Mohon tunggu...
Inovasi

Penggunaan Kentongan di daerah Cilincing

18 Maret 2019   10:00 Diperbarui: 5 April 2019   09:18 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Jakarta, 18 Maret 2019) Salah satu teknologi sederhana yang masih hangat dalam pikiran masyarakat Indonesia adalah Kentongan. Alat yang terbuat dari bambu yang dilubangi bagian tengah nya ini dimanfaatkan sebagai alat komunikasi khususnya pada zaman dahulu, juga sebagai penanda  akan adanya suatu peristiwa seperti kemalingan, kebakaran, dan sebagainya di daerah tertentu, seperti yang masih dilakukan oleh Bapak Agus yang bertugas sebagai hansip daerah Cilincing, Jakarta Utara. Biasanya beliau menggunakan kentongan pada waktu tengah malam dengan cara  berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya sembari memukul kentongan dalam hitungan tertentu agar menghasilkan bunyi yang menandakan bahwa mereka berjaga, sehingga masyarakat merasa aman dan itu merupakan salah satu penyebab di beberapa daerah masih nyaman untuk menggunakannya.

Secara umum, teknologi merupakan alat atau mesin yang diciptakan untuk mempermudah manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah atau pekerjaan. Namun disamping masyarakat yang sekarang sudah dengan mudah nya melakukan segala sesuatu mengunakan alat canggih dengan cepat dan tepat, dahulu masyarakat memanfaatkan teknologi yang sangat sederhana. 

Teknologi sederhana merupakan suatu alat yang memudahkan pekerjaan sehari-hari manusia, teknologi tanpa berbasis kecanggihan, namun sangat bermanfaat dan harga nya sangat murah, bahkan bisa diciptakan sendiri. Maka dari itu teknologi sederhana tidak bisa dianggap sepele. Penggunaan teknologi sederhana, khususnya pada masyarakat tradisional, lebih didorong oleh tuntutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Pada masa sekarang, teknologi sebagai alat (perpanjangan tangan manusia) masih terus berlanjut, seperti pada penerapan obeng dan tang pada sepeda, juga gunting. Meskipun sampai sekarang gunting masih digunakan, namun di perkantoran, atau usaha fotocopy, semua sudah menggunakan mesin agar pekerjaan dapat selesai dengan waktu secepat mungkin. Contoh lain yang sering kita temukan adalah katrol untuk mempermudah mengangkat suatu beban, papan kayu untuk memindahkan barang, kentongan, dan lain sebagainya. Salah satu yang tidak asing bagi masyarakat, bahkan sepertinya sudah menjadi budaya Indonesia adalah kentongan.

Kentongan atau yang dalam bahasa lainnya disebut jidor adalah alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu jati yang dipahat. Ukuran kentongan tersebut berkisar antara diameter 40cm, dan tinggi 1,5M-2M. Kentongan sangat identik dengan alat komunikasi zaman dahulu yang sering dimanfaatkan penduduk. 

Alat sangat sederhana yang sejak dahulu dikenal dan tidak bisa dipungkiri banyak generasi yang merasakan saat-saat ketika kentongan ini masih sering digunakan khususnya untuk kegiatan di lingkungan rumah. Kentongan biasanya digunakan hansip atau warga yang bertugas untuk menjaga keamanan di suatu daerah atau desa khususnya pada malam hari. 

Kentongan ini sebagai tanda untuk memberitahukan adanya pencuri atau bencana alam karena pada masa itu keberadaan CCTV (Closed Circuit Television) yakni perangkat televisi nirkabel yang digunakan untuk mengambil gambar masih jarang, tidak semarak saat ini.

Kegunaan lain dari kentongan selain alat bagi petugas untuk kegiatan pengamanan adalah sebagai alat komunikasi. Dengan lubang berbentuk tabung maupun setengah lingkaran, terdapat lubang yang sengaja dipahat di tengah nya. 

Dari lubang tersebut, akan keluar bunyi-bunyian ketika dipukul yang berisi isyarat atau pertanda berkomunikasi dengan warga. Kentongan tersebut biasanya dilengkapi sebuah alat pemukul yang digunakan untuk memukul bagian tengah kentongan tersebut untuk menghasilkan bunyi yang khas.

"Ya sewaktu-waktu kalau ada kejadian saja. Kejadian seperti kemalingan, kita gunakan itu, untuk manggil-manggil warga, ada kebakaran tuh pakai kentongan. Pokoknya kejadian di sekitar komplek ini aja sih. Intinya kejadian penting.", ujar Agus, hansip di daerah. Beliau juga menambahkan bahwa ia biasa melakukan kegiatan ini pada saat dini hari, mulai jam satu pagi, hingga jam empat. Setiap satu jam sekali hansip berkeliling. Hal ini dilakukan agar warga tahu dan paham jika ada petugas keamanan yang berjaga, sehingga mereka tidak perlu khawatir.

Salah satu warga daerah tersebut adalah Ane. Meskipun tempat tinggal nya tidak di pedalaman atau daerah terpencil, melainkan di komplek, tetapi tradisi ini masih dilakukan. Setiap malam ada satpam yang berjaga keliling rumah dengan membunyikan kentongan, atau jika dekat dengan balai pertemuan warga, dapat dengan memukul tiang listrik disekitar sebagai pertanda adanya kejadian atau peristiwa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun