Mohon tunggu...
Martina PuspitaSari
Martina PuspitaSari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Administrasi Publik

Tetap semangat...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Kerangka untuk Pengambilan Keputusan Etis

22 Desember 2022   19:54 Diperbarui: 22 Desember 2022   20:07 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Membuat keputusan etis yang baik membutuhkan kepekaan yang terlatih terhadap masalah etika dan metode yang dipraktikkan untuk mengeksplorasi aspek etis dari suatu keputusan dan menimbang pertimbangan yang seharusnya memengaruhi pilihan tindakan seseorang. Ketika dipraktekkan metode ini seperti "intuisi moral" tentang situasi tertentu ketika kita tidak secara sadar memikirkan masalah tertentu. Sama seperti kita berlatih bermain piano yang duduk dan bermain dengan baik "tanpa berpikir". 

Namun demikian, tidak selalu disarankan untuk mengikuti intuisi langsung yang dimiliki, terutama dalam situasi yang sangat rumit atau asing. Di sini metode pengambilan keputusan etis memungkinkan kita mengenali situasi baru dan asing dan bertindak sesuai dengan situasi yang terjadi.

Semakin baru dan sulit pilihan etis yang kita hadapi, semakin kita perlu mengandalkan diskusi dan dialog dengan orang lain tentang dilema tersebut. Hanya dengan eksplorasi masalah yang cermat, dibantu oleh wawasan dan perspektif orang lain yang berbeda, kita dapat membuat pilihan etis yang baik dalam situasi seperti itu.

Berdasarkan pembahassan di atas, maka terdapat tiga kerangka kerja luas untuk memandu pengambilan keputusan etis, yaitu Kerangka Konsekuensialis; Kerangka Tugas; dan Kerangka Kebajikan

  • Kerangka Konsekuensialis 

Dalam kerangka konsekuensialis,  berfokus pada efek masa depan dari kemungkinan tindakan, dengan mempertimbangkan orang-orang yang akan terpengaruh secara langsung atau tidak langsung. Orang yang menggunakan kerangka Konsekuensi berkeinginan untuk menghasilkan yang paling baik. Kelebihan kerangka etis ini adalah berfokus pada hasil suatu tindakan (pendekatan pragmatis). Pendekatan pragmatis ini membantu dalam situasi yang melibatkan banyak orang, beberapa di antaranya mungkin mendapat manfaat dari tindakan tersebut, sementara yang lain mungkin tidak. 

Disisi lain, kerangka ini tidak selalu mungkin untuk memprediksi konsekuensi dari suatu tindakan, sehingga beberapa tindakan yang diharapkan menghasilkan konsekuensi yang baik, tetapi berakhir merugikan orang. Selain itu, orang terkadang bereaksi negatif terhadap penggunaan kompromi yang merupakan bagian inheren dari pendekatan ini dan orang yang menggunakan metode ini biasanya menghalalkan berbagai macam cara untuk mencapai tujaun meskipun orang tersebut melakukan nya dengan cara yang salah. Karena bahkan tindakan yang paling buruk pun dapat menghasilkan hasil yang baik bagi sebagian orang dan kerangka kerja ini memungkinkan tindakan buruk tersebut menjadi etis.

  • Kerangka Tugas 

Dalam kerangka Tugas, berfokus pada tugas dan kewajiban yang dimiliki dalam situasi tertentu, dan mempertimbangkan kewajiban etis apa yang dimiliki dan hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan. Perilaku etis didefinisikan dengan melakukan tindakan yang benar. Sehingga tujuannya adalah melakukan tindakan yang benar.

Kerangka kerja ini memiliki keunggulan dalam menciptakan sistem aturan yang memiliki harapan yang konsisten dari semua orang; jika suatu tindakan secara etis benar atau kewajiban diperlukan, itu akan berlaku untuk setiap orang dalam situasi tertentu. Keberpihakan ini mendorong untuk memperlakukan setiap orang dengan martabat dan rasa hormat yang sama.

Kerangka kerja ini juga berfokus pada mengikuti aturan atau kewajiban moral terlepas dari hasilnya, sehingga memungkinkan bahwa seseorang mungkin telah bertindak secara etis, bahkan jika ada hasil yang buruk. Oleh karena itu, kerangka kerja ini bekerja paling baik dalam situasi di mana kita perlu mempertimbangkan mengapa tugas atau kewajiban mengamanatkan atau melarang tindakan tertentu.

Namun, kerangka ini juga memiliki keterbatasan. Di mana kerangka ini bisa tampak dingin dan impersonal, karena mungkin memerlukan tindakan yang diketahui dapat menimbulkan kerugian, meskipun tindakan itu secara ketat sesuai dengan aturan moral tertentu. Itu juga tidak memberikan cara untuk menentukan tugas mana yang harus diikuti jika dihadapkan pada situasi di mana dua atau lebih tugas bertentangan. Itu juga bisa kaku dalam menerapkan gagasan kewajiban kepada semua orang terlepas dari situasi pribadinya.

  • Kerangka Kebajikan 

Dalam kerangka Kebajikan, mencoba mengidentifikasi sifat-sifat karakter (baik positif atau negatif) yang mungkin memotivasi orang dalam situasi tertentu. Kerangka ini mendefinisikan perilaku etis sebagai apa pun yang akan dilakukan oleh orang yang berbudi luhur dalam situasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun