah, dan merasakan hal-hal baru di kota seperti mengenal supermarket, merasakan makanan kota, atau sekadar jalan-jalan di kota.

Benar sekali, ranking sekolah hanya sebagian kecil dari sebuah prestasi. Menjalani hidup dengan segala tantangannya, menjadi anak kota baru, adalah sebuah prestasi besar dalam hidupku. Anehnya, seiring dengan keberhasilanku menjalani hidup sebagai anak kota, ranking sekolah kudapat dengan begitu natural di tahun ketigaku.

Ketika harus menjalani hidup di kota lebih besar sewaktu SMA di Palembang, terbukti bukan rangking sekolah yang membuatku bertahan dan mampu berkembang. Justru segala pengalaman di sebuah kota kecil sewaktu SMP menjadi modal besar dalam menjalani segala dinamika dan problematika di SMA. Semua berjalan dengan mudah dan cepat sewaktu masa adaptasi di Palembang. Prestasi hidup membawa aku pada kemampuan untuk hidup dengan segala tantangannya.

#Tetapi GAGAL atau BERHASIL itu sebuah proses panjang, bukan urusan setahun dua tahun. Hari ini kamu gagal karena kamu sedang belajar.

Salah satu kegagalan besar dalam hidupku adalah sewaktu harus keluar dari pendidikan imam (pastor) di Bandung. Dulu aku punya cita-cita besar ingin jadi romo (misionaris) yang bisa dikirim ke daerah atau negara yang miskin atau tertinggal. Semua proses pendidikan imamat aku jalani dengan serius, sampai pada titik tertentu aku memutuskan untuk berhenti. Ini merupakan kegagalanku dalam menggapai cita-cita dan sekaligus mematahkan harapan orang tua dan orang di sekitarku. Pasti aku membuat kecewa mereka. Itu pasti.

Hidup adalah sebuah keputusan. Berhenti dari pendidikan imam juga sebuah keputusan matang yang aku buat waktu itu. Aku harus memulai semuanya dari nol, itu juga adalah risiko dari keputusanku. Dan benar, aku harus memulai hal baru lagi di Yogyakarta. Budaya baru harus aku hadapi untuk bisa segera beradaptasi. Kampus baru juga harus kupilih dan kujalani dengan segala tantangannya. Dan, untuk pertama kalinya menjalani hidup sebagai anak kos yang sangat lekat dengan keuangan yang serba minimalis. Selamat datang di Kota Yogyakarta.

Rhenald Kasali dalam BAPER (Bawa perubahan) menegaskan:

#Di kampus-kampus hebat telah dikembangkan yang namanya SCIENCE OF HAPPINESS. Semuanya dilakukan dengan bahagia: belajar, meneliti, bereskperimen, serta bekerja.

Tinggal di kos yang sangat sederhana dan murah, aku tetap bahagia dengan keadaan itu. Setidaknya itu lebih baik daripada tidak ada samasekali. Menikmati persahabatan dengan teman-teman di kos sangat seru dengan segala karakter dan kebiasaannya. Menikmati makan ala anak kos juga tidak kalah seru. Bisa makan dengan lauk ayam adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Jika uang mepet, cukup makan nasi kucing atau masak mie rebus sudah sangat nikmat dan lezat.

Ilustrasi Makan Anak Kos. www.hipwee.com
Ilustrasi Makan Anak Kos. www.hipwee.com

Belajar di kampus baru, Universitas Sanata Dharma, juga menjadi suasana baru bagiku, dengan jurusan baru dan teman-teman baru. Di kampus ini, aku benar-benar menikmati persahabatan yang menggembirakan. Kuliah atau belajar di luar kuliah menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri karena ada teman-teman yang begitu unik dan saling mendukung.

Pengalaman-pengalaman di tempat baru ini, ternyata banyak yang belum aku rasakan sebelumnya. Kegagalanku di Bandung ternyata mengantarkan aku pada pengalaman yang membahagiakan sebagai pelajaran hidup yang baru dan penuh makna. Kuliah dengan bahagia, bersahabat dengan bahagia, makan ala anak kos dengan bahagia, dan saat ini menuliskan pengalaman itu dengan bahagia. Senyum.

*BAPER, adalah internalisasi dan aktualisasi pengalaman dengan mengkolaborasi dari inspirasi-inspirasi Prof. Rhenald Kasali dalam buku BAPER, BAWA PERUBAHAN (2016, Jakarta: Penerbit Noura).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun