Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Senja (21): Ada Cerita tentang Aku dan Dia, Dia....

13 Februari 2021   07:07 Diperbarui: 13 Februari 2021   07:12 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. learnoutlive.com

Ada banyak cerita dalam kehidupan ini, yang nyata maupun yang sulit diterima oleh akal budi manusia. Kita tidak bisa mengendalikan kisah-kisah yang terus berjalan seiring putaran waktu. Kita hanya bisa mengendalikan bagaimana kita seharusnya berpikir, berasa, dan bersikap terhadapnya.         

Setelah membaca buku, aku bermain sepeda sambil melihat bintang di langit menggunakan kacamata baruku. Kukayuh sepedaku kencang-kencang sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Tanpa kusadari, aku mengayuh sepedaku terlalu kencang dan tidak melihat bahwa ada batu di depanku. Akhirnya aku tergelincir oleh batu itu dan jatuh dari sepedaku, lalu aku pun menangis. Aku menangis bukan karena aku terluka, namun kacamata baruku retak dan tidak dapat digunakan lagi. Lalu, aku berdoa kepada Tuhan dengan menatap langit dan bintang untuk menghiburku.

Keesokan harinya, aku berangkat sekolah dengan hati yang penuh gelisah. Aku gelisah karena jam pertama pelajaranku adalah pelajaran sejarah tentang revolusi manusia. Aku gelisah bukan karena pelajaran sejarahnya, namun karena aku tidak dapat membaca pada saat pelajaran sejarah itu. Lalu, aku berkeliling ke kelas teman-temanku untuk meminjam kacamata, agar aku dapat menerima pelajaran dengan baik. Aku sudah mengelilingi seluruh kelas temanku, namun tidak ada yang membawa kacamata. Akhirnya kuputuskan untuk izin keluar sekolah saat jam istirahat untuk meminjam kacamata temanku di sekolah lain. Untuk sampai ke sekolah temanku, aku harus menyeberangi sungai dan memotong ilalang yang menggangguku untuk berjalan. Sekolah temanku itu berada di sebelah utara desa sekolahku.  Dengan kesabaran hati, aku melaluinya dengan bernyanyi "Menara Tinggi", lagu yang selalu aku nyanyikan setiap hari.

Pada saat setengah perjalanan, aku melihat darah serigala yang sangat banyak. Aku langsung lari ketakutan hingga aku terjatuh di samping lumpur. Aku terjatuh karena menginjak koran yang bertinta dan koran itu sebagian tertutupi oleh daun. Karena tidak sakit, aku lanjutkan perjalananku dan tibalah di jalan raya yang sepi. Jalan raya sepi yang aku lewati ini berkelok-kelok seperti koma yang sedang berjabat tangan. Setelah melewati jalan raya yang seperti koma berjabat tangan ini, akhirnya aku sampai di sekolah temanku itu.

Langsung kumasuki halaman sekolah temanku itu dan terkejut karena sekolah temanku itu terlihat sepi. Lalu, kucoba untuk memasuki sekolah temanku itu dan ternyata seluruh pintu diborgol dengan rantai. Akhirnya aku mencari kayu untuk membuka salah satu pintu yang diborgol tersebut. Setelah kucari-cari, ternyata tidak ada kayu, tetapi adanya hanyalah botol yang berisi semen keras. Ku lempar botol itu ke kaca jendela dan kacapun pecah. Aku masuk ke sekolah temanku itu melalui jendela yang sudah aku pecah tadi. Sesampai di dalam kelas, aku melihat ruangan yang penuh dengan kegelapan. Tiba-tiba jam dinding yang berbentuk lingkaran itu terjatuh di belakangku. Aku kaget dan seketika takut karena melihat warna putih-putih melayang di depanku. Nafasku langsung terpatah-patah seperti titik yang sedang berbaris karena aku berusaha kabur dari ruangan yang gelap itu.

Aku berlari sangat cepat hingga aku menabrak kursi dan gelas yang berada di atas kursi itu hingga pecah. Warna putih-putih yang melayang itu sekejap hilang karena aku melihat secarik kertas bertuliskan sebuah doa. Lalu, aku membaca doa itu sekeras-kerasnya. Tiba-tiba aku mendengar suara seperti manusia yang sedang bermain panah. Aku semakin takut jika hantu itu memanah dan membunuhku dengan panah itu. Lalu kuselesaikan doa itu sebanyak 3 kali. Akhirnya aku menemukan jalan keluar yaitu jendela yang kupecahkan tadi. Setelah kusadari, sekolah temanku yang aku masuki itu adalah sekolah pada zaman peradaban Belanda. Di halaman sekolah temanku itu, aku bertemu dengan kakek tua. Aku bertanya kepada kakek tua itu, "Kapan sekolah itu tidak berpenghuni lagi?"  Kakek tua itu menjawab kalau sekolah itu sudah tidak berpenghuni sejak seminggu yang lalu. Kakek tua itu melanjutkan perkataannya itu dan aku menjadi semakin takut. Dia berkata bahwa semua arwah murid di situ tersesat karena dibunuh oleh hantu noni-non Belanda yang ada di sekolah itu.

*WHy-aTHaN

**Setelah Senja: sebuah kisah imajinatif reflektif yang mencoba mendaratkan nilai-nilai kehidupan (life value) dalam kisah fiksi ke dalam konteks zaman yang sangat nyata dalam realita hidup ini. 

***Setelah Senja: Dari pagi menjelang malam ada berbagai dinamika kehidupan yang menjadi bagian cerita hidup kita. Semuanya itu akan berjalan begitu saja dan pada akhirnya terlupakan begitu saja pula jika kita tidak berusaha mengendapkannya dalam sebuah permenungan sederhana tentang hidup ini demi hidup yang lebih hidup setiap harinya. "Setelah Senja" masuk dalam permenungan malam untuk hidup yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun