Mohon tunggu...
Marshanda Luthfiah Nurutami
Marshanda Luthfiah Nurutami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa jurusan psikologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan dan Strategi Komunikasi di Era Post-Truth

29 Desember 2023   09:00 Diperbarui: 29 Desember 2023   09:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era post-truth atau masa paska kebenaran merupakan masa dimana opini seseorang lebih dipengaruhi oleh persepsi dan keyakinan diri sendiri yang belum pasti kebenarannya dibandingkan fakta-fakta yang ada. Secara psikologis, masyarakat pada era post-truth ini lebih suka jika mengikuti keyakinan masyarakat yang ada disekitarnya, meskipun belum tahu bagaimana kebenarannya. 

Fenomena yang terjadi pada era post-truth ini menjadi sebuah tamparan bagi media massa di mana yang dahulunya merupakan salah satu media yang menjadi jaminan kebenaran, kini harus berhadapan dengan era post-truth dimana tipisnya pembatas antara kebenaran dan kebohongan. 

Seringkali fakta-fakta yang disajikan harus bersaing dengan kebohongan-kebohongan atau misinformasi yang tersebar dan dipercaya publik (Hartomo, 2018). Apalagi pada era post-truth ini, masyarakat lebih suka menyebarluaskan informasi melalui media sosial, yang dari media sosial itu mendapatkan banjirnya informasi dari segala sisi kehidupan manusia dari teknologi yang ada. Dari kemudahan mengakses informasi dapat menyebabkan manusia kesulitan untuk mendapatkan makna informasi di antara informasi lain karena bertumpuknya informasi yang didapatkannya. Hal ini bisa menyebabkan mispersepsi serta mudahnya berita-berita hoax tersebar luas dan diterima khalayak umum. Dengan berkembangnya media sosial saat ini masyarakat tidak hanya menjadi konsumen pasif di dalamnya namun juga dapat berperan sebagai produsen informasi (Hartono, 2018).

Tantangan-tantangan yang dihadapi pada era ini tentunya tak jauh dari mudahnya penyebaran hoax dan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap hal tersebut serta ketidakmampuan masyarakat untuk melakukan cross check perihal informasi yang diterima.  Salah satu contoh nyata yang terjadi pada masyarakat Indonesia adalah ketika puncak pandemi COVID-19, dimana banyak berita tersebar secara luas mengenai  COVID-19 bukanlah sesuatu yang nyata melainkan hanya sebuah konspirasi dari pemerintah dan vaksinasi yang diberikan dapat memberikan dampak buruk bagi yang menerima. Berita-berita mengenai COVID-19 dan bahaya vaksin yang beredar, dengan mudah diterima masyarakat karena minimnya pengetahuan yang dimiliki serta bercampurnya kepercayaan dan penilaian masyarakat dengan emosi sehingga penilaian yang diberikan bersifat subjektif. Dalam situasi seperti itu fakta-fakta atau kebenaran lebih sulit untuk diterima masyarakat daripada berita hoax.

Sebagai masyarakat yang modern tentunya kita harus melek terhadap tantangan-tantangan yang kita alami pada era post-truth ini dan mengerti bagaimana harus menyikapinya.  Penggunaan media digital saat ini, terutama yang berbasis media sosial seringkali tidak bertanggung jawab dan menjadi sarana penyebaran misinformasi, pencemaran nama baik, fitnah, kebohongan, pemalsuan fakta,dan permusuhan. Oleh karena itu, berikut adalah cara untuk menyikapi hal tersebut pada media sosial:

  1. Literasi Media

Kita harus memiliki kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan mengkomunikasikan suatu informasi dari berbagai media. Tujuannya adalah agar kita dapat berpikir kritis dalam menerima informasi serta terhindar dari dampak negatif media massa. Sehingga, ketika kita menerima suatu informasi dan hendak berbagi informasi, kita harus mencari tahu bagaimana kebenarannya dari berbagai media.

  1. Melihat Siapa Pemberi Pesan dan Siapa Penerima Pesan

Dalam menerima pesan, kita harus mengetahui bagaimana latar belakang pemberi pesan tersebut, karena latar belakang orang yang memberi pesan dapat berpengaruh terhadap keakuratan suatu informasi. Begitu pula ketika berbagi informasi kepada orang lain, lebih baik kita mencari tahu terlebih dahulu bagaimana latar belakang audience untuk menghindari mispersepsi. Sehingga, kita harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan audience agar informasi yang kita sampaikan mudah dipahami.

  1. Kenali Dampak Negatif Media Sosial

Media sosial memiliki banyak dampak negatif seperti mudahnya pendirian goyah karena pendapat orang asing di sosmed, menurunkan interaksi sosial secara tatap muka, dan rentan untuk terpengaruh hoax. Sehingga, dengan kita tahu apa saja dampak negatif media sosial membuat kita menjadi lebih hati-hati dalam menerima dan  menyebarluaskan suatu informasi di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun