Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seri untuk Negeri (12): Belajar dari Buku, Mari Selamatkan Pendidikan!

25 April 2021   11:15 Diperbarui: 25 April 2021   11:34 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Save Our School, Change Education to Educating (2000), sebuah buku yang ditulis oleh Ralph E. Robinson dan Barbara A. Beswick ini sangat mengisnpirasi sekaligus membantu dalam mendesain sekolah di zaman yang sangat berkembang pesat. 

Pendidikan harus meyesuaikan zaman supaya tidak tertinggal jauh di belakang. Segala dinamika dan problematika dalam dunia pendidikan, sekolah khususnya, diulas dengan sangat detail dan sesuai zamannya. Salah satunya, hidden curriculum pun terolah di dalamnya, tentang bagaimana nilai-nilai kehidupan terimplementasi dengan baik dan berkesinambungan dalam rutinitas belajar.

Pendidikan di Indonesia terus-menerus dipusingkan dengan agenda ujian tahunan dengan segala problematiknya. Paradigma dan konsep dasar tentang ujian terkadang sangat kabur dan cenderung menjadi momok yang menakutkan bagi anak didik dan orang tua. Begitu mengkhawatirkan sebagai sebuah eksekusi masa depan, antara gagal atau berhasil.

Dalam pendidikan yang berorientasi proses hendaknya segala evaluasi termasuk ujian sekolah atau ujian jenis apapun menjadi sebuah proses pembelajaran yang berkesinambungan yang dikenal dengan assessment as learning. Dengan demikian, konteks pembelajar atau peserta didik dipertimbangkan dalam kontekstualisasi proses pembelajaran dan evaluasinya.

Ilustrasi. www.amazon.com
Ilustrasi. www.amazon.com
Grant Wiggins dan Jay McTighe dalam bukunya Understanding by Design membuka tulisannya dengan sebuah analogi bahwa pendidik itu bak seorang desainer layaknya arsitektur, insyinyur, atau desain artistik. 

Sebagai desainer pendidikan, pendidik dapat mendesain kurikulum dan pembelajaran bersama peserta didik demi tujuan tertentu yang menjawab kebutuhan peserta didik dalam kehidupan nyata. Dalam jiwa desainer pendidikan itu pula, pendidik juga dapat mendesain bentuk evaluasi yang sesuai dengan dengan proses pembelajaran yang telah diimplementasikan bersama peserta didik. 

Sebuah evaluasi yang mengenal sungguh konteks anak didik mesti dikedepankan dalam kerangka pendidikan yang sungguh-sungguh menekankan proses daripada hasil belaka. Ujian sejatinya adalah sebuah perayaan dari proses pembelajaran, bukan eksekusi yang menakutkan.

Pendidikan Kontekstual

Mendesain pendidikan yang kontekstual dengan evaluasi yang sungguh mengukur proses pembelajaran yang dialami anak didik adalah sebuah aspek esensi dalam pengembangan pendidikan. 

Ilustrasi. www.amazon.com
Ilustrasi. www.amazon.com
Lorraine A Ozar dalam bukunya Creating A Curriculum That Works mencoba menekankan pentingnya perubahan paradigma pendidik dalam mendesain sebuah pembelajaran. Ada kecenderungan bahwa pendidik lebih menekankan pada apa yang akan diajarkan sehingga terjebak pada pembelajaran berorientasi materi menurut versi pendidik. Padahal seharusnya pendidik lebih menekankan pada apa yang seharusnya anak didik pelajari dan bagaimana menyampaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun