Mohon tunggu...
Marsyanda Kamalia
Marsyanda Kamalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - :)

hi there

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sudut Pandang Agama Terhadap Keberagaman Masyarakat

17 Juni 2021   00:36 Diperbarui: 17 Juni 2021   01:40 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ananda Agustin (1405620080)

Marsyanda Kamalia (1405620057)

Multikulturalisme adalah gejala pada individu atau suatu masyarakat yang ditandai dengan memiliki lebih dari satu kebudayaan. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultur, dimana di dalamnya terdapat banyak sekali perbedaan, seperti perbedaan agama, suku, ras, maupun kebudayaan. Banyaknya perbedaan kerap memicu terjadinya konflik, seperti konflik agama misalnya. Konflik agama merupakan salah satu jenis konflik yang sering terjadi pada masyarakat multikultur. Konflik agama disebabkan oleh banyak faktor. Maraknya konflik agama yang terjadi membuat dunia seakan mempertanyakan apa bagaimana sebenarnya agama dalam kehidupan. Multikultural terdiri atas kata multi dan kultural. Multi artinya plural dan kultural artinya kebudayaan. 

Multikulturalisme secara singkatnya yakni menghargai dan  berusaha melindungi keragaman kultural. Multikulturalisme yang ada di Indonesia dapat menjadi sebuah kekuatan apabila masyarakatnya saling bekerjasama. Namun disisi lain, multikulturalisme juga dapat menjadi penghancur apabila tidak dikelola dengan baik. Dalam sebuah masyarakat multikultural, agama menjadi salah satu faktor penunjang kehidupan Dengan kata lain, agama berpengaruh besar  terhadap pembentukan masyarakat.

Suatu agama yang sudah berhasil untuk masuk ke dalam lingkup masyarakat multikultural akan mengalami suatu proses akulturasi sehingga agama itu dapat memiliki banyak keragaman, khususnya dalam aspek implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Dari keragaman masyarakat inilah akhirnya tumbuh sebuah perbedaan gerak atau ekspresi dalam melaksanakan perintah untuk beragama.  

Hal ini terjadi karena sangat penting ketika agama yang dianut oleh kelompok sosial manusia, yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup manusia yang sulit dalam keragaman masyarakat. Dalam pertumbuhannya yang demikian itulah agama berkaitan langsung dengan kebudayaan dalam masyarakat sehingga agama dan kebudayaan masyarakat mempunyai hubungan kausalitas yang saling menguntungkan.

Agama juga dapat dipandang sebagai kepercayaan atauperilaku yang diusahakan oleh suatu individu untuk menangani masalah yang belum tentu dapat dipecahkan oleh sebuah teknologi dan teknik organisasi yang sebelumnya belum dapat diketahui.

Dengan segala ketekunan dan keberhasilannya untuk mengakomodir kondisi sosial yang beragam ini, akhirnya  islam tetap bisa eksis dan maju. Sikap untuk bertoleransi telah ditujukkan oleh para petinggi muslim ketika mereka berhasil menaklukan beberapa wilayah seperti Mesir, Syiria, dan Persia. Tidak hanya itu, komunitas agama lain juga diperbolehkan menjalankan agama masing-masing dengan bebas menentukan agama yang dipilihnya masing-masing. 

Sampai batas tertentu, tanggapan tentang agama terhadap kecendrungan multikultural ini memang masih terkesan sangat tabu dan ambigu. Hal ini disebabkan, karena agama kerap kali dipahami sebagai wilayah sakral atau suci, abadi, akhirat dan mutlak. Bahkan, pada saat agama terlibat dengan urusan duniawi sekalipun, hal ini tetap demi pemenuhan suatu kewajiban untuk kepentingan akhirat. Di berbagai ajaran agama, berbeda-beda dalam perkata cara dan berbagai aspeknya, namun setiap agama itu sendiri tersebut hampir seluruhnya memiliki sifat-sifat yang sama. Arena yang begitu sakral dan suci akan  sulit bagi agama-agama tersebut untuk turut bertoleransi atau hidup berdampingan dengan tradisi tradisional yang dianggap bersifat duniawi.

Dalam upaya membangun hubungan kekuatan antara masyarakat multikultural dan agama, minimal harus mempersiapkan dua hal. Pertama, penafsiran ulang atas doktrin-doktrin keagamaan yang saat ini dijadikan alasan untuk bersikap langsung  dan opresif. Kedua, membicarakan seputar agama dengan gagasan-gagasan modern. Karena saat ini, umat beragama memasuki suatu proses sejarah baru yang dimana mereka harus mampu beradaptasi dengan peradaban-peradaban  yang tidak didasarkan pada agama, seperti kebudayaan Barat modern. Kita tak mungkin menghindar dari ide-ide dan teori-teori sekuler.

Selanjutnya sudut pandang agama dalam keadaan masyarakat yang majemuk salah satunya yakni sebagai perekat sosial. Dapat diingat bahwa agama  itu bukan sebuah  ilusi, melainkan fakta sosial yang dapat dijelaskan secara detail dan mempunyai kepentingan sosial. Karena  itulah pengertian agama  yang sebenarnya  tidak  hanya seputar kepercayaan terhadap roh-roh atau dewa, akan tetapi lebih kepada pembagian antara yang sakral dan yang biasa saja. Dalam hal ini,agama berperan begitu penting guna menyatukan seluruh anggota masyarakat melalui penggambaran simbolik yang sakral mengenai kedudukan mereka dalam sejarah, pengetahuan dan tujuan mereka dalam keteraturan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun